Seperti
halnya Dusun Tradisional Sade yang berada di Lombok Tengah, Desa Bayan juga
memiliki kemiripan yang hampir sama. Nama Bayan identik dengan sosok desa
tradisional, adat istiadat dan norma-norma budaya lama yang masih mewarnai pola
kehidupan masyarakatnya. Sebagai desa adat yang masih tradisional, Desa Bayan
menyimpan banyak ceritera. Kekunaan yang dimiliki oleh desa ini, mengundang
banyak orang untuk mengunjunginya. Tidak hanya wisatawan domestik saja, akan
tetapi juga wisatawan dari mancanegara. Mereka pada umumnya tertarik akan
keaslian desa sebagai kekhasan karakteristik daerah tersebut. Selain itu, ada
juga bangunan peribadatan kuno yang sering menjadi ikon dari daerah tersebut.
Bangunan kuno tersebut sepintas mirip dengan rumah, namun sesungguhnya adalah
masjid. Masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Kuno Bayan Beleq.
Masjid
Kuno Bayan Beleq terletak di Dusun Karang Baja, Desa Bayan, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi bangunan masjid
kuno ini berada di pinggir jalan raya menuju utara Pulau Lombok, dan letak
posisinya di atas sebuah bukit kecil dengan ketinggian 3,6 meter yang
dikelilingi makam para penyebar agama Islam di Bayan dengan ketinggian 278
meter di atas permukaan laut.
Menurut catatan yang terdapat di Bayt Al Qur’an dan Museum Istiqlal yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah, dikisahkan bahwa Sunan Giri bertolak dari Jawa ke Pulau Lombok pada abad 16 untuk menyebarkan agama Islam dan berlabuh di pantai sebelah utara Bayan. Babad Lombok menyebutkan bahwa syiar Islam dimulai dari daerah Bayan, yang terletak 20 kilometer dari pantai.
Kapan
masjid ini didirikan tidak diketahui dengan pasti karena minimnya sumber
tertulis yang ada. Namun, masyarakat setempat meyakini bahwa masjid tersebut
telah berumur ratusan tahun, dan karena umurnya sangat tua maka disebut sebagai
Masjid Kuno Bayan Beleq. Dalam bahasa Sasak, beleq berarti besar.
Pada
pertengahan abad 19 secara sosio-politik Lombok dikuasai Kerajaan Karangasem, Bali.
Pengaruh Hindu, Islam, Jawa dan Bali tersebut tampak pada masjid ini.
Masjid
ini memiliki denah berbentuk bujur sangkar, mengecil ke atas, berukuran 8,7 x
8,7 meter. Seperti halnya bangunan Joglo Jawa, konstruksi yang menopang
bangunan berupa empat soko guru terbuat
dari kayu nangka berbentuk silinder setinggi 5,5 meter. Tiang-tiang tersebut
menopang atap puncak yang berbentuk tajug.
Besar dan kemiringan atap yang tajam ini lebih bercorak Bali.
Masjid
Kuno Bayan Beleq merupakan bangunan tunggal dengan corak arsitektur Lombok
ditandai dengan rendahnya dinding dan pintu masuk, kurang lebih 1,5 meter.
Pintu dan mihrab ukurannya sama sehingga memberikan kesan simetri. Mihrab
dinding sisi barat yang sangat rendah terbuat dari papan kayu suren yang
berjumlah 18 bilah. Perbedaan tinggi dinding ini bermakna simbolis, bahwa
tempat kedudukan iman tidaklah sama dengan makmum.
Masjid ini berpintu satu, seperti rumah Sasak pada umumnya. Seperti halnya masjid Jawa, masjid ini dilengkapi bedug yang digantungkan ke rangka utama bangunan. Mimbar masjidnya dibuat dari kayu dengan ornamen burung lambang kemakmuran. Seluruh dinding masjid ini terbuat dari anyaman bambu. Sementara itu, fondasi lantainya terbuat dari batu kali, sedangkan lantai masjid terbuat dari tanah liat yang telah ditutupi tikar buluh.
Masjid
Kuno Bayan Beleq ini acapkali disebut juga dengan masjid makam, karena di
sekeliling area masjid ini ditemukan makam. Terdapat enam makam di area
tersebut, yaitu makam Plawangan, makam Karangsalah, makam Anyar, makam Reak,
makam Titis Mas Penghulu, dan makam Sesait. Makam Plawangan terletak di sebelah
selatan masjid. Makam Karangsalah terletak di sebelah timur laut masjid. Makam
Anyar terletak di sebelah barat laut masjid. Makam Titis Mas Penghulu terletak
di sebelah utara masjid, sedangkan makam Sesait berada di sebelah utara masjid.
Makam tersebut disinyalir merupakan makam tokoh-tokoh yang menyebarkan agama
Islam di Pulau Lombok. Makam tersebut didominasi bahan dasar bedek (dinding yang terbuat dari bambu).
Meskipun
masjid ini sangat sederhana dan berbahan utama dari bambu, akan tetapi bernilai
sejarah dan arsitektural yang tinggi. Kini masjid ini tidak digunakan lagi untuk
ibadah setiap hari. Masjid ini hanya digunakan pada hari-hari besar atau
hari-hari keagamaan tertentu saja, dan tidak semua orang Islam di sana
melakukan salat. Yang melakukan salat di sana hanyalah para Kyai, mulai dari
Kyai Ketip (Khatib), Kyai Lebe, Kyai Penghulu, Kyai Modin, Kyai Raden, dan Kyai
Santri.
Sesuai
dengan papan yang berada di lingkungan masjid ini, dapat diketahui bahwa Masjid
Kuno Bayan Beleq merupakan situs cagar budaya yang dilindungi dengan UU tentang
Cagar Budaya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar