Maluku
sebagai daerah yang pernah menjadi tempat bercokolnya Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang kemudian dilanjutkan
oleh Pemerintah Hindia Belanda, dalam rangka ekspansi terhadap jalur
perdagangan rempah-rempah dunia, hampir seluruh wilayah Maluku menyimpan situs
bangunan peninggalan sejarah kolonial Belanda, seperti benteng, gereja maupun
bekas permukiman warga Belanda.
Tak
terkecuali dengan daerah Amahai, masih berdiri kokoh sebuah gereja yang
digunakan sebagai tempat peribadatan jemaat Kristiani yang berada di tepi jalan
antara Amahai menuju Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah. Gereja tersebut
bernama Gereja Imanuel Jemaat Amahai. Gereja ini terletak di Jalan Christina
Martha Tiahahu, Desa Amahai, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku. Lokasi gereja ini berada samping Kantor Badan Saniri Negeri
dan Lembaga Adat Negeri Amahai atau sebelah timur SDN 1 Amahai.
Cikal
bakal bangunan gereja ini sudah ada sejak tahun 1890. Dulu, konstruksi bangunan
gerejanya masih menggunakan kayu besi yang pada waktu itu masih banyak dijumpai di
daerah tersebut. Namun, ketika terjadi tsunami pada 1 Desember 1899, bangunan
gereja tersebut hancur.
Pada tahun 1924, gereja ini dibangun kembali oleh Pemerintah Hindia Belanda dan dikenal dengan nama De Protestantse Kerk te Amahai, atau biasa disebut juga dengan Indische Kerk. Chr. G.F. de Jong dalam sebuah artikel Voorlopig overzicht van Nederlands kerkelijk ergoed in Indonesië uit de periode 1815-1942 yang diunggah di dalam situsnya, menyebutkan bahwa gereja ini tergolong sebagai bangunan gereja yang besar (een flink kerkgebouw).
Pada
waktu Jepang ingin menguasai Maluku, terjadi perlawanan dari pihak Belanda
terhadap serangan Jepang tersebut. Bombardir yang dilakukan pada 21 Desember
1943, menyebabkan bangunan gereja mengalami kerusakan berat. Setelah Jepang
hengkang dari Maluku, kondisi perpolitikan di sana masih belum stabil. Setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, masih tersisa ketidak ikhlasan Belanda untuk
mengakui negara baru Indonesia. Agresi Belanda pun muncul tapi senantiasa
mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia, sehingga Belanda yang dengan segala
cara tak bisa menguasai Indonesia lagi.
Setelah
dirasa aman dan stabil, gereja tersebut mulai dibangun kembali. Peletakan batu
pertama dilakukan oleh Pendeta Pelamonia Souhoka Pesuarissa Sipalsuta pada 8
Mei 1950, dan selesai pada 6 November 1961. Lalu, ditasbihkan oleh Pendeta
Warela K. Haullussy pada 23 Agustus 1964 dengan nama Gereja Imanuel Jemaat
Amahai-Soahuku. Pada 7 Juli 1986, Gereja Imanuel ini direstorasi yang pertama,
kemudian dilanjutkan dengan restorasi yang kedua pada 18 Oktober 1993.
Kehadiran
Gereja Imanuel ini tidak terlepas dari kesejarahan Gereja Protestan Maluku
(GPM). GPM merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan
Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon, Maluku pada 6 September 1935.
GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk sebagai bentuk kemandirian
gereja. *** [011015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar