The Story of Indonesian Heritage

Sejarah Singkat Desa Totosan

Desa Totosan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Batangbatang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran rendah, yaitu sekitar 30 - 40 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan keadaan geografis desa, curah hujan rata-rata mencapai 50 mm dengan suhu rata-rata per tahun adalah 33°C.
Berdasarkan data administrasi pemerintahan Desa Totosan tahun 2009, jumlah penduduknya adalah 2.396 orang dengan luas wilayah 306,83 hektar. Dusun Totosan terdiri atas tiga dusun, yaitu Dusun Ares Laok, Dusun Ares Tengah, dan Dusun Ares Daja. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani yang didukung oleh lingkungan alam yang menopang pertanian.
Secara administratif, Desa Totosan dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Nyabakan Barat. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Batangbatang Laok dan Desa Batangbatang Daya. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Longos, Kecamatan Gapura, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Nyabakan Barat, Desa Jenangger, dan Desa Banuaju Timur.
Dalam Profil Desa Totosan, Kecamatan Batangbatang, Kabupaten Sumenep, yang disusun oleh Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) Tahun 2010 – 2014, dikisahkan bahwa suatu saat Pangeran Jokotole dalam kondisi sakit parah ketika dalam perjalanan dari sebuah desa bernama Lapataman (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Dungkek) menuju Kraton Sumenep. Setelah sampai di suatu tempat, Jokotole menyampaikan wasiat atau tataran (keputusan = yang dalam bahasa Madura disebut potosan) kepada para pengiring atau abdi dalem  yang isinya bahwa jika beliau wafat, jenazahnya supaya dipikul sampai ke Kraton Sumenep. Dan apabila sebelum sampai ke KratonSumenep alat pemikulnya patah, maka beliau berpesan agar jenazahnya  dikebumikan di tempat itu juga.
Setelah cukup lama istirahat maka Pangeran Jokotole melanjutkan perjalanannya kembali, dan dalam perjalanan itu, beliau meninggal di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Batangbatang - asal dari kata bhabhatang (bangkai).
Sesuai dengan wasiat maka dipikullah jenazah Pangeran Jokotole menuju Kraton Sumenep. Belum sampai di Kraton Sumenep, alat pemikulnya patah di suatu tempat bernama Sa'asa (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Manding) dan dikuburlah jasad Jokotole di tempat itu. Dari asal muasal ceritera rakyat ini, tempat yang digunakan untuk menyampaikan wasiat atau tataran, saat ini dikenal dengan nama Tanah Pataran dan desa di mana tanah itu berada disebut dengan nama Desa Totosan (asal dari kata potosan). ***

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami