The Story of Indonesian Heritage

Pelabuhan Kuta dan Tuban (Bali)

Pelabuhan Kuta di Bali sangat strategis. Pasalnya, di sebelah selatan terdapat tanjung kecil yang melebar ke utara dan berbukit-bukit, yang dinamai Bukit Kapur. Lekukan itu melingkar sedemikian rupa sehingga perahu yang berlabuh dapat terhindar dari gangguan angin. Sebagai pelabuhan alam, situasinya sangat bergantung pada angin. Pada bulan April hingga Oktober, angin bertiup dari arah tenggara. Pada musim ini Pelabuhan Kuta banyak disinggahi kapal-kapal dari seberang lautan.
Munculnya Kuta sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan di Bali selatan (Kerajaan Badung) ditunjang oleh hubungan politik antara Pemerintah Belanda dan raja-raja di Bali pada tahun 1808. Ketika itu, di Bali berlaku hukum Tawan Karang, suatu hak yang dipunyai oleh raja dan rakyat pantai untuk merampas kapal beserta isinya, jika kandas di perairan mereka. Beberapa kali kapal Belanda mengalaminya, hingga kapal dan segala muatannya di sita.
Namun hal ini justru membuat Pemerintah Belanda semakin giat berhubungan dengan Bali. Pencarian calon serdadu oleh Belanda, sangat mempengaruhi perdagangan budak dan perdagangan lainnya, yang sudah berlangsung sejak abad XVII. Sebelumnya, Pelabuhan Kuta dikenal sebagai pelabuhan transit. Perang Buleleng di Bali utara (1846-1849), disusul Perang Jagaraga, berpengaruh buruk bagi perdagangan di Kuta yang membuat tingkat perdagangannya semakin merosot.
Sekitar tiga kilometer dari Pelabuhan Kuta, terdapat Pelabuhan Tuban (Bali). Pantainya memiliki teluk  sehingga kapal atau perahu dapat berlabuh dengan mudah. Pada musim penghujan, Oktober hingga April, angin bertiup dari arah barat, sehingga kapal-kapal memilih untuk berlabuh di pantai timur, yaitu Pelabuhan Tuban. Sebenarnya keadaan Tuban memang kurang menguntungkan bagi perdagangan dibandingkan pantai barat (Kuta), banyak batu karang yang terjal di pantainya, sehingga hanya kapal kecil yang dapat berlabuh. Kapal berukuran lebih besar harus berlabuh di tengah, segala muatan kemudian dibawa dengan perahu kecil untuk merapat ke pelabuhan. ***
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami