Kayutangan,
yang sekarang adalah Jalan Basuki Rachmat, merupakan salah satu kawasan
bersejarah di Kota Malang. Ada dua versi yang menyebutkan mengapa jalan
protokol yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan nama Jalan Pita. Pertama,
sebelum tahun 1914 terdapat papan petunjuk arah besar yang berbentuk tangan
yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kedua, di saat mulai berkembangnya
kawasan alun-alun, di ujung jalan arah alun-alun terdapat pohon yang menyerupai
tangan, entah mana yang menjadi dasar, yang jelas nama Kayutangan banyak
terdapat di buku Laporan Pemerintah Hindia Belanda hingga masih diucapkan
sampai sekarang.
Kawasan
Kajoetanganstraat pada masa Hindia
Belanda merupakan kawasan pusat perdagangan di Kota Malang selain kawasan
Pecinan. Kawasan ini menyimpan banyak memori sejarah. Hal ini dapat dilihat
dari tampilan visual bangunan-bangunan yang ada di kawasan tersebut, seperti
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Toko Oen, dan Kantor PLN. Selain itu, masih
ada bangunan yang tak kalah penting bangunan peninggalan kolonial tersebut,
yaitu Gedung Bank Commonwealth Cabang Malang.
Gedung
bank ini terletak di Jalan Semeru No. 3 RT. 02 RW. 01 Kelurahan Kauman, Kecamatan
Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi bank ini berada di perempatan
Rajabali bagian barat daya, yang tidak begitu jauh dengan BCA Cabang Basuki
Rachmat.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Herman Thomas Karsten, seorang arsitek dan perencana wilayah pemukiman dari Hindia Belanda yang diminta secara resmi oleh Wali Kota Malang, H.I. Bussemaker, pada Agustus 1929 untuk menjadi adviseur (penasehat) untuk perluasan dan perkembangan Kota Malang. Tahapan dalam rencana perkembangan kota yang digulirkan oleh Karsten dikenal sebagai Bouwplan I sampai dengan VIII. Bouwplan ini cukup detail dan rinci, sehingga di kemudian hari banyak dipakai sebagai panutan bagi perencanaan kota-kota lainnya di Indonesia pada waktu itu.
Salah satu Bouwplan yang dikembangkan oleh Karsten adalah merancang persimpangan Kajoetanganstraat-Semeroestraat-Riebeecstraat sebagai titik pusat Kota Malang dan sekaligus membuka akses ke arah barat sebagai perkembangan kota yang baru. Persimpangan yang sekarang dikenal dengan perempatan Rajabali ini memiliki kekhasan yang dipertegas oleh bangunan kembar yang terletak di sebelah kanan dan kiri yang dibangun pada tahun 1936 oleh arsitek Karel Bos. Kedua bangunan tersebut merupakan pertokoan yang sekaligus menggambarkan pintu gerbang menuju arah Semeroestraat (sekarang Jalan Semeru). Konon, bangunan kembar tersebut terinspirasi dari sang arsitek yang dikaruniai oleh putra kembar. Gaya bangunan ini beraliran Nieuwe Bouwen yang mengutamakan aspek fungsional yaitu mengadaptasi iklim setempat, ketersediaan bahan dan teknologi yang ada. Bangunan kembar ini memiliki menara di atas bangunan yang berfungsi sebagai pengamatan sekitar.
Bangunan
kembar yang berada di sisi utara adalah Toko Buku Boekhandel Slutter-C.C.T van
Dorp Co. Sekitar tahun 1950-an, bangunan ini berganti menjadi Toko Radjabali,
dan perkembangannya sempat digunakan sebagai Dunkin’ Donuts hingga akhirnya
pada tahun 2006 menjadi Pitstop Pool & Cafe, yang sekarang ditempati oleh
rumah makan Padang. Sedangkan, bangunan kembar di sisi timur adalah Toko Emas Juwelier
Tan yang kemudian pernah berganti menjadi bangunan Bank Artha Niaga Kencana.
Tapi, kini bangunan tersebut beralih menjadi bangunan Bank Commonwealth Cabang
Malang. *** [260415]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar