The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Batak Heritage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Batak Heritage. Tampilkan semua postingan

Museum Batak Tomok

Museum Batak Tomok terletak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, atau tepatnya berada di ujung perlintasan Pasar Cinderamata Tomok ke arah dalam Kuburan Tua Raja Sidabutar. Untuk mengunjungi museum, pengunjung harus menyeberangi Danau Toba. Biasanya berangkat dari dermaga Ajibata menuju ke dermaga penghubung Tomok di Pulau Samosir.
Museum ini berarsitektur Ruma Bolon, sebuah rumah tradisional tempat tinggal khas Batak. Bangunan museum ini memiliki ornamen yang khas. Pada dinding bangunan didominasi ukiran-ukiran berwarna merah, hitam, dan putih. Ketiga warna ini merupakan warna simbol spiritual orang Batak. Selain itu, pada dinding bangunan terdapat ukiran cicak dan empat buah payudara. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, cicak bermakna sebagai perlindungan serta pesan kepada masyarakat Batak bahwasannya masyarakat Batak harus bisa berbaur dengan lingkungan di mana mereka bermukim. Sedangkan empat payudara diyakini oleh masyarakat Batak sebagai simbol seorang ibu atau tanah kelahirannya. Sehingga, makna filosofis sesungguhnya dari ukiran cicak dan empat buah payudara itu adalah kelak bila orang Batak bepergian merantau kemana saja, hendaknya selalu ingat kepada kampung halamannya.


Museum yang didirikan pada tahun 2005 ini, memiliki beberapa koleksi benda peninggalan sejarah Batak yang mengandung nilai historis tinggi. Beberapa diantara benda-benda tersebut adalah peralatan perang seperti pedang maupun senapan laras panjang. Kemudian terdapat juga beberapa benda-benda pertanian tradisional yang digunakan pada masa dahulu sebagai mata pencaharian masyarakat Batak, serta beberapa perlengkapan dapur.
Selain itu juga terdapat juga beberapa koleksi budaya etnis Batak seperti beberapa patung berbahan kayu, serta beberapa kain tenun ulos yang memiliki bermacam-macam motif. Semua koleksi tersebut merupakan koleksi yang cukup unik untuk dilihat, apalagi koleksi-koleksi tersebut berasal dari sejarah-sejarah etnis Batak di masa lampau. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah koleksi buku aksara Batak (buku lak-lak).
Selain, ragam koleksinya yang memikat pengunjung, museum ini tidak dipungut biaya. Hanya sayangnya, pengunjung akan kesulitan menemui siapa penjaga museum ini sehingga kesulitan untuk menanyakan sejarah koleksi yang dimiliki oleh museum ini. *** (031111)
Share:

Kuburan Tua Raja Sidabutar

Salah satu peninggalan zaman megalitik yang cukup terkenal di Pulau Samosir adalah Makam Raja Sidabutar. Kuburan tua tersebut terletak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan ini dipahat untuk tempat peristirahatan Raja Sidabutar, penguasa kawasan Tomok pada masa itu. Walaupun bergelar raja, namun sebenarnya kekuasaannya setara dengan kepala adat atau kepala desa. Berdasarkan sejarah, Sidabutar merupakan orang pertama yang menginjakkan kakinya di Pulau Samosir. Kuburan yang sudah berumur 469 tahun itu, merupakan kubur batu (sarkofagus). Pada batu itu, selain dipahatkan wajah sang raja, juga dipahatkan wajah permaisurinya yang bernama Boru Damanik. Di kompleks itu, terdapat pula ukiran lelaki yang duduk di bawah pahatan kepala raja, yaitu Panglima Guru Saung Lang Meraji. Lelaki yang berasal dari daerah Pakpak Dairi tersebut, konon adalah penasih raja sekaligus panglima perang yang sangat dipercaya. Sedangkan, kedua patung gajah yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan kuburan batu Raja Sidabutar mempunyai kisah tersendiri.
Dikisahkan bahwa Raja Sidabutar adalah raja sakti yang kekuatannya terhubung dengan rambutnya yang panjang dan gimbal. Apabila dipotong maka raja akan kehilangan kesaktiannya. Lambang gajah yang mengapit dasar makam tersebut mewakili kisah tentang mahar yang ia bayarkan saat meminang Boru Damanik. Ketika itu, Raja Sidabutar memerintahkan Guru Saung Lang Meraji mencari mahar berupa gajah, hewan yang sulit didapat ke daerah yang ada gajahnya yaitu Lampung atau Aceh. Akhirnya, dengan kesaktian yang dimilikinya, Guru Saung Lang Meraji mampu menjinakkan kedua gajah di Aceh, dan dibawa pulang untuk dihadapkan kepada Raja Sidabutar.


Kompleks makam berisi tiga kuburan raja beserta beberapa kuburan kerabatnya. Raja yang pertama dan raja yang kedua belum memeluk agama samawi namun masih menganut aliran kepercayaan setempat yang biasa disebut Parmalim. Sedangkan untuk raja yang ketiga, yang bernama Solompoan Sidabutar sudah menganut agama Kristen yang dibawa oleh Nomensen, seorang misionaris asal Jerman pada tahun 1881 ke Tanah Batak. Perbedaan aliran yang dianut oleh raja-raja, ditandai dengan kain yang diletakkan di atas makam, dan ornamen salib yang menghiasi makam raja ketiga.
Sebelum memasuki pemakaman Raja Sidabutar, pengunjung pertama sekali diwajibkan mengenakan ulos yang sudah disediakan penjaga makam tepat di depan pintu masuk kompleks makam. Ketentuan ini telah berlaku semenjak Raja Sidabutar wafat pada tahun 1544. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bila hal ini dilanggar maka pengunjung yang melanggar tersebut akan didatangi oleh Raja Sidabutar lewat mimpi. Ulos tersebut sebagai simbol untuk menjaga kesopanan. Ulos yang digunakan pengunjung pria berbeda dengan ulos yang digunakan oleh pengunjung perempuan. Di belakang makam tersebut juga terdapat patung batu yang menggambarkan perkumpulan masyarakat Batak. Dahulunya patung tersebut digunakan para leluhur untuk memohon agar diturunkan hujan.
Kompleks kuburan tua Raja Sidabutar hingga kini masih terawat dengan baik, dan hampir tiap hari terdapat beberapa pengunjung yang singgah di makam tersebut. Hal ini disebabkan karena kuburan tua tersebut merupakan salah salah satu destini yang ada di Pulau Samosir. *** (031111)
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami