Lama
tak jalan-jalan di Kota Surabaya, rasanya kangen juga. Berbekal tas punggung
dan tas kecil tempat menaruh kamera, saya berusaha menyusuri Kota Surabaya.
Start dari Ketabang, terus bergerak ke Gubeng. Dilanjutkan menuju Tunjungan,
dan berakhir di Ketabang lagi. Karena jalur line N melewati depan Balai Kota
Surabaya untuk menuju ke Bratang.
Pada
waktu kaki melangkah menuju Gubeng dari Balai Kota, saya menyempatkan diri
untuk melihat sebuah kapal selam yang berada di daratan. Itulah Monumen Kapal
Selam, atau masyarakat Surabaya seringkali menyebutnya dengan singkatannya
saja, yaitu Monkasel. Monkasel ini terletak di Jalan Pemuda No. 29 Kelurahan
Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi
Monkasel ini berada di bantaran Kali Mas yang ada Jembatan Gubeng, atau di
sebelah timur areal parkir Plasa Surabaya.
Setelah
membeli tiket masuk di loket kecil yang terselip di antara deretan ATM Center,
saya memasuki areal Monkasel lewat pintu gerbang yang di atasnya tertulis
Monumen Kapal Selam. Lalu, ketemu dengan kapal selam yang dikitari oleh taman.
Bagian fisik luas kapal selam dicat dengan dua warna. Bagian atas dicat dengan
warna hijau, dan bagian bawah berwarna hitam. Sedangkan, torpedo yang terlihat
berwarna merah putih.
Monkasel ini dibangun atas prakarsa Pimpinan TNI AL, Gubernur Jawa Timur dan para sesepuh kapal selam. Monkasel adalah bentuk asli kapal KRI Pasopati 410 dari Satuan Kapal Selam Armada RI Kawasan Timur (Satselarmatim).
KRI
Pasopati dengan nomor lambung 410, termasuk jenis SS type Whiskey Class yang
dibuat di Vladiwostok, Rusia, pada tahun 1952. Masuk jajaran dinas di TNI AL
pada 15 Desember 1962 dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping), mengadakan pengintaian
dan melakukan silent raids.
KRI
Pasopati memiliki panjang keseluruhan 76
meter, dan lebar maksimum 6,3 meter.
Panjang badan tekan 58 meter, lebar badan tekan maksimum 4,7 meter, dan lebar
badan tekan minimum 4,4 meter. Kemudian, tinggi titik tengah dari lunas garis
air 4,49 meter, tinggi haluan dari lunas garis air 4,25 meter, tinggi buritan
4,76 meter, tinggi dome asdik 0,50
meter, dan tinggi anjungan adalah 5,5 meter.
Kapal
ini mempunyai kecepatan di atas permukaan, maksimum 18,3 knot dan ekonomis 10 knot.
Sedangkan, kecepatan di bawah permukaan, maksimum 13,5 knot dan ekonomis 2 knot.
Beratnya dalam kondisi di atas permukaan 1.048 ton, dan di bawah permukaan
1.340 ton serta memiliki jarak jelajah 8.500 mil laut.
Selama pengabdiannya, KRI Pasopati banyak berperan aktif menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut yuridiksi nasional dalam berbagai operasinya, antara lain Operasi Trikora pada tahun 1962. Pada operasi tersebut, KRI Pasopati berada di garis depan memberikan tekanan psikologis terhadap lawan. Selain itu banyak operasi penting lainnya yang telah dilaksanakan. Selama bertugas KRI Pasopati telah dipimpin oleh 14 komandan. Komandan pertama adalah Mayor Laut (P) Sigitjoto Sudirjo, dan komandan terakhir adalah Mayor Laut (P) Imam Zaki.
Pembangunan
Monkasel ditandai dengan peletakkan batu pertama pada 1 Juli 1995 oleh Gubernur
Jawa Timur Basofi Sudirman didampingi Panglima Armada Timur Laksamana Madya TNI
Gofar Soewarno. Kemudian KRI Pasopati yang telah dinonaktifkan dari jajaran TNI
AL pada 25 Januari 1990 itu dipotong-potong menjadi 16 blok di PT. PAL dan
dibawa ke lokasi untuk dirakit ulang hingga menjadi wujud utuh kembali menjadi KRI Pasopati. Monkasel
diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Arief
Kushariadi pada 27 Juni 1998 dan dibuka untuk umum pada 15 Juli 1998.
Masuk
ke dalam KRI Pasopati ini, pengunjung harus menaiki tangga yang terbuat dari
besi. Tepat di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh petugas yang ada di
dalam kapal. Setelah ditanyakan mengenai tiket masuknya, pengunjung langsung
dipersilakan untuk berkeliling melihat isi dalam kapal selam tersebut. Di dalam
kapal ini, pengunjung akan menyaksikan tujuh ruangan.
Ruang I
Ruang
ini lebih dikenal dengan sebutan ruang torpedo atau ruang depan pada bagian
atas ruang ini terletak pintu masuk ke dalam kapal. Pintu ini juga berfungsi
untuk keluar masuk (bongkar muat) torpedo.
Di
dalam ruang ini terdapat 4 tabung peluncur torpedo yang berfungsi untuk
menembakkan torpedo juga untuk meluncurkan perenang tempur (pasukan katak), 6
kursi torpedo cadangan serta 8 tempat tidur untuk bintara dan tamtama. Pada
saat bertempur, pintu antar ruangan harus tertutup rapat.
Ruang II
Ruang
ini merupakan lounge room perwira. Di
sini, para perwira tinggal, makan dan bekerja. Di antara ruangan ini terdapat
sekat kecil untuk ruang komandan dan ruang komunikasi. Di bawah geladak
terdapat ruang baterai group 1.
Ruang III
Ruang
ini merupakan ruang Pusat Informasi Tempur (PIT), tempat pengoperasian kapal
dan pusat kegiatan tempur dilaksanakan. Di bawah geladak terdapat gudang
penyimpanan makanan.
Ruang IV
Ruang
ini terdapat tempat tidur ABK, ruang makan ABK, dapur serta ada tempat atau
gudang untuk penyimpanan bahan makanan.
Di
ruang ini pula ABK dapat santai dan dapat istirahat. Di bagian kiri bagian
belakang terdapat peralatan bantu (kompressor udara dan converter listrik). Kompressor udara adalah untuk mengisi udara
tekanan tinggi (UTT) ke botol udara.
Di
bawah ruangan ini ada ruang battery group
2 dengan jumlah 210 cell. Pada saat
bertempur, pintu antar ruang juga harus tertutup rapat agar supaya kedap.
Ruang V
Ruang ini merupakan tempat motor diesel, pesawat
bantu dan pengendaliannya. Motor diesel yang digunakan oleh kapal selam ini
adalah mesin diesel 2.000 PK. Mesin diesel ini digunakan sebagai motor
pendorong pokok saat kapal selam berada di atas permukaan dengan kecepatan
maksimum 18, 3 knot (1 knot = 1,8 Km/jam).
Ruang VI
Ruang
ini adalah ruang listrik di mana terdapat 2 buah motor listrik/generator pokok
untuk menggerakkan baling-baling atau pengisian batteray.
Motor
listrik ini dapat berfungsi ganda. Bila diputar oleh tenaga listrik dari battery, maka berfungsi sebagai motor
listrik penggerak profeler dan bila diputar oleh diesel pokok sebagai generator
maka befungsi untuk pengisian batteray.
Di
sini juga terdapat 2 buah motor ekonomi yang digunakan pada saat kapal berlayar
dengan menggunakan kecepatan ekonomis serta peralatan bantu lainnya. Di sini
ada pula tempat tidur ABK.
Ruang VII
Ruang
ini merupakan ruang torpedo buritan. Pada ruang ini ada 2 buah peluncur
torpedo. Di bagian atas ruangan ini terdapat pintu masuk ABK dari arah geladak
buritan ke dalam kapal selam.
Selain
peluncur torpedo terdapat juga pompa hidrolik yang berfungsi untuk memberikan
tekanan hidrolik pada sistem yang digunakan untuk menggerakkan peralatan
hidrolik, antara lain kemudi vertikal, kemudi horisontal depan, kemudi
horisontal belakang dan alat-alat angkat.
Bila
pompa hidrolik tidak dapat bekerja maka kemudi vertikal menggunakan kemudi
darurat yang berada di ruang VII ini. Pada saat peran tempur pintu antar ruang
harus tertutup rapat kedap.
Dari
ruang VII itu ada pintu keluar dengan menuruni tangga yang terbuat dari besi.
Pada saat menuruni ini, pengunjung bisa melihat tiang menara yang ada bendera
merah putih dan tangga yang diuntai dengan tali temali. Tiang seperti ini
acapkali dijumpai di pelabuhan yang umumnya berada di muara. Pada zaman dulu,
tiang seperti ini sangat membantu kapal-kapal yang hendak merapat, atau untuk
mengetahui arah angin. Selain itu, di dalam kompleks Monkasel ini juga terdapat
sejumlah fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung, seperti museum kecil
dan cafetaria, panggung terbuka,
tribun, gardu pandang, dermaga, taman, area parkir, toilet umum, air mancur,
dan jogging track. *** [090116]
wah,, masukin list ah
BalasHapusPaket Wisata Jogja