The Story of Indonesian Heritage

Melancong ke Kastil Colchester

Kereta bergerak dari stasiun Stratford menuju Colchester, 97 kilometer arah timur laut London. Keriuhan di Olympic Park Stratford berangsur lirih, sayup-sayup, dan hilang sama sekali. Obrolan nyaring berganti bisik-bisik. Makin sepi, hanya ada suara deru mesin kereta dan roda yang menggesek rel. Beberapa penumpang membaca buku dan Koran, beberapa yang lain terkantuk-kantuk. Mari sejenak menjauh dari hiruk-pikuk Olimpiade 2012.
Tak sampai satu jam perjalanan, didahului pemisahan sebagian kereta penumpang karena ada yang akan menuju Braintree, kereta berhenti dengan sempurna. Sampai di stasiun Colchester Kota.
Tujuan utama: Colchester Castle. Kastil di kota yang diklaim sebagai yang tertua di Inggris ini sedang menggelar pameran “Harta Karun dari China” untuk memperingati 150 tahun museum yang menempati puri ini. Pameran yang memajang 70 harta karun dari Museum Nanjing, China, ini mengajak pengunjung mengeksplorasi kisah kebangkitan Imperial China dari zaman batu hingga kaisar terakhir. Inilah perjalanan menyusuri sejarah China lebih dari 4.500 tahun lalu.
Dari stasiun, paling enak melewati Priory Street, yang langsung memotong hingga ke Jalan East Hill yang berbatasan dengan High Street. Puri berada pas di pertigaan East Hill, High Street, dan Queen Street.

Di atas kuil Claudius
Kastil Colchester berdiri gagah dan kokoh. Puri seluas 1.564 meter persegi - lebih luas dari White Tower London – ini dibangun di atas kuil Claudius tahun 1069. Kuil Claudius dibangun tahun 54 Masehi setelah Kaisar Claudius meninggal. Tertulis di dinding museum, Senat Romawi memerintahkan kuil Claudius dibangun di Colchester yang saat itu ibu kota Romawi Inggris dan digunakan untuk pemujaan Tuhan.
Namun, penduduk asli menganggap kuil itu sebagai simbol tirani dan kemudian menjadi sumber konflik karena banyaknya kepentingan. Pada tahun 60, Ratu Boudica dari suku Iceni menyerang Romawi, termasuk menghancurkan kuil. Penduduk Romawi bertahan di reruntuhan gedung meski kemudian semuanya terbunuh. Kuil dibangun kembali setelah Boudica kalah dan terus digunakan hingga akhir kekuasaan Romawi.
Tangga yang menghubungkan kastil Colchester dan kuil Claudius masih ada sampai sekarang, tetapi tertutup untuk umum. Beberapa pengunjung penasaran ingin mengetahui keadaan kuil Claudius saat ini. “Ada apa di dalam sana ya?” tanya Simon Brick, warga London yang datang ke museum untuk melihat pameran. Namun, ia tak berminat menanyakan lebih lanjut kepada petugas.
Di gerbang menuju tangga yang digembok itu ditempeli tulisan, “Anak-anak tangga ini adalah jalan menuju abad ke-18, menuju kolong di bawah podium kuil Claudius. Tangga ini aslinya diisi dengan pasir, yang diruntuhkan pada tahun 1683. Fondasi ini adalah salah satu monumen yang masih tersisa dari zaman Romawi Inggris”.
Ketika sejarah berlalu, orang ingin membawa kembali sejarah itu ke masa kini, menjadikannya bagian dari sejarah manusia. Kastil ini pernah digunakan untuk penjara para penenung dan penyihir, pernah pula dimanfaatkan untuk perpustakaan. Kini tempat ini menjadi museum. Dengan membayar 6,25 poundsterling (untuk pengunjung dewasa) dan 4 poundsterling (anak-anak), orang bisa menelusuri sejarah kastil, yang berarti juga sejarah kota. Bagi warga Colchester seperti Brenden Gibbons, memahami sejarah kotanya sama dengan menghayati kehidupan.
Pengurus museum ingin membuat sejarah menjadi asyik dipelajari dan tidak membosankan. Banyak kegiatan digelar untuk anak-anak pada musim panas ini. Ada gelaran music, tari, pameran, kegiatan menggambar untuk anak-anak, hingga kompetisi persahabatan dan festival di seputar kastil.
Jika ogah berkegiatan, cukup duduk-duduk di bangku taman, menikmati bunga warna-warni khas subtropics. Atau, menyeruput kopi sambil membaca buku? Seperti Senin (31/7) siang itu, saat taman kastil penuh dengan pengunjung.
Colchester, kota kecil yang sepi itu, seperti tak peduli dengan olimpiade. Ah, masak? Tidak benar juga, kok. Banyak spanduk olimpiade di sini. Obor Olimpiade 2012 juga pernah mampir di kota ini. Bukankah orang-orang harus tetap bekerja dan kota harus tetap berdenyut? Kalau libur akhir pekan tiba, mereka bisa ke stasiun, membayar tiket kereta 10,35 poundsterling sampai ke Stratford, dan menonton laga olimpiade. (SUSI IVVATY, dari Colchester, Inggris)

Sumber:
KOMPAS edisi Sabtu, 4 Agustus 2012 hal. 30

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami