Museum
Kraton Sumenep terletak di Jalan Dr. Soetomo No. 6 Kelurahan Pajagalan,
Kecamatan Sumenep, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Museum ini termasuk
museum umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep di
bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang
kantornya juga berada di lingkungan Kraton Sumenep.
Museum
ini menyimpan beragam peninggalan sejarah dari Kraton Sumenep di mana sebagian
besar merupakan peninggalan bangsawan Sumenep. Museum ini memiliki 480 koleksi
yang digolongkan dalam beberapa jenis.
Dasar pendirian museum ini adalah Penetapan Presiden RI No. 16 Tahun 1959, Keputusan Presiden (Kepres) RI No. 71 Tahun 1964, dan Keputusan Bupati KDH No. 0242/D/a/IV-65 dengan nomor akte notaris Keputusan Bupati KDH No.0212/D/a/IV-65. Sesuai namanya, bangunan yang digunakan untuk museum ini menempati sejumlah bangunan yang dulu adalah bangunan milik Kraton Sumenep. Luas bangunan yang diperuntukkan untuk museum adalah sekitar 2.000 m², yang terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan atau luar kraton dan di dalam kraton.
Museum
bagian pertama berada di luar kraton di mana loket karcis masuk museum berada.
Dulu, awalnya bangunan tersebut merupakan bangunan yang digunakan untuk memarkir
kereta milik kraton (kamarrata).
Setelah dijadikan museum, bangunan ini digunakan untuk menyimpan atau memajang kereta
kencana yang merupakan peninggalan Kraton Sumenep pada masa pemerintahan Sultan
Abdurrachman (1812-1854). Kereta kencana tersebut merupakan hadiah dari
Kerajaan Inggris. Letak kereta kencana tersebut berdampingan dengan duplikat
kereta kebesaran pada masa Kerajaan Majapahit.
Di
bangunan pertama museum ini juga terdapat koleksi Al-Qur’an yang berukuran
panjang 4 meter dengan lebar 3 meter dengan berat sekitar 500 kilogram yang
ditulis pada tahun 2005 oleh seorang wanita bernama Yanti dari Desa Bluto
dengan waktu pembuatan selama enam bulan.
Museum
bagian kedua berada di dalam halaman Kraton Sumenep. Bangunan kedua ini,
dulunya merupakan kantor Koneng. Kantor Koneng aadalah bangunan yang pernah dipergunakan
oleh Raja Sumenep dalam melakukan aktivitasnya (ruang kerja) dalam memimpin
kerajaan ketika itu. Bangunan ini memiliki lima ruangan yang dipergunakan untuk
memajang sejumlah koleksi yang dimiliki oleh Museum Kraton Sumenep.
Ruang I dikenal dengan ruang tentang daur hidup dan ritual. Di dalam ruangan I ini terdapat koleksi berupa peralatan upacara tradisional, pendupaan dan lampu, serta alat upacara daur hidup. Ruang II dikenal dengan ruang tentang perlengkapan hiasan. Di dalam ruangan II ini tersimpan koleksi berbagai hiasan, alat berhias, dan alat meramu jamu tradisional. Ruang III dikenal dengan ruang kesenian. Di dalam ruangan III ini terdapat sejumlah koleksi alat kesenian tradisional maupun alat musik keislaman. Ruang IV dikenal dengan ruang keramik. Di dalam ruangan IV ini tersimpan aneka benda keramik abad 18, guci keramik China dan Thailand, dan berbagai bentuk keramik asing lainnya, seperti keramik Eropa, dan yang terakhir adalah Ruang V yang dikenal dengan ruang senjata dan naskah kuno. Di dalam ruang V ini terdapat sejumlah koleksi persenjataan dan naskah kuno, seperti keris, tombak, perlengkapan prajurit, dan naskah-naskah kuno yang ditulis di daun lontar. Salah satu koleksi yang tak kalah pentingnya di dalam ruangan ini adalah koleksi beruba Kitab Suci Al-Qur’an. Konon, Al-Qur’an peninggalan Raja Sumenep, Sultan Abdurrachman Pakunataningrat, memiliki daya magis. Al-Qur’an ini ditulis oleh Sultan Abdurrachman, hanya dalam waktu semalam. Ditulis menggunakan tinta Kalam, yaitu asap dari lampu tempel, sedangkan alat tulisnya menggunakan bulu ayam.
Selain
koleksi tersebut, di belakang bangunan kedua ini terdapat sejumlah koleksi
berupa patung-patung dan yoni peninggalan Majapahit., serta kerangka ikan paus
yang berada dalam bilik kaca. Ikan paus tersebut terdampar di Desa Kertasada,
Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep pada tahun 1977, yang berukuran panjang
13 m, tinggi 1,75 m dan berat 4 ton.
Museum bagian ketiga berada di samping kiri dari bangunan museum kedua. Di atas pintu masuk bangunan museum ini tertulis rumah penyepen. Dulu, bangunan ini digunakan oleh Bindara Saod atau Raja Sumenep yang bergelar R. Tumenggung Tirtanegara (1750-1762), untuk menyepi. Bangunan ini terdiri atas lima ruangan, yaitu teras rumah, kamar depan bagian barat, kamar depan bagian timur, kamar belakang bagian barat dan kamar belakang bagian timur.
Museum
ini tergolong ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun
mancanegara. Hal ini lantaran sejumlah koleksi peninggalan sejarah KratonSumenep yang mengundang keingintahuan pengungjung yang didukung oleh letak
maseum yang strategis, artinya berada di tengah jantung Kota Sumenep yang
berada di kawasan tiga wisata utama, yaitu Kraton Sumenep, Museum Kraton
Sumenep, dan Masjid Jamik Sumenep. ***
[071213]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar