The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Tempat Wisata di Klaten. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tempat Wisata di Klaten. Tampilkan semua postingan

Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Lor yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, didirikan oleh Rakai Panangkaran, seorang raja dari Dinasti Syailendra yang juga mendirikan Candi Borobudur dan Candi Sewu. Candi tersebut terdiri dari candi induk dan mandapa yang dikelilingi 58 Candi Perwara dan 194 stupa. Pada beberapa perwara dijumpai tulisan-tulisan pendek yang memberikan indikasi bahwa bangunan tersebut merupakan sumbangan dari bawahan raja.


Perhatian terhadap Kompleks Candi Plaosan sudah dimulai dari masa pemerintahan Kolonial Belanda melalui penelitian dan pemugaran Candi Induk Selatan. Upaya pelestarian kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah RI melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.


Salah satu hasil penelitian yang menarik yaitu ditemukannya parit berukuran 440 m x 270 m yang mengelilingi kompleks candi beserta temuan lepas berupa ribuan fragmen gerabah dan beberapa keramik asing di dalamnya. Kemungkinan besar, parit tersebut dahulu dimanfaatkan untuk menurunkan air tanah di kompleks candi agar tanahnya menjadi padat.


Usaha pelestarian yang dilakukan pemerintah hingga saat ini meliputi pemugaran Candi Induk Utara, Stupa dan Candi Perwara, Candi Patok, Arca-arca Dwarapala, Gapura, serta Mandapa.



Arca Di Kompleks Candi


Di dalam Kompleks Candi Plaosan Lor terdapat banyak arca. Selain arca Dwarapala yang menjaga di pintu selatan, ada juga arca Dyani Bodhisattva Manjusri dan Sarvanivaranaviskambhin terdapat di dalam bilik selatan Candi Induk. Sedangkan arca Dyani Bodhisattva Samantabhadra dan Maitreya terdapat di dalam bilik utara Candi Induk, serta arca Dyani Bodhisattva Vajrapani dan Avalokitesvara terdapat di dalam bilik tengah Candi Induk. *** [090312]

Share:

Museum Gula Jawa Tengah

Museum Gula Jawa Tengah terletak kurang lebih 5 km dari Kota Klaten ke arah selatan (menuju Yogyakarta), tepatnya berada di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Museum ini didirikan pada tanggal 11 September 1982 atas prakarsa H. Soepardjo Roestam selaku Gubernur Jawa Tengah dengan dukungan Ir. Waryatmo, Direktur Utama PTP XV – XVI (Persero). Peresmian museum ini bertepatan dengan diadakannya Konggres Internasional Society of Sugar Came Technologist (ISSCT) XIX yang anggotanya terdiri dari ahli gula sedunia di Pasuruan, Jawa Timur, yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail.


Bangunan museum ini menempati salah satu bangunan tempat tinggal yang berada di Kompleks Pabrik Gula Gondang Baru yang didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschapij yang berkedudukan di Amsterdam, Netherland. Bangunannya bergaya arsitektur Eropa. Areal tanah yang ditempati, tanahhnya seluas 1.261,20 m² dengan luas bangunan 240 m² yang terdiri dari: Ruang Pameran Tetap, Perpustakaan, Lavatory, Mushala, dan Ruang Auditorium seluas 753 m².

Koleksi Museum
Koleksi museum ini terdiri dari peralatan untuk menanam tebu sampai dengan mengolah tebu menjadi gula pasir, yaitu seperti:

  • ·         Peralatan tanam tebu tradisional
  • ·         Bibit-bibit tebu dan penyakit tebu
  • ·         Alat-alat masa perawatan tanaman tebu
  • ·         Alat-alat mekanisme/fabrikasi pabrik gula
  • ·         Miniatur pabrik gula
  • ·         Alat-alat administrasi pada pabrik gula
  • ·         Alat-alat administrasi pengangkut tebu; dan alat-alat lainnya

Share:

Candi Sojiwan

Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi Sojiwan merupakan salah satu monument dari Dinasti Mataram Kuno abad VIII – X Masehi. Candi ini didirikan sebagai bentuk penghormatan dari Raja Balitung untuk neneknya nini haji rakryan sanjiwana yang beragama Budha.Relief yang terpahat di bagian kaki Candi Sojiwan memuat ajaran moral agama Budha dalam bentuk fabel (cerita binatang).



Penelitian Candi Sojiwan pertama kali dilakukan oleh J.R. van Blom dan dituliskan dalam disertasinya di Universitas Leiden.  J.R. van Blom  yang membahas tentang hiasan pada Candi Sojiwan. Pada tahun 1813 penelitian dilanjutkan oleh Mackenzie yang menemukan pagar keliling pada jarak kurang lebih 40 meter yang mengelilingi candi utama. Kemudian J.F.G.  Brumund mengadakan kunjungan dan penelitian pada bagian dalam candi dan menyebutnya sebagai Candi Kalongan. Pada tahun 1893 di bawah pimpinan Dorrepaal dilakukan penyusunan reruntuhan batu  Candi Sojiwan.


Salah satu upaya pelestarian Candi Sojiwan sudah sejak lama dilakukan. Pencarian batu dan anastilosis akhirnya dapat direkonstruksi kembali bentuk Candi Induk Sojiwan. Dari hasil rekonstruksi tersebut maka Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah tahun 1996 memulai kegiatan pemugaran terhadap Candi Induk Sojiwan.


Pemugaran yang telah dilakukan sejak tahun 1996 sampai tahun 2006 telah mencapai bagian tubuh candi. Namun karena terjadinya gempa 27 Mei 2006 mengalami keruntuhan. Tindakan penyelamatan setelah gempa 2006 dilakukan pembongkaran kembali bangunan candi dan dalam pemasangannya kembali tidak menggunakan kolom. Kemudian batu isian candi yang semula menggunakan batu putih, pada bagian tertentu menggunakan batu andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat nat antar batu isian diisi dengan hidrolik mortar. Untuk bagian tertentu di mana terdapat gaya tarik, isian nat antar batu menggunakan bligon.
Selama kegiatan pemugaran Candi Sojiwan juga dilakukan penelitian arkeologi. Sampai saat ini, penelitian arkeologi telah menemukan struktur parit keliling (sebagian ditampakkan) struktur pagar halaman I sisi utara dan timur (telah direkonstruksi). Struktur pagar halaman II sisi utara (sebagian telah direkonstruksi) dan dua deret struktur candi perwara stupa pada halaman II sisi utara (salah satu candi perwara stupa telah direkonstruksi). ***[220212]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami