Pintu
Air Jagir merupakan salah satu bagian dari bangunan bendungan (dam) yang ada di
Kota Surabaya. Pintu air ini terletak di Jalan Jagir, Kelurahan Jagir,
Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi pintu air ini
tidak begitu jauh dari Stasiun Kereta Api Wonokromo atau terminal angkot Joyoboyo.
Bisa naik becak atau naik ojek.
Pintu
Air Jagir dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1917, dan
pengerjaannya ditangani oleh seorang arsitek Belanda, GC Citroen. Sejak awal
berdiri, bangunan ini difungsikan untuk mengantisipasi banjir yang sering
terjadi di Surabaya kala itu. Pintu Air Jagir berperan besar dalam mengatur air
yang masuk ke Surabaya melalui anak Sungai Brantas, yaitu Sungai Mas. Apabila
Sungai Mas menunjukkan kelebihan debit air karena gelontoran dari Sungai
Brantas, maka airnya akan dibuang melalui pintu air ini menuju ke anak Sungai
Mas, yaitu Sungai Jagir.
Dibalik
kebersahajaan gaya arsitektur bangunannya, ada sebuah sejarah masa silam jauh
sebelum bangunan pintu air tersebut berdiri. Dulu, daerah sekitar Pintu Air Jagir ini dikenal dengan nama Desa
Pacekan. Desa Pacekan yang berada di sebelah Wonokromo, pada abad 9 merupakan
pantai Surabaya yang ramai sehingga nama Desa Pacekan tercantum dalam Kitab Negarakertagama.
Namun sekarang, Desa Pacekan diperkirakan sudah melebur menjadi bagian wilayah Jagir
yang berada di sebelah utara Pintu Air Jagir. Selain itu, sejarah juga mencatat
bahwa dulu ketika pasukan Mongol atau lebih dikenal dengan pasukan Tar-Tar yang
merupakan bala tentara Raja Kubilai Khan atau “Khan Besar Terakhir” dari Kerajaan
Mongolia akan menyerang Kertanegara pada tahun 1293 M, di sekitar pintu air inilah
kapal-kapal perang prajurit Tar-Tar bersauh (ditambatkan) sebelum menghancurkan
Kerajaan Kediri. Diperkirakan pasukan Tar-Tar tersebut merupakan satu pasukan
di bawah pimpinan Ike Mese yang mendapat mandat untuk melakukan penyerangan
dari jurusan timur. Pasukan Mongol ini sebenarnya tidak tahu kalau Kertanegara,
Raja Singasari, yang akan dihukum ternyata sudah meninggal. Atas informasi dari
Nararya Sangramawijaya atau dikenal dengan Raden Wijaya, penyerangan diarahkan
ke Kediri di mana Raja Jayakatwang telah melakukan kudeta terhadap
Kertanegara.
Pertempuran antara pasukan Tar-Tar dengan pasukan Kediri tak terelakkan lagi hingga menyebabkan Jayakatwang menemui ajalnya. Tapi, sebagian ada yang berpendapat bahwa ketika Prabu Jayakatwang terkepung, ia berhasil ditangkap oleh pasukan Tar-Tar untuk kemudian ditawan dan dibawa ke hadapan Kaisar Kubilai Khan. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja dari Madura untuk menggempur balik pasukan Tar-Tar yang sudah mulai kocar-kacir itu.
Akhirnya,
pasukan Tar-Tar berhasil dipukul mundur dan sebagian lagi diusir balik ke
negaranya. Maka, kemudian Raden Wijaya mulai mendirikan Kerajaan Majapahit.
Setelah dinobatkan menjadi raja besar Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya
mendapatkan gelar abhiseka
Kertarajasa Jayawardhana yang juga diikrarkan sebagai penerus Wangsa Rajasa
dari Kerajaan Singasari yang runtuh pada tahun 1292 M. Nama gelar penobatan itu
sendiri mempunyai arti, yaitu Kerta
yang berarti memperbaiki tempat atau tanah Jawa dari kekacauan dan menimbulkan
kesejahteraan bagi rakyat, rajasa
mengubah suasana gelap menjadi terang benderang. Jaya yang berarti kemenangan sedangkan wardhana berarti menghidupkan segala agama dan melipatgandakan
hasil bumi.
Sampai
sekarang pintu air ini masih berfungsi dengan baik sebagai pengendali banjir di
Surabaya, dan stok airnya juga dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Surabaya untuk menyuplai bahan baku air bersih atau melalui proses
sterilisasi sesuai standar PDAM yang berlaku sehingga bisa untuk konsumsi warga
Kota Surabaya.
Kendati
pintu air itu adalah bangunan utilitas, akan tetapi arsitekturnya dibuat dengan
sangat baik. Bangunan kuno yang masih berdiri kokoh, megah dan masih terawat dengan
baik ini, telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sesuai Surat Keputusan
(SK) Walikota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998 dengan nomor urut 54. *** [081113]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar