The Story of Indonesian Heritage

Kebun Raya Bogor

Tak lengkap rasanya plesiran ke Kota Bogor tanpa mengunjungi Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor adalah salah satu kebun botani (botanical gardens) yang berada di bawah pengelolaan LIPI. Di antara kebun raya yang ada di Indonesia, Kebun Raya Bogor merupakan kebun raya satu-satunya yang terletak di tengah kota.
Kebun Raya Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 13 Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kebun Raya ini di belakang Istana Bogor.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, keberadaan Kebun Raya ini sebenarnya telah ada semenjak zaman Kerajaan Pajajaran. Sesuai yang tertulis di Prasasti Batu Tulis, Kebun Raya ini diindikasikan sebagai bagian dari hutan samida yang didirikan oleh Sri Baduga Maharaja atau yang dikenal dengan Prabu Siliwangi (1474-1513). Hutan samida berarti hutan buatan atan taman buatan. Tujuan membuat hutan samida ini untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan serta tempat untuk memelihara benih-benih kayu yang langka. Di samping samida yang terletak di Kota Bogor ini, dibuat pula samida yang serupa di perbatasan antara Cianjur dengan Bogor yang disebut Hutan Ciung Wanara.


Hutan samida ini kemudian dibiarkan begitu saja setelah Kerajaan Pajajaran ditaklukkan oleh Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal Belanda Gustaaf Willem Baron van Imhoff membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada tahun 1745. Rumah peristirahatan tersebut di kemudian hari dikenal dengan Istana Bogor.
Ketika terjadi perang Napoleon di Eropa pada tahun 1811, terjadi kekalahan Belanda oleh Inggris sehingga daerah kekuasaan Belanda di Hindia Belanda atau Nederalandsch Indie, jatuh ke tangan Inggris.  Pada masa Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles mendiami Istana Bogor, ia yang memiliki minat besar terhadap botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.
Lalu, setelah Napoleon jatuh (1815/1816), para pemimpin negara di Eropa membuat perjanjian, antara lain tentang pembagian wilayah kekuasaan. Pada tahun 1816, Inggris mengembalikan kekuasaan Hindia Belanda ke tangan Belanda. Setelah kembali ke tangan Belanda, Pemerintah Belanda mengirim utusan ke Hindia Belanda untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan botani. Untuk itu dikirimlah C. Th. Elout, A.A. Boykens, G.A.G.P. Baron van Der Capellen, dan Dr. Casper George Carl Reinwardt selaku penasehat di Hindia Belanda.


Atas gagasan Reinwardt maka pada tanggl 18 Mei 1817 dilakukan pemancangan patok pertama yang menandai berdirinya Kebun Raya yang diberi nama S’Lands Plantentuin te Buitenzorg. Sepanjang sejarahnya, Kebun Raya Bogor memiliki berbagai nama di antaranya S’Lands Plantentuin, Syokubutzuen, Botanical Garden of Buitenzorg, Botanical Garden of Indonesia, Kebun Gede dan Kebun Jodoh.
Pada tahun 1822, Reinwardt digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume. Sejak menjabat S’Lands Plantentuin, Blume melakukan inventarisasi koleksi tanaman. Kebun Raya Bogor mengalami perkembangan yang pesat di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), J.E. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (era Gubernur Jenderal van Den Bosch), Simon Binnendijk, Dr. RH. C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Koningsberger (1904), van Den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Kustono Setijowirjo (1949) yang menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat pimpinan lembaga penelitian bertaraf internasional.
Di dalam areal Kebun Raya Bogor yang memiliki luas sekitar 28,7 hektar dan berisi sekitar 20.000 varietas tanaman dan 6.000 spesies tanaman ini, terdapat sejumlah bangunan yang mendukung keberadaan Kebun Raya. Diawali dari Pintu 1 sebagai Gerbang Utama yang berada di sebelah selatan menghadap lurus ke Jalan Surya Kencana, terdapat pusat informasi (information center) yang berada di Gedung Graha Sambhrama, dan selurus dengan Pintu 1 terdapat Tugu Lady Raffles (Lady Raffles Memorial Monument). Bangunan unik bernilai sejarah ini didirikan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Inggris di Pulau Jawa (1811-1816), sebagai kenangan kepada isterinya, Olivia Mariamne Raffles yang meninggal pada tahun 1814, pada usia 43, karena sakit malaria. Sebagai isteri Gubernur, Olivia Mariamne memperkenalkan reformasi sosial di kalangan masyarakat Jawa. Sebait kata-kata puitis dalam bahasa Inggris klasik yang ditemukan di tugu ini adalah tulisan Olivia Mariamne sendiri.


Belok ke kiri, pengunjung bisa menjumpai toko tanaman maupun cinderamata (garden shop), Gedung Konservasi maupun perpustakaan (Conservation building/library), Laboratorium Treub (Treub Laboratory), Museum Zoologi (Zoological Museum), dan Wisma Tamu Nusa Indah (Nusa Indah Guest House). Sedangkan bila pengunjung belok ke kanan dari Tugu Lady Raffles, akan menjumpai Taman Tanaman Air (Aquatic Plant Collection) dan Taman Meksiko (Mexican Garden). Tidak jauh dari kedua taman tersebut terdapat jembatan gantung berwarna merah (hanging bridge) yang menghubungkan ke arah Pintu 4, dan menggantung di atas derasnya air Sungai Ciliwung.
Dari Pintu 2 yang berada di sebelah barat dari Kebun Raya Barat, pengunjung bisa menemukan Kantor Utama (Main Office) Kebun Raya. Kemudian belok kanan akan dijumpai Tugu Rienwardt (Reinwardt Monument) yang berlatar Istana Bogor dari halaman belakangnya, Taman Teijsmann (Teijmann Park), dan kalau beruntung akan menemukan bunga bangkai (amorphaphallus titanium).
Dari Pintu 3 yang terletak di sebelah timur laut dan berada di tepi Jalan Pajajaran menuju ke Jalan Jalak Harupat, pengunjung akan menjumpai lapangan Astrid (Astrid Lawn) dan lapangan Randu (Randu Lawn). Tidak jauh dari Pintu 3 maupun kedua lapangan tersebut, terdapat Wisma Tamu Pinus (Pinus Guest House). Sedangkan dari Pintu 3 belok ke kiri, ditemukan Griya Anggrek (Orchid House), Gedung Herbarium, Orchidarium, dan Taman Sudjana Kassan (Sudjana Kassan Garden).
Akan tetapi kalau dari Pintu 3, pengunjung saat melintas Astrid maupun Randu Lawns terus saja lurus maka akan bertemu dengan masjid yang berada di tepi sungai kecil yang gemercik airnya. Dari masjid tersebut terus ke kanan, pengunjung akan menemukan jembatan gantung berwarna merah (hanging bridge). Tidak jauh dari jembatan tersebut di sisi sebalah baratnya, terdapat makam yang ramai diziarahi para pengunjung.
Dari Pintu 4 yang berada di sebelah tenggara dari Kebun Raya ini, pengunjung akan menjumpai Café de’Daunan yang bila diteruskan ke utara akan tembus dengan Astrid dan Randu Lawns. Pada Pintu 4 ini bentuknya agak berbeda dengan pintu-pintu yang lainnya. Pintu 4 ini bentuknya mirip dengan Tugu Lady Rafflesia yang berada tepat di seberang jalan dari Kampus IPB. *** [260514]

Kepustakaan:
Aryo Hendrawan W.K., 2012, Penataan Kembali Kawasan Paledang-Bogor Dengan Pendekatan Experience Farming, dalam Tesis di Program Pascasarjana Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Rucitra Deasy Fadila, 2012, Perkembangan Tata Kota Bogor Dari Abad Ke-18 Hingga Abad Ke-20, dalam Skripsi di Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universtas Indonesia
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami