Pada
tahun 2013 saya pernah membocengkan anak perempuan melalui Jalan Sultan Agung
ini untuk mengunjungi Benteng Van Den Bosch yang berada di Kelurahan Pelem,
Kecamatan Ngawi, namun tak terbayangkan jika di jalan yang kami lalui tersebut
berdiri megah sebuah klenteng. Baru pada tahun 2015 ini ketika saya mendapat libur panjang dari kantor, saya
sempat mengunjungi klenteng tersebut. Klenteng tersebut bernama Klenteng Sien
Hien Kiong. Klenteng ini terletak di Jalan Sultan Agung No. 76 Kelurahan
Ketanggi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Lokasi
klenteng ini berada di selatan Pasar Besar Ngawi ± 50 meter.
Sesuai
dengan documentary board yang ada di
dinding, klenteng ini didirikan pada tahun 1892, dan kemudian berubah nama
menjadi Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD). Lalu, klenteng ini pindah ke lokasi
sekarang ini pada penanggalan 6 Sha Gwee 2530 atau bertepatan dengan 2 April
1979.
Klenteng ini memiliki halaman yang cukup luas dan memanjang, sedangkan kiri kanan berdiri deretan toko. Sehingga, kalau sedang melintas Jalan Sultan Agung tidak memelankan laju kendaraan klenteng tersebut akan terlewat. Karena pintu gerbang klenteng terlihat biasa saja, berbentuk paduraksa tanpa ornamen khas Tiongkok dan bercat merah serta pagarnya berbentuk pasak suji (terbuat dari deretan besi).
Memasuki
halaman klenteng, pengujung akan menjumpai dua pohon beringin yang letaknya
berjajar mengapit jalan utama menuju ke dalam klenteng. Dari lokasi pohon
beringin, pengunjung sudah bisa menyaksikan fasade
bangunan klenteng secara jelas. Atap klenteng yang khas model Ngang Shan seperti pelana kuda ini
banyak ditemui di Indonesia. Hanya saja, atap klenteng di Ngawi ini tampak
polos. Tidak seperti kebanyakan pada bangunan klenteng yang ada di pesisir
Pantai Utara Jawa, pada umumnya dihiasi ornamen khas Tiongkok seperti mutiara
bola api milik Sang Buddha (huo zhu)
yang diapit oleh sepasang naga yang saling berhadapan (xing long).
Sebelum sampai pintu utama bangunan klenteng, pengunjung bisa menyaksikan dua buah bangunan berbentuk pagoda yang digunakan untuk tempat pembakaran kertas persembahyangan (kim lo). Tepat di depan pintu utama, ada hiolo (tempat menancapkan hio) yang diapit oleh dua patung singa (hanzi) berwarna kuning. Hiolo yang terbuat dari kuningan ini diletakkan di atas meja ukiran yang berbahan dasar pangkal bawah kayu jati. Pada hiolo tersebut terdapat aksara Tiongkok yang betuliskan Sien Hien Kiong, sedangkan di atas kumpulan abunya dupa persembahyangan (hio) terdapat tulisan Tuhan Yang Maha Esa berwarna kuning berlatar warna merah.
Pada
bangunan klenteng ini hanya terdapat satu pintu masuk ke dalam bangunan utama
dari depan. Pintu utamanya diberi tralis yang bisa dibuka dan ditutup serta
diapit oleh dua jendela yang cukup besar dan lebar. Di depan jendela bagian
kiri, terdapat bedug dan lonceng.
Di
Klenteng Sien Hien Kiong ini terdapat sekitar 15 patung dewa. Dewa utama yang
dipuja di klenteng ini adalah Wang Mu Niang Niang, atau biasa disebut juga
dengan Ong Bu Nio Nio. Wang Mu Niang Niang dikenal sebagai dewi penguasa langit
bagian barat, dewi kekayaan, umur panjang, dan kebahagiaan abadi. Dewi Wang Mu
Niang Niang dipercaya mengurusi semua wanita Taois di seluruh alam semesta.
Altar
Wang Mu Niang Niang letaknya berada dalam satu altar dengan altar Mak Co Thian Siang Sing Bo, dan di
sebelah kanannya terdapat altar Kong Co
Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi. *** [141215]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar