Nasib
baik menghampiri saya. Tepat di depan penginapan, banyak hilir mudik angkot.
Hal ini membantu saya dalam mewujudkan hasrat heritage tourism di Kota Ende. Kali ini saya mengunjungi sebuah
gereja lawas dengan gaya arsitektur
yang menawan. Gereja tersebut adalah Gereja Katolik Paroki Kristus Raja
Katedral Ende, atau bisa disebut dengan Gereja Katedral Ende saja. Gereja ini
terletak di Jalan Katedral No. 5 Kelurahan Potulando, Kecamatan Ende Tengah,
Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi gereja ini sebelah timur
Kantor Pos Ende, atau di sebelah utara KUD Baranuri.
Ide
pendirian gereja ini datang dari Uskup Mgr. Verstraelen, sebagai tempat ibadah
umat Katolik, dan sekaligus sebagai gereja Katedral Keuskupan Sunda Kecil.
Peletakan batu pertama pembangunan gereja ini dilakukan dengan upacara yang
dipimpin oleh Uskup Mgr. Arnold Verstraelen, SVD pada 18 Mei 1930. Persiapan
pembangunan gereja dipercayakan kepada Pastor Paroki, Pater Huijlink. Proses
pembangunan gereja ini memakan waktu sekitar dua tahun, dengan ditandai dengan
pentasbihan oleh Uskup Mgr. Arnold Verstraelen pada 7 Februari 1932.
Pemilihan lokasi gereja Katedral ini didasari atas pertimbangan bahwa lokasi gereja tersebut yang berdekatan dengan Biara Santo Yosef, dan menjadi satu kawasan dengan kompleks Misi Ende (sekarang menjadi Keuskupan Agung Ende). Pada waktu pendirian gereja ini, Ende belumlah menjadi sebuah kabupaten dan belum menjadi Keuskupan Agung Ende (Archidioecesis Endehenus) seperti saat ini. Karena Kabupaten Ende sendiri baru terbentuk pada tahu 1958, dan Keuskupan Agung Ende pada tahun 1961. Gereja Katolik ini memang lahir karena kegigihan para misionaris Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah.
Gereja
ini memiliki pelataran yang cukup luas, sehingga ketika memasuki halaman gereja
ini sudah tampak bangunan gereja yang menjulang, Dilihat dari fasade bangunan gereja, terlihat bahwa
bangunan gereja ini menggunakan gaya arsitektur Neo-Gothic yang telah disesuaikan dengan arsitektur tradisional
suku Ende, terutama bentuk atapnya.
Gereja
ini mempunyai satu menara di sebelah kanannya yang di atasnya dipasang sebuah
salib, dan pada dinding menara terdapat jam sebagai penanda waktu. Sedangkan,
di bagian kiri depan gereja ada patung Kristus yang lumayan besar yang
seolah-olah menyambut setiap jemaat yang akan bersembahyang di dalam gereja
tersebut. Patung Kristus tersebut berdiri di atas bola dunia, dan di bawah bola
dunia terdapat tulisan Christus Rex Mundi
(Kristus Raja Dunia).
Tepat
di atas pintu utama gereja terdapat tulisan Christo
Regi (Kristus Raja), dan di atas tulisan adalah kaca yang dibingkai lima
pilar yang berbentuk lengkungan. Fungsinya adalah pencahayaan, yaitu untuk
menyerap sinar mentari agar bisa masuk ke dalam ruang utama gereja.
Berdasarkan
laman kebudayaan.kemendibud.go.id,
Gereja Katedral ini tercatat sebagai salah satu inventaris warisan budaya di
Kabupaten Ende. BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Gianyar telah melakukan
upaya pelestarian terhadap warisan atau cagar budaya di Kabupaten Ende, antara
lain yaitu penempatan juru pelihara, pemetaan serta dokumentasi terhadap Gereja
Katedral. *** [250915]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar