The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Bojonegoro Heritage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bojonegoro Heritage. Tampilkan semua postingan

Stasiun Kereta Api Bojonegoro

Stasiun Kereta Api Bojonegoro (BJ) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Bojonegoro, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 6 Semarang yang berada pada ketinggian + 15 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kereta api kelas I. Stasiun Bojonegoro terletak di Jalan Gajah Mada, Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di depan Loresta Motor, Jual Beli-Tukar Tambah-Cash Credit.
Bangunan Stasiun Bojonegoro ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda meski fasade bangunan ini sedikit mengalami perubahan dengan penambahan teras untuk pintu masuk utamanya. Pembangunan stasiun ini bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Babat-Bojonegoro-Cepu sepanjang 72 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta di Hindia Belanda. Dimulai pada tahun 1902 dan selesai pada tahun 1903.


Proyek jalur kereta api Babat-Bojonegoro-Cepu ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api Gundih-Surabaya. Pengerjaan proyek besar dilaksanakan dari dua arah. Arah barat dimulai dari Gundih-Gambringan-Kradenan-Cepu-Bojonegoro, sedangkan dari arah timur dimulai dari Surabaya (Pasarturi)-Kadangan-Sumari-Lamongan-Bojonegoro. Jadi, proyek besar tersebut akhirnya bertemu di Stasiun Bojonegoro. Proyek besar Gundih-Surabaya ini memakan waktu selama tiga tahun.
Stasiun ini memiliki 7 jalur dengan jalur 3 dan 4 sebagai sepur lurus, arah barat (menuju Cepu) dan timur (menuju Lamongan). Semua jalur ini menyatu pada ujung-ujungnya, kecuali jalur 6. Karena jalur 6 merupakan sepur badug, yang jalan masuknya dari arah timur. Sepur badug ini digunakan untuk menyimpan gerbong-gerbong lama.
Dulu, dari Stasiun Bojonegoro ini ada jalur kereta api yang menghubungkan ke Jatirogo sepanjang 49 kilometer yang juga dibangun oleh NIS pada tahun 1919. Kemudian dari Jatirogo dilanjutkan pembangunan jalur rel kereta api Jatirogo-Pamotan-Lasem sepanjang 34 kilometer, yang pengerjaannya dilakukan oleh Semarang-Joana Stoomtram-Maatschappij Zustermaatschappijen (SJS) dari tahun 1914 hingga tahun 1919. Sedangkan, jalur kereta api Juwana-Rembang-Lasem sepanjang 34 kilometer sudah dikerjakan lebih dulu oleh SJS pada tahun 1900. Sayangnya, jalur kereta api dari Bojonegoro hingga Juwana tersebut sudah tak aktif lagi.
Stasiun Bojonegoro ini merupakan stasiun kelas I, berbentuk persegi panjang. Bagian depan, tepatnya pada pintu masuk utama dilakukan penambahan untuk terasnya. Sehingga, baik yang mengantar maupun yang menjemput penumpang bisa langsung berada di teras tersebut. Sebagai stasiun besar, Stasiun Bojonegoro memiliki banyak layanan kereta api seperti pada stasiun besar lainnya yang ada di Pulau Jawa. Layanan kereta api yang berhenti di Stasiun Bojonegoro meliputi kereta api Sembrani, Harina, Gumarang, Jayabaya, Kertajaya, Maharani, Cepu Ekspres, Blora Jaya Ekspres, dan KRD Bojonegoro. *** [121215]
Share:

Prasasti Adan-Adan


Prasasti Adan-Adan terdiri atas 17 lempeng tembaga berukuran panjang 37,5 cm, lebar 12 cm dan tebal 4 mm, sedangkan ukuran hurufnya adalah tinggi 7 mm dan lebar 6 mm. Setiap lempeng memuat 4 baris tulisan yang ditulis dengan huruf Jawa Kuna.
Prasasti yang ditemukan di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur oleh Pak Mardjuki dengan kedalaman 0,50 meter dari permukaan tanah sekitarnya.
Prasasti Adan-Adan kini disimpan di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Jawa Timur namun replikanya akan dibuat dan ditaruh di Museum Rajekwesi, Bojonegoro, Jawa Timur.

Isi Prasasti
  • Pertanggalan: tertulis tahun 1223 Çaka (1301 Masehi), ditulis pada hari Sanaiscara (Sabtu), pasaran Umanis (Legi), tanggal 15 (Pancadasi) bagian bulan gelap (Krsnapaksa) dalam bulan Srwana, wuku Madangkungan, dewanya Pitr (Pitr-dewata), yoganya Siwa (Siwa-yoga).
  • Nama Raja: nama kecil raja disebut Nararyya Sanggramawijaya, nama setelah dinobatkan Krtarajasa Jayawardhana. Disebut nama gelar: Sri Jayakatyengrajati-ripujaya (penghancur raja Jayatyeng).
  • Nama Permaisuri Raja: kesemuanya putri raja Kertanegara, di antaranya: Sri Bhuwanaswari (sebagai parameswari), Sri Rajendradewi (sebagai Sri Mahadewi), Prajnyaparamita (sebagai Jayandradewi).
  • Jabatan: beberapa pejabat tinggi kerajaan, di antaranya: Rakryan Mantri Hino, Rakryan Mantri Sirikan dan Rakryan Mantri Halu.
  • Penetapan Pembebasan Tanah (Sawah) di Adan-Adan dari kewajiban membayar pajak. Maksudnya Desa Adan-Adan diangkat statusnya menjadi sebuah sima atau daerah perdikan atau daerah swatantra. Daerah ini diberikan kepada seorang Pendeta Raja (Pendeta Kraton) atau seorang Rajarsi. Karena Sang Rajarsi telah berbakti kepada Raja Krtarajasa, mengikuti segala penderitaan raja (walkaladhari/memakai pakaian kulit kayu), bertingkahlaku susila (sila suddhacara) taat menjalankan ibadah agama (dharmacintana).
  • Batas-batas Desa Adan-Adan sebagai tanah lungguh, yaitu: Desa Tinawun, Kawengan, Jajar, Patambangan, Tambar, Padasan, Punten, Rakameng, Kubwan-agede (Kebo-gede), Paran, Panjer dan Sanda.
  • Kalimat kutukan bagi siapa saja yang berani merubah putusan raja akan digigit ular, disambar petir, diterkam harimau, pecah kepalanya, keluar ususnya. ***
Share:

Museum Rajekwesi

Diawali dengan mengumpulkan benda-benda bersejarah temuan dan hibah dari warga masyarakat dan ditempatkan di halaman gedung lingkungan kantor kabupaten sehingga keberadaan benda-benda tersebut amat rawan hilang dan rusak. Maka atas usul kerjasama antara Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro, dikumpulkan dan ditata benda-benda tersebut di suatu gedung lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bojonegoro yang difungsikan sebagai museum dan diberi nama museum “Rajekwesi” sampai sekarang ini.


Museum sederhana yang di dalamnya menyimpan prasasti cikal bakal Kabupaten Bojonegoro,  didirikan pada tahun 1992. Museum dengan luas bangunan sekitar 8 meter x 26 meter itu terletak di samping Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, tepatnya di Jalan Patimura No. 9 Bojonegoro.


Di dalam museum terdapat tiga ruangan. Ruang Pajang di depan yang menyimpan koleksi benda-benda purbakala, ruang tengah menyimpan koleksi benda-benda zaman sejarah klasik dan ruang belakang yang menyimpan koleksi etnografi. Fosil purbakala yang disimpan di antaranya fosil kepala gajah dengan panjang 37 cm, lebar 25 cm, dan tebal 20 cm. Fosil kepala gajah ini diperkirakan pernah hidup satu juta tahun yang lalu itu ditemukan di Dukuh Poh, Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro.



Koleksi benda masa sejarah klasik atau sekitar 10 ribu tahun yang lalu juga cukup banyak. Ada arca Siwa yang terbuat dari bahan batu andesit menemani arca Ganesa yang sedang bersila. Kondisi arca Siwa dan Ganesa itu terawat dengan baik. Koleksi benda bersejarah lainnya yang tidak kalah penting adalah keris pulanggeni pada masa kerajaan Majapahit. Keris itu dibuat oleh Empu Ki Supo ketika mendampingi Raja Jayanegara saat melarikan diri ke daerah Bedander – sekarang dikenal sebagai Dander, salah satu kecamatan di Bojonegoro.



Raja Jayanegara mengungsi ke Bedander karena ada pemberontakan Semi dan Kuti. Keris pulanggeni itu tersimpan rapi di museum itu. Salah satu koleksi yang menjadi penanda cikal-bakal Kabupaten Bojonegoro juga tersimpan di sini. Prasasti Adan-Adan yang berupa tulisan Jawa Kuno pada 17 lempengan tembaga ditemukan di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, pada tahun 1992. Prasasti itu diperkirakan ditulis pada 1.300 tahun lalu pada masa kerajaan Majapahit. Prasasti itu menyebutkan tentang adanya Kadipaten Rajekwesi yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Bojonegoro. *** [080512]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami