Dari
lampu merah BAT menuju Darmokali, menoleh ke kiri terlihat bangunan yang
dilihat sepintas seperti sebuah benteng. Karena tampak pintunya yang melengkung
lebar laksana pintu benteng pada umumnya. Namun setelah kita berkunjung ke
bangunan tersebut, ternyata bukanlah benteng melainkan bangunan lawas yang menjadi swalayan yang
menyediakan perangkat keras maupun perabotan rumah. Sesuai tulisan yang ada di
gapura, diketahui bahwa nama bangunan tersebut adalah AJBS Home Centre. Gedung
AJBS ini terletak di Jalan Ratna No. 14 RT. 06 RW. 01 Kelurahan Ngagel,
Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini
berada di selatan Gereja Yesus Kristus Dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, atau
di belakang Central Point Mall Ngagel.
Informasi
yang diperoleh saat berada di lokasi AJBS, menjelaskan bahwa bangunan yang
digunakan oleh AJBS ini dulunya merupakan bekas pabrik bir yang ada di
Surabaya. Kemudian, saya cocokkan dengan sebuah foto koleksi Tropenmuseum yang
diunggah di dunia maya memperlihatkan bahwa bangunan AJBS tersebut adalah
tempat pembuatan bir (bierbrowerij). Koleksi
foto tersebut diberi titel Luchfoto van
de browerij van Heineken’s Nederlandsch-Indische Bierbrowerij Maatschappij in
Soerabaja (foto udara tempat pembuatan bir milik perusahaan bir Hindia Belanda
Heineken di Surabaya).
Pabrik bir ini didirikan pada tahun 1930, dan pada tahun 1931 mulai memproduksi bir untuk pertama kalinya dengan nama Java Beer atau Java Brewery. Desain dari bangunan pabrik bir ini menggunakan rancangan Johan Frederik Lodewijk Blankenberg. Blankenberg adalah seorang arsitek Belanda yang banyak menghasilkan karya arsitekturalnya di Hindia Belanda. Ia lahir di Haarlem pada tahun 1888. Setahun setelah menyelesaikan studinya di Delft Technische Hogeschool, Blankenberg bergabung dengan N.V. Ingenieursbureau Bakker en Meyboom di Batavia pada tahun 1915. Kemudian, ia memutuskan untuk menjadi arsitek independen pada tahun 1922. Ia meninggal di Oegstgeest pada tahun 1958.
Menurut
sejarahnya, pabrik bir ini milik N.V.
Nederlandsch-Indische Bierbrowerijen yang didirikan pada 3 Juni 1929 di
Medan. Setelah pabriknya yang berada di Surabaya beroperasi, domisili
perusahaan bir tersebut dipindahkan ke Surabaya sesuai keberadaan lokasi
pabriknya pada tahun 1936. Pada tahun 1937 dilakukan renovasi pabrik dan
perluasan jaringan usahanya, dan kemudian Group Heineken masuk serta sekaligus
menjadi pemegang saham utama perusahaan. Hal ini menyebabkan nama perusahaannya
pun turut mengalami perubahan menjadi Heineken
Indische Bierbrowerijen Maatschappij.
Pada tahun 1949 setelah PD II berakhir, pembuatan bir kembali beroperasi dan bir Heineken kembali dipasarkan. Setelah beberapa kali berganti nama, perusahaan tersebut akhirnya memakai nama PT. Multi Bintang Indonesia dan resmi menjadi perusahaan publik pada tahun 1981. Saham-sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta, dan domisili perusahaan dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta. Pabriknya sudah disiapkan di Tangerang sejak tahun 1972. Sedangkan, pabrik bir yang ada di Surabaya dipindahkan ke Mojokerto pada tahun 1997.
Kisah
tempat pembuatan bir di Surabaya pun turut berakhir sudah. Bangunan untuk
membuat bir tersebut akhirnya berubah kepemilikannya dan disulap menjadi AJBS
Home Centre tanpa mengubah nuansa heritage
yang dimiliki oleh bangunan tersebut. AJBS, singkatan dari PT. Anak Jaya Bapak
Sejahtera, merupakan anak perusahaan dari PT. Aneka Jaya Baut Sejahtera. PT.
Aneka Jaya Baut Sejahtera ini sendiri semula merupakan toko tradisional dan
pabrik khusus mur dan baut yang didirikan di Surabaya pada tahun 1966. Setelah
26 tahun, toko itu mulai merambah alat listrik.
Pada
1996 mulai terbentuk ide membuat konsep toko menjadi retail store mur baut dan alat teknik. Kemudian fasilitas ritel itu
berkembang menjadi pusat perbelanjaan bahan bangunan, alat teknik dan furnitur,
di tengah ketatnya persaingan dengan pelaku usaha sejenis seperti Ace Hardware,
Depo bangunan, dan Mitra 10.
Kalau ndak salah pernah baca disuatu artikel, dulu daerah sekitar AJBS ini merupakan kompleks industri dan ada percabangan rel kereta api ke arah sini. Tentunya untuk mengangkut hasil industri tersebut. Saya lupa percabangannya ntah dari Stasiun Ngagel, ntah dari Stasiun Gubeng. #cmiiw
BalasHapus