The Story of Indonesian Heritage

Prasasti Lintakan

Prasasti Lintakan bertarikh 841 Çaka atau bertepatan dengan 12 Juli 919 M dengan memakai aksara dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti Lintakan dipahatkan pada tiga buah lempeng tembaga masing-masing berukuran 55,5 x 24 cm dengan ketebalan 0,3 cm. Bagian atas terdapat lubang kecil, dan bertuliskan di satu sisi masing-masing berisi 17, 20 dan 22 baris.
Prasast ini berasal dari daerah Yogyakarta. Dulunya, prasasti ini dimiliki oleh Pangeran Ngabehi di Yogyakarta lalu diberikan kepada Batavia Society pada tahun 1856, dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris  E13a dan c.
Prasasti ini pernah diterbitkan oleh Cohen Stuart dalam KO I, 1875: 1-6. Damais menerbitkannya dalam EEI IV, 1995: 51. Sarkar menerbitkan dalamnya Corpus vol. II, 1972: 162-182. Boechari bersama A.S. Wibowo menerbitkannya dalam PKMN, 1985/6: 46-52.
Prasasti Lintakan berisi tentang peresmian daerah perdikan di Kasugihan, Lintakan, Tunah dan Wru oleh Srī Mahārāja Rakai Layang Dyah Tlodhong Srī Sajjanasanntanuragatanggadewa untuk upacara caru bagi ayahnya yang dimakamkan di Turumangambil.
Prasasti ini menyebut Tlodhong atau Tulodhong sebagai raja, sedangka dalam pemerintahannya, yang memnduduki jabatan Rakryan Mapatih Hino bernama Mpu Ketuwijaya yang juga bergelar Sri Ketudhara Manimantaprabha Prabhusakti. Sedangkan, yang menjabat Rakryan Halu adalah MpuSindok. ***
Share:

1 komentar:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami