Kawasan
kota tua di Jakarta menjadi salah satu tempat wisata favorit di Provinsi DKI
Jakarta. Banyak deretan bangunan kuno peninggalan kolonial Belanda menghiasi
kawasan tersebut, terutama yang mengitari Taman Fatahillah (Stadhuisplein). Di kawasan kota tua ini
terdapat Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik,
Kantor Pos Taman Fatahillah, dan Cafe Batavia.
Cafe
ini terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 14 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan
Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi cafe ini di sisi
utara Museum Wayang atau di sudut barat laut Taman Fatahillah.
Windoro
Adi dalam bukunya Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi (PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2010) menjelaskan bahwa, Cafe Batavia ini merupakan bangunan
tua yang dulunya pernah digunakan sebagai salah satu kantor Pemerintah Hindia
Belanda yang dibangun pada tahun 1837, tujuh tahun setelah gedung Balai Kota
Pemerintahan Hindia Belanda (sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta) di
seberangnya didirikan.
Dalam perjalanannya, bangunan Cafe Batavia ini pernah berganti-ganti kepemilikan. Gedung ini pernah dibeli oleh saudagar Arab. Lalu, tahun 1990 Paul Hassan, orang berkebangsaan Perancis yang menjadi teman dekat mantan Menteri Pendidikan Fuad Hassan, membelinya. Paul menjadikan bangunan tersebut sebagai galeri lukisan.
Pada
Februari 1991 bangunan ini dibeli oleh Eka Chandra, dan memutuskan untuk
mengubahnya menjadi sebuah kafe. Bangunan ini lalu direnovasi seperti bentuk
aslinya agar supaya nuansa klasik masih melekat dalam kafe tersebut. Kafe
tersebut akhirnya diberi nama Cafe Batavia dan dibuka untuk umum pertama
kalinya pada tahun 1993.
Menapaki
anak tangga ke lantai dua Cafe Batavia, kita serasa dibawa ke awal abad ke-19.
Di kafe itu, mata kita dihadang puluhan foto hasil jepretan masa lalu.
Foto-foto itu dipajang di depan tembok berwarna putih pucat. Sebagian cahaya
lampu kristal lama yang tak begitu terang jatuh ke permukaan kaca bingkai foto.
Perabotan,
vas, bar beserta perangkatnya, lampu-lampu tembok dan plafon yang digantungi
kain terawangan warna putih, semuanya seperti ingin membangun kenangan masa
kolonial Belanda di Batavia.
Memang
ada beberapa set sofa pendek dan lebar yang desainnya sudah lebih modern di
beberapa sudut ruang, tetapi tak mengganggu kesan umum karena tenggelam oleh
banyak foto masa silam.
Menu
yang tersaji dalam kafe ini juga bervariatif, baik Indonesian, Chineese
maupun European Food, dengan berbagai
istilahnya.
Cafe
Batavia ini memang dirancang oleh pemiliknya dengan konsep tempo doeloe yang seakan membawa kita ke zaman Jakarta saat masih
bernama Batavia. Menikmati hidangan dengan nuansa klasik, sangat digemari oleh
wisatawan asing yang berkunjung ke kota lama Jakarta ini. *** [210612]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar