Ada
banyak benteng yang menjadi obyek wisata di Ternate. Salah satunya benteng yang
masih utuh tembok kelilingnya adalah benteng Kalamata. Benteng ini sering
dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Konstruksi
benteng Kalamata memperlihatkan bentuk khas arsitektur Portugis. Tembok
kelilingnya tidak begitu tebal seperti halnya benteng-benteng buatan Belanda.
Ketebalan benteng Kalamata hanya 60 cm, dan tingginya 3 m.
Benteng
ini merupakan bangunan berbentuk segi empat yang tidak lurus (poligon),
memiliki empat bastion yang runcing di ujungnya. Setiap bastion dilengkapi
sejumlah lubang bidik. Selanjutnya, pada lapangan dalam benteng terdapat bekas
pondasi sejumlah bangunan, terdapat pula bekas jalan, tangga dan sumur.
Benteng Kalamata terletak di Jalan Kayu Merah, Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Lokasi benteng ini berada di bibir pantai Pulau Ternate menghadap Selat Maitara, yang tidak begitu jauh dengan Ternate Waterboom.
Awalnya,
benteng Kalamata ini bernama benteng Santa Lucia (Fort Santa Lucia), yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1540 atas
inisiatif Antonio Pigafetta. Pendirian benteng tersebut sebagai pusat
pertahanan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan Portugis di Pulau Ternate.
Namun setelah Portugis meninggalkan Ternate 1575, Spanyol menduduki benteng
tersebut dan digunakan sebagai pos perdagangan. Pada tahun 1609 benteng ini
direstorasi Belanda di bawah pimpinan Pieter Both dan dipergunakan sebagai
benteng pertahanan.
Pada
13-16 Februari 1624, Gubernur Belanda Le Febre dan Deputy Admiral Geen Huigen
Schapenham mencoba memperbaiki benteng namun kemudian ditelantarkan. Tahun 1627
Gills van Zeyst meninggalkan benteng dan kemudian diduduki oleh bangsa Spanyol.
Setelah Spanyol meninggalkan Ternate, dan menghancurkan benteng ini pada tahun 1663, Belanda membangunnya kembali dan diberi nama benteng Kalamata. Nama Kalamata diambil dari nama seorang Pangeran Ternate, Kaicil Kalamata, kakak dari Sultan Mandarsyah dan paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam (1675-1690). Pangeran Kalamata wafat di Makassar pada 1676.
Selain
digunakan sebagai pos perdagangan, benteng yang juga dikenal dengan benteng
Kayu Merah ini juga dimanfaatkan sebagai pusat untuk melancarkan serangan
terhadap bangsa Belanda. Pada 29 April 1798, benteng Kalamata direbut oleh
pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore ke-19) yang dibantu pasukan dan kapal
Inggris. Benteng ini diperbaiki oleh Mayor Lutzow pada tahun 1799. Akibat
dikhianati, benteng ini jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1810. Tahun 1843,
Residen van Helback resmi mengosongkan benteng ini.
Benteng
Kalamata pernah dipugar oleh Pemerintah RI tanggal 1 Juli 1994 dan diresmikan
purna pugarnya tanggal 25 November 1997 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro. Kemudian pada tahun 2005, Pemerintah Kota
(Pemkot) Ternate merenovasi benteng ini dengan menambahkan halaman dan rumah
untuk penjaga benteng Kalamata.
Pada
tahun 2013, Balai Pelestarian Cagar Budaya melakukan kegiatan rehabilitasi
terhadap benteng Kalamata yang bertujuan untuk memperbaiki bagian-bagian
benteng yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi itu dilakukan dengan membongkar
dan memasang kembali batu pada dinding dan lantai yang mengalami retak-retak,
melakukan pemadatan tanah di bawah lantai, membersihkan sumur yang terdapat di
dalam benteng, dan sekaligus menata lingkungan benteng. Sehingga, kawasan
benteng ini menjadi the spirit of place
yang mengandung nilai heritage yang
sesungguhnya. *** [161014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar