Pelabuhan kuno Banten abad ke-16 merupakan pelabuhan taklukan Kerajaan Sunda (Hindu) yang berpusat di Pakuan. Pusat kerajaannya disebut Banten Girang, terletak di hulu Sungai Cibanten yang menjadi salah satu bandar penting saat itu. Pelabuhan ini sudah lama terkenal dan ramai disinggahi para pedagang, di antaranya pedagang Cina, Portugis, Melayu, dan Jawa. Bahkan, orang Cina menjadikan bandar ini sebagai pusat perdagangan.
Sebuah peta yang dibuat tahun 1635 memberi petunjuk tentang cara berlayar ke pusat Kerajaan Banten Girang, berikut cara menghindari batu karangnya. Seorang pelaut Denmark, Cortemunde, bahkan bisa berlayar dari Banten ke Serang pada tahun 1637. Namun, ketika terjadi pengeringan Sungai Banten akibat pembuatan jalur pengairan serta adanya endapan lumpur, membuat jalur pelayaran dari pelabuhan ke ibukota menjadi kurang nyaman. Akan tetapi, di sebelah kiri dan kanan sungai dibangun jalan ke ibukota yang disebut rakyat sebagai Jalan Sultan.
Zaman keemasan Banten (Girang) yang ditandai dengan ramainya pelabuhan dan meningkatnya arus perdagangan hanya berlangsung selama dua abad. Pada tahun 1526, Banten ditaklukkan Kerajaan Demak yang dipimpin Sunan Gunung Jati serta putranya yang bernama Hasanuddin. Banten pun kemudian menjadi wilayah kerajaan muslim. Nasib Pelabuhan Banten (Girang) semakin lama semakin terpuruk, hingga akhirnya menjadi pelabuhan biasa. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar