Kota
Magelang dikenal memiliki bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda
yang beberapa di antaranya masih terawat dengan baik. Salah satunya adalah GPIB
Magelang Alun-Alun (Istilah ini hanya untuk membedakan dengan GPIB Magelang
yang berada di Kebon Polo).
GPIB
ini terletak di Jalan Alun-alun Utara No. 4 Kelurahan Magelang, Kecamatan
Magelang Tengah, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi gereja ini berada
di sebelah utara Alun-alun Kota Magelang, atau berdekatan dengan Menara Air Magelang.
Dulu,
ketika alun-alun ini dibangun oleh Adipati Danuningrat I atas restu Sir Thomas
Stamford Raflles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda masa kekuasaan Inggris,
merupakan jantung Kota Magelang dan menjelma menjadi medan simbol yang diperebutkan
para penguasa. Setelah kembali ke pangkuan Kerajaan Belanda lagi dari hasil
Traktat London, kawasan alun-alun berkembang. Pemerintah Hindia Belanda pun
memilih kawasan tersebut untuk
mendirikan tempat ibadah bagi penganut agama Kristen. Tempat ibadah tersebut
sengaja dibangun guna memenuhi kebutuhan rohani komunitas Eropa yang mukim di
sekitar kawasan tersebut. Tempat ibadah tersebut dikenal dengan nama De Protestantse Kerk te Magelang.
Menurut
info dari salah seorang staf Kantor GPIB, gereja ini dibangun pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda pada 1817. Angka tahun tersebut, didapat dari Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang telah menelitinya, dan telah dipasang di
halaman depan gereja dengan tulisan “Magelang
Heritage 1817.”
Gereja yang memiliki bangunan seluas 291 m² di atas lahan seluas 2.312 m² dengan tinggi bangunan sekitar 15 m² ini, memiliki langgam arsitektur yang khas , yaitu gaya asitektur Gothic. Beberapa ciri khas yang amat terlihat dari bangunan dengan genre Gothic adalah proporsi tinggi dan lebar bangunan. Bangunan Gothic memiliki tinggi bangunan yang tidak proposional dibanding dengan luas tapak bangunannya, ditandai dengan adanya lebar bangunan yang langsing dengan menara yang tinggi. Selain itu, bagian dalam bangunan gereja juga terdapat ruangan umat di tengah (nave) dengan jumlah jendela yang begitu banyak yang didominasi kaca patri berlukis, sehingga cahaya sinar matahari bisa menerangi ruangan tersebut di kala siang.
Ciri
lain yang bisa dilihat dalam arsitektur Gothic
ini adalah pada pintu masuk utama dan jendelanya berbentuk melengkung. Meski
bentuk lengkung ini telah ada pada arsitektur sebelumnya namun pada arsitektur Gothic ini bentuknya cenderung lebih
meruncing.
Sejak
bangunan bergaya arsitektur Gothic
ini dibangun hingga kini masih berfungsi sebagai Gereja Protestan, hanya
terdapat pergeseran nama saja. Sekarang gereja Protestan ini dikenal sebagai
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). GPIB merupakan salah satu
gereja yang merangkum warga jemaatnya dalam kemajemukan etnis dan budaya dari
seluruh penjuru Nusantara yang sedang berdomisili di wilayah Indonesia Bagian
Barat. GPIB adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang pada zaman
Hindia Belanda bernama De Protestantse
Kerk in Westelijk Indonesië,
atau ada juga yang menyebut dengan De
Indische Kerk. GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948 berdasarkan Tata Gereja
dan Peraturan Gereja yang dipersembahkan oleh proto Sinode kepada Badan Pekerja
Am (Algemene Moderamen) Gereja
Protestan Indonesia.
GPIB
Magelang memang sangat cantik. Sebuah seni arsitektur yang telah dilabeli
sebagai Magelang Heritage ini telah
menjadi salah satu ikon tersendiri bagi Kota Magelang. *** [171214]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar