Kawasan
Bayeman merupakan kawasan permukiman tua yang berada di Kota Magelang.
Sisa-sisa bangunan kuno bercorak Indis banyak menghiasi kawasan Bayeman yang
dibelah oleh Jalan Tentara Pelajar (dulu namanya Bajemanweg). Salah satu bangunan kuno nan menawan yang masih bisa
disaksikan hingga kini adalah Gereja Kristen Jawa (GKJ) Magelang.
Gereja
ini terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 106 Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan
Magelang Tengah, Kota Magelang. Lokasi gereja ini berada di sebelah selatan Gedung
Serba Guna Graha Adiguna atau berada di sebelah utara SDN Kemirirejo 1.
Berdasarkan
catatan sejarah yang ada, keberadaan GKJ ini tidak terlepas dengan zending yang dilakukan oleh Pemerintah
Hindia Belanda kala itu. Misionaris Protestan juga disebut sebagai zendeling (dari bahasa Belanda yang
artinya pengutusan). Zending
ditujukan untuk penyebaran agama Kristen melalui kabar keselamatan yang
diberikan Allah kepada seluruh dunia.
Adalah
Ds. A Markelijn yang semula menjadi Pendeta di Jemaat Schoodijke Amsterdam
(Belanda) yang pada 25 Mei 1911 ditetapkan menjadi Pendeta Utusan (missionair predikant), dan kemudian
dikirim ke tanah Jawa untuk melakukan pekabaran Injil. Pada bulan Februari
1912, Markelijn tiba di Yogyakarta. Ia tinggal selama beberapa saat sambil
mempersiapkan diri untuk bertugas di Magelang dan sekitarnya dalam wilayah
Kedu.
Markelijn tiba di Magelang pada 3 September 1912 dan bermukim di Kampung Jambon untuk segera melaksanakan tugas. Dari tempat itulah dimulai pelaksanaan kebaktian meski pada saat itu belum memiliki gedung gereja untuk kebaktian. Di rumah Markelijn di Kampung Jambon dilaksanakan kebaktian yang diikuti sekitar 7 sampai 10 orang jemaat. Pada tahun 1913 dengan semakin banyaknya jemaat yang kerap melakukan kebaktian maka di sebelah rumah Markelijn dibangun ruangan memanjang yang terbuat dari bambu, dan difungsikan sebagai tempat ibadah setiap hari Minggu, kursus bahasa Belanda maupun pertemuan-pertemuan lainnya. Di dalam misinya, Markelijn senantiasa berupaya untuk mengenal lingkungan dan mengadakan pendekatan dengan semua pihak, termasuk Jemaat Kerasulan. Makin banyaknya orang-orang yang senang menerima berita keselamatan yang dibawakan oleh Markelijn dan adanya kursus bahasa Belanda maka hal ini semakin menumbuhkan keinginan untuk mendirikan sekolah Kristen sebagai salah satu sarana pekabaran Injil.
Pada
2 September 1913 dibuka Hollandsch
Chineesche School (sekarang SMK Wiyasa), kemudian Hollandsch Javansche School met de Bijbel (sekarang SDN Cacaban 4),
dan Christelijke Schakelschool
(sekarang SD Kristen 1 Kemirikerep). Dengan dibukanya ketiga sekolah tersebut,
perkembangan jemaat Kristen Jawa semakin maju sehingga ruangan memanjang yang
pernah dibangun tersebut, sudah tidak menampung jemaat lagi.
Semula diupayakan meminjam gedung sekolah Hollandsch Javansche School met de Bijbel atau terkadang juga meminjam Hollandsch Chineesche School sebagai tempat untuk melakukan ibadah atau kebaktian. Seiring dengan didewasakan jemaat Tionghoa yang menjadi GKI Pajajaran, jemaat Jawa pun juga segera mendewasakan diri. Baru pada 7 Maret 1921, jemaat tersebut memiliki gereja setelah melewati masa-masa yang panjang dengan dua lantai. Lantai satu difungsikan sebagai kantor zending, dan lantai dua digunakan untuk tempat ibadah kebaktian. Secara resmi, gereja diperuntukkan untuk jemaat Belanda dan Jawa ini bernama Gereformeerde Kerk te Magelang.
Sepintas
dilihat dari depan, gereja tampak tidak bertingkat. Hal ini disebabkan oleh
kontur tanah yang lebih rendah dari jalan raya di bagian depannya, sehingga
yang kelihatan adalah lantai duanya yang sejajar dengan jalan raya. Dulu, di
samping kiri dan kanannya pada lantai satu terdapat tangga naik untuk menuju
pintu masuk gereja yang ada di lantai dua. Namun, sekarang tinggal satu karena
yang berada di sebelah utara gereja telah diongkar untuk pembangunan gedung
serba guna Graha Addiguna.
Gereja
yang memiliki luas bangunan sekitar 198 m² dengan tinggi 10 m ini,
pernah mengalami kerusakan akibat gempa yang pernah melanda magelang pada tahun
1943. Menara yang ada di fasad gereja runtuh. Dalam perbaikan berikutnya,
menara tersebut tidak dibangun lagi sehingga gereja ini tanpa menara. Bentuknya
bisa dilihat seperti sekarang ini.
Karena
dulu gereja ini dibangun untuk jemaat Jawa yang mendewasakan diri maka setelah
orang-orang Belanda yang juga dulu campur dengan jemaat Jawa tersebut kembali
ke negaranya lantaran Indonesia telah merdeka, gereja ini berubah nama menjadi
GKJ Magelang. *** [201215]
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
BalasHapus