The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Banten Heritage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Banten Heritage. Tampilkan semua postingan

Prasasti Muruy

Prasasti ini diperkirakan berasal dari masa Kesultanan Banten yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Syifa Zaenal Arifin (1733-1750). Prasasti Muruy terbuat dari batu andesit dengan tinggi sekitar 140 cm dan lebar ± 200 cm. Pada salah satu sisinya terdapat aksara Arab dalam bentuk tulisan kaligrafi.
Prasasti ini memuat aksara Arab yang diduga sebagai candra sengkala (penanggalan) yang tertulis sebagai berikut: “Athal haman khomsatun anabu sahro al-sanatun (1161 H)” tertera di batu tersebut.
Berdasarkan aksara Arab yang menunjukkan penanggalan Hijriah, apabila dihitung ke dalam tahun Masehi maka diperkirakan sekitar tahun 1741 Masehi, kurang lebih semasa dengan pemerintahan Sultan Muhammad Syifa Zaenal Arifin.
Untuk sampai ke lokasi, yakni di Kampung Muruy, Desa Muruy, Kecamatan Menes, harus melewati jalan desa dan prasasti ini terletak di pinggir sebuah sungai. Lokasi Prasasti Muruy berjarak ± 58 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Banten, atau 35 kilometer dari Kota Pandeglang. ***

Sumber:
Visit Banten Tourism Directory 2013, Serang: PT. Zeryn Komunika
Share:

SDN Kampung Kelor 1

SD Negeri Kampung Kelor 1 terletak di Jl. MH Thamrin Km. 8 RT.001 RW.001 Desa Kampung Kelor, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Sebelum adanya pemekaran wilayah, daerah ini dulu termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sepatan. Lokasi bangunan SD sekitar 2 m sebelah timur Kantor Desa Kampung Kelor, dan menghadap ke Barat. Saat ini, SD ini memiliki jumlah siswa sebanyak 416 murid, yang terdiri atas 189 laki-laki dan 227 perempuan.
SD Negeri Kampung Kelor 1 termasuk sekolah tertua yang ada di wilayah Sepatan Timur yang dibangun pada tahun 1941. Semasa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, sekolah ini ditutup karena tidak diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan seperti biasa oleh Pemerintah Jepang dengan alas an yang tidak jelas. Baru pada tahun 1951 setelah Indonesia merdeka, sekolah ini dibuka kembali hingga kini.
Awalnya, bangunan sekolah ini menggunakan bahan material seadanya, seperti tiang dari bambu dengan pagar bilik anyaman bambu dan beratapkan daun kirai. Guru yang mengajar pun diambilkan dari orang-orang yang sekadar bisa membaca dan menulis saja. Setelah itu, ada secercah harapan dari pengangkatan mutu guru yaitu guru-guru tersebut disekolahkan ke SGB.


Seiring perkembangan zaman, bangunan sekolah yang dulunya berukuran 6 x 7 m mengalami perubahan dari sebelumnya. Dulu yang hanya terbuat dari bambu, kini berubah menjadi bangunan yang berbahan dasar batu, pasir dan semen. Dulu hanya memiliki satu ruangan, lalu beertambah menjadi 3 ruang kelas, kemudian menjadi 5 ruang kelas, dan kini memiliki 8 ruang kelas beserta kantor kepala sekolah.
Sebelumnya, SD Negeri Kampung Kelor 1 mempunyai rumah dinas yang diperuntukan bagi guru dan kepala sekolah, namun rumah dinas tersebut telah ambruk karena sudah tua dan kurangnya perawatan. Akhirnya, rumah dinas tersebut tidak dibangun kembali.
SD Negeri Kampung Kelor 1 memiliki lahan seluas 3.000 m². Selain berdiri bangunan SD, beberapa meter terpakai untuk bangunan masjid dan Kantor Kepala Desa. Ihwal keberadaan tanah yang menjadi lokasi sekolah ini belum ada yang mengetahui dengan jelas dari mana tanah tersebut atau siapa sebenarnya yang menghibahkan tanah tersebut.
Seiiring perjalanan waktu, SDN Kampung Kelor 1 telah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 7 kali sejak berdiri hingga kini. Adapun kepala sekolah yang pernah bertugas di sekolah ini, yaitu: Marjuk, Muslim, Rusmana, Wagimin, Utardi, Sarodi dan Mujiati. *** [240713]

Share:

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

A.    Sejarah Singkat
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang tersebar dan terkumpul di dalam gudang sebagai hasil penelitian dan pelestarian situs Banten Lama agar dapat dinikmati masyarakat luas pada tanggal 15 Juli 1985 terwujud, yakni dengan diresmikannya Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof.DR. Haryati Soepadio



B.     Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah ± 10.000 m² dan bangunan ± 778 m². Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.



C.     Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan banten Lama berupa benda-benda koleks, baik asli maupun replica/reproduksi, miniatur, diorama, dan maket serta dapat dikelompokkan dalam koleksi arkeologika, keramologika, numismatika/heraldika, etnografika, dan seni rupa.

1.       Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum Situs Kepurbakalan Banten Lama meliputi sejumlah benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama, yang berasal dari masa pra-sejarah, masa klasik (Hindu-Buddha), masa Islam, hingga masa kolonial.
Koleksi arkeologika ini mencerminkan eksistensi Banten Lama telah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia.
Koleksi-koleksi tersebut antara lain: kapak batu, arca nandi, genteng berbagai bentuk dan ukuran, memolo/hiasan atap bangunan/pemuncak, tegel, pagar besi berhias, engsel, pegangan kunci, rumah kunci, hiasan lubang kunci, paku, mur dan pipa saluran air berbagai bentuk dan ukuran.


2.       Koleksi Keramologika
Koleksi keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa yang datang ke sana. Selain itu juga telah terdapat industri gerabah yang berkembang di Banten Lama, di mana gerabah-gerabah tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.



3.       Koleksi Numismatika
Koleksi numismatika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang ada di museum ini berupa mata uang asing yang dicetak di Banten Lama sendiri maupun mata uang asing seperti caxa (Cina), mata uang VOC,  mata uang Inggris, dan Tael.


4.       Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum antara lain berupa koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu, juga terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan alat kesenian.

5.       Koleksi Seni Rupa
Koleksi seni rupa yang menjadi koleksi museum ini umumnya lukisan yang menceritakan sejumlah peristiwa di Banten Lama. Koleksi seni rupa ini antara lain sketsa yang menggambarkan tentang kegiatan pasar pada masa lalu, juga lukisan tentang utusan duta besar Kesultanan Banten yang melawat ke negara Inggris, suasana di Tasikardi, diorama suasana musyawarah tahun 1596, pelabuhan Banten tahun 1596, suasana pasar Karangantu, lukisan keterangan tentang urutan Sultan-sultan yang menjabat pada waktu itu dan lain-lain.

D.     Pameran
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai ± 1.000 benda koleksi, baik yang dipamerkan secara outdoor dan indoor maupun yang masih tersimpan di kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang dan gudang museum. Sebagian besar dari benda-benda koleksi yang dimiliki oleh museum merupakan temuan arkeologi yang berasal dari Situs Kepurbakalan Banten Lama pada khususnya dan daerah Banten pada umumnya, baik yang diperoleh dengan cara penggalian arkeologis, maupun dengan cara pembelian/imbalan jasa dan hibah serta titipan.

E.      Kegiatan Penunjang
Tidak berbeda dengan museum umum lainnya, museum situs ini juga mempunyai fungsi sebagai tempat pelestarian warisan budaya dan sarana dalam penelitian sekaligus sebagai tempat rekreasi. Benda-benda yang kemudian dijadikan koleksi museum merupakan faktor yang penting karena melalui koleksi-koleksi yang dimiliki dan dipamerkan, masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari tentang sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

F.      Pelayanan Umum
Selain kegiatan rutin, museum juga memberikan pelayanan umum yang bersifat teknis kepada masyarakat, yaitu:

v  Penelitian dan pendeskripsian koleksi pribadi serta bimbingan penelitian koleksi
v  Perawatan dan penataan koleksi pribadi
v  Bimbingan penulisan skripsi bagi mahasiswa, karya tulis bagi pelajar dan siswa seputar budaya Banten.

G.     Lain-Lain

1.       Fasilitas
Adapun sarana yang tersedia di museum ini adalah kawasan wisata Situs Kepurbakalaan Banten Lama, camping ground, ruang tiket, taman, parker, ruang auditorium, souvenir, mushola dan toilet.

2.       Jam Buka
Selasa – Kamis                                Jam        09.00 – 16.00 WIB
Jumat                                               Jam        09.00 – 11.00 WIB & 14.00 – 16.00 WIB
Sabtu – Minggu                               Jam        09.30 – 15.00 WIB
Senin & Hari Libur Nasional            Tutup    *** [230612]
Share:

Vihara Avalokitesvara

Dalam catatan sejarah, keberadaan Vihara Avalokitesvara ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Syarif Hidayatullah (1450-1568 M), atau yang lebih populer dengan nama Sunan Gunung Jati, salah seorang dari Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau tergerak mendirikan sebuah vihara di Serang karena melihat banyaknya perantau dari Tiongkok beragama Buddha yang membutuhkan tempat ibadah.


Berdasarkan sumber yang lain, ide mendirikan vihara ini sejak beliau menikah dengan salah seorang putri Tiongkok. Karena banyak di antara pengikut putri tersebut yang masuk Islam, Sunan Gunung Jati kemudian membangun sebuah masjid bernama Masjid Pecinan, yang kini tinggal puingnya saja. Sedangkan bagi mereka yang tetap bertahan dengan keyakinannya semula, dibuatkan sebuah vihara.


Vihara yang termasuk dalam Kawasan Situs Banten Lama dan konon dibangun sekitar tahun 1652 M ini diberi nama Vihara Avalokitesvara. Nama vihara tersebut diambil dari nama salah seorang penganut Buddha, yaitu Bodhisattva Avalokitesvara, yang artinya "mendengar suara dunia."
Vihara yang termasuk tertua di Indonesia ini, terletak di Kampung Pamarican atau Kasunyatan, Desa Banten, Kecamatan Kaseman, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Bagi masyarakat Banten sendiri, bangunan vihara ini tidak hanya sekadar menjadi bangunan bersejarah ataupun tempat peribadatan semata, tetapi juga sebagai simbol bagaimana masyarakat lampau mampu mewariskan keharmonisan dalam menghadapi setiap perbedaan yang ada. Masyarakat Banten memang dikenal sebagai komunitas mayoritas muslim, namun keharmonisan beragama di kawasan Banten Lama ini terjalin sangat baik, bahkan tak jarang penduduk yang tinggal di sekitar kawasan vihara ikut terlibat dan membantu ketika ada acara dan perayaan-perayaan di vihara, contohnya seperti perayaan ulang tahun Buddha.
Toleransi beragama dan keharmonisan hubungan antara umat Islam dan umat Buddha di kawasan Banten lama juga dapat terpancar dari arsitektur bangunan Masjid Agung Banten Lama yang terletak tak jauh dari kawasan vihara. Masjid Agung Banten Lama yang juga adalah ikon Banten lama memiliki arsitektur bangunan yang bergaya Eropa Cina. *** [230612]
Share:

Prasasti Lebak

Prasasti ini ditemukan di Kampung Lebak, di tepi Sungai Cidanghiyang, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Prasasti ini berisi dua baris puisi dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta ditemukan di desa dataran rendah di tepi Sungai Cidahiyang.
Prasasti ini mengisahkan mengenai kebesaran dan keberanian Raja Purnawarman. Kisah ini diawali oleh merajalelanya perompak laut yang beraktivitas di wilayah Kerajaan Tarumanegara. Perompak laut itu sudah kelewat meresahkan Kerajaan Tarumanegara dengan klimaksnya perompakan terhadap perahu pejabat Kerajaan Tarumanegara. Kabar ini begitu didengar oleh Raja Purnawarwan maka beliau sendiri yang berkehendak ingin mengatasinya.
Prasasti Lebak dikenal juga dengan nama Prasasti Munjul atau Prasasti Cidahiyang. ***

Share:

Museum Benteng Heritage

Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berarsitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan dibangun pada pertengahan abad 17 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No. 20, Pasar Lama, Tangerang yang juga adalah zero point-nya Kota Tangerang karena di sinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang, yang dulunya disebut Kota Benteng terbentuk.


Tindakan restorasi ini berbekal pada kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dari setiap budaya dan tradisi yang ada di Bumi Persada Nusantara. Untuk itulah kami tergerak untuk turut berpartisipasi aktif melakukan penyelamatan situs-situs budaya yang masih tercecer agar tidak punah sama sekali dan mengakibatkan kita menjadi bangsa yang miskin dengan peradaban sehingga mengalami “amnesia sejarah”.


Di museum ini, pengunjung akan menemukan banyak hal-hal unik di balik sejarah kehidupan etnik Tionghoa serta berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, mulai dari kedatangan armada Cheng Ho dengan rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal jung besar dan kecil membawa hampir 30.000 pengikutnya.


Sejarah orang Tionghoa ke Nusantara telah terjadi beberapa abad yang lalu. Dalam buku catatan sejarah Sunda, “Tina Layang Parahyangan”, dikatakan bahwa pada tahun 1407 rombongan orang Tionghoa yang dipimpin oleh Chen Cie Lung (Ha Lung) mendarat di pantai utara Tangerang yang dikenal dengan nama Teluk Naga. Mereka kemudian bermukim dan membuka lahan pertama di sepanjang sungai Cisadane. Rombongan ini diyakini merupakan pengikut Laksamana Cheng Ho, seorang muslim Tionghoa yang diutus oleh Kaisar Yongle (Zhu Di) dari Dinasti Ming, Tiongkok.
David Kwa, seorang pengamat Cina Benteng dan sekaligus seorang Tionghoa Peranakan, mengatakan bahwa orang Tionghoa yang ada di  Tangerang maupun Jakarta umumnya berasal dari bagian selatan Provinsi Hokkian (Fujian), yakni wilayah sekitar Ciang-ciu (Zhangzhou), E-mui (Xiamen), dan Coan-ciu (Quanzhou) di Cina selatan. Waktu itu, karena yang datang umumnya kaum laki-lakinya dan hampir tidak ada perempuan Cina yang bermigrasi, laki-laki Tionghoa totok (sin-kheh) ini lalu menikahi perempuan setempat dan membentuk keluarga. Hasil perkawinan campur inilah yang kemudian membentuk komunitas Tionghoa Peranakan (David Kwa, 2005).
Kaum Tionghoa Peranakan di Tangerang atau Jawa pada umumnya tidak dapat berbahasa Tionghoa lagi dan berbahasa Melayu dan atau dialek setempat: Sunda atau Jawa. Budaya mereka merupakan akulturasi antara budaya Tionghoa dari pihak laki-laki dan budaya lokal dari pihak perempuan.
Pemukiman Tionghoa berkembang pesat setelah benteng Tangerang – lokasinya Benteng Jaya, belakang Plaza Tangerang, sekarang – dibangun sekitar 1730 oleh Belanda sebagai pertahanan terhadap serangan Banten yang ingin merebut kembali Batavia. Dari pertahanan inilah, lahir nama Benteng sebagai nama lain Kota Tangerang karena pada sekitar abad ke-17 terdapat benteng yang didirikan oleh Belanda dan dijaga oleh tentara yang berasal dari Makassar yang merupakan taklukan Belanda.
Konon nama “Benteng Makassar” yang berlokasi di tepi sungai Cisadane berasal dari adanya benteng ini, sedangkan penduduk Tionghoa yang sudah turun temurun sejak kedatangan nenek moyang mereka lebih dari 600 tahun yang lalu. Namun masih mewarisi sepenggal budaya Tionghoa yang telah berakulturasi dengan budaya setempat yang terkenal dengan sebutan “Cina Benteng”.
Selain menyaksikan hal-hal yang berhubungan dengan budaya Tionghoa beserta artefak-artefak yang berusia ratusan tahun, pengunjung dapat juga mendapatkan sebuah galeri yang berisikan berbagai macam kamera tua yang masih bisa menghasilkan gambar berkualitas tinggi. Bagi pengunjung yang senang dengan musik, pengunjung juga akan dicengangkan oleh berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno; Edison Phonograph buatan tahun 1890-an sampai zamannya Retro. Pengunjung akan belajar banyak tentang sejarah kamera dan musik di sini!
Dan masih banyak lagi kejutan-kejutan untuk pengunjung yang senang sejarah! Museum ini sangat unik sesuai misi pemiliknya untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan penghargaan terhadap sejarah.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati santap siang/malam dalam suasana dan hidangan kuliner babah/peranakan Tionghoa Benteng yang sangat spesial dan halal, maka pemilik museum juga menawarkan paket-paket khusus, seperti paket ulang tahun/sejit/reuni keluarga/arisan/wisata kuliner (maksimal 80 orang), pemotretan/video pre-wedding, penyewaan pakaian tradisional, lokasi upacara perkawinan adat/ciotau/teh pai, lunch meeting perusahaan dan seminar.

Opening Hours
Museum:        
Selasa – Jumat  13.00 – 18.00
Sabtu – Minggu 11.00 – 19.00
Senin Tutup

Heritage Waroeng Kopi:   10.00 – 22.00

Tarif Tiket
Umum                           :  Rp 20.000,-
Mahasiswa/Pelajar        :  Rp 10.000,-
English Language Tour   :  Rp 50.000,-

Tour di Museum Benteng Heritage adalah “guided tour” yang berlangsung selama 45 menit dengan jumlah setiap rombongannya dibatasi sampai dengan 20 peserta. Oleh karena itu bagi yang ingin mengikuti “Tour of the Museum” ini diminta untuk mendaftarkan diri sebelumnya serta diwajibkan membeli tiket masuk dan mentaati peraturan serta tata tertib yang berlaku.

HERITAGE” Waroeng Hobi
Di mana pengunjung bisa membeli barang-barang dan buku-buku yang berhubungan dengan hobi para pengunjung, seperti kamera tua, perangko, piringan hitam, turntable, batu permata, kebaya, kain batik, souvenir, dan lain-lain.

HERITAGE” Waroeng Kopi
Menyediakan Dim Sum dan makanan/minuman khas babah/peranakan Tionghoa Tangerang yang dapat dinikmati oleh semua orang (halal). *** [050212]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami