Dengan
naik ojek, kami diantar keliling Kota Ende. Salah satu lokasi yang ditunjukkan
oleh tukang ojek adalah sebuah taman yang hijau dan rindang. Sekilas tampak
seperti taman kota yang pada umumnya ada di sebuah daerah. Namun bila sudah
memasuki areal taman ini akan terlihat keistimewaan dari taman ini. Taman ini
dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno. Taman Renungan ini terletak di Jalan
Soekarno, Kelurahan Kota Ratu, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Lokasi taman ini berada di depan Kantor Camat Ende Utara.
Dalam
catatan sejarah, Soekarno pernah dibuang ke Ende, Pulau Flores dari tahun 1934
hingga 1938. Ketika di Ende, Soekarno sering memanfaatkan sebagian waktu
pembuangannya untuk melakukan permenungan mendalam tentang butir-butir
Pancasila yang kini menjadi dasar negara Indonesia. Tokoh Proklamator ini
sering bermain bola bersama masyarakat setempat. Saat lelah ia bernaung di
bawah pohon sukun berbatang lima. Soekarno duduk pada sebuah bangku kecil,
sambil membaca sebuah buku, setelah dibaca kemudian Soekarno menutup bukunya,
tangannya disandarkan ke belakang untuk menopang kepalanya. Kepala Soekarno
mendongak ke atas melihat cabang-cabang sukun yang berjumlah lima itu sambil menikmati
hembusan angin dan mulai berpikir jauh tentang Indonesia. Di bawah pohon sukun
inilah, Soekarno menemukan konsep dasar Indonesia, Pancasila.
Ende sangat mempengaruhi Soekarno, karena di Ende-lah Soekarno “menemukan dan merancang” Pancasila. Secara pribadi, Ende menjadi tempat perkembangan penting dalam diri Soekarno, yaitu perubahan dari manusia “singa podium” menjadi “manusia perenung”. Soekarno di Jawa adalah Soekarno “pembakar massa”. Soekarno di Ende adalah Soekarno reflektif, pemikir, lebih banyak waktu dipakai untuk tenggelam dalam perpustakaan, bertukar pikiran dengan sekelompok paderi dari Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah, yang tidak ada hubungannya dengan gerakan kebangsaan sebagaimana para misionaris lain di Jawa. Kehidupan rakyat Ende, yang berasal dari berbagai suku bangsa dan agama tetapi hidup rukun dan damai, benar-benar memperkaya imajinasi Soekarno terhadap Indonesia merdeka kelak. Bahkan, itu menjadi bahan renungannya setiap hari di bawah sebuah pohon sukun.
Sekitar tahun 1970-an, pohon sukun tersebut mati dan pemerintah setempat mengganti dengan menanan anakan pohon yang sama dilokasi yang sama. Kemudian sejak tahun 1980-an, pohon sukun itu berganti nama menjadi Pohon Pancasila.
Dulu,
lokasi Soekarno merenung di bawah pohon sukun tersebut dikenal sebagai Taman
Remaja Ende, sedangkan di sebelah timurnya adalah Lapangan Perse. Perse
merupakan singkatan dari Persatuan Sepak Bola Ende yang terkenal pada tahun
1970-an. Jadi, Lapangan Perse itu awalnya merupakan satu-satunya stadion sepak
bola pada era itu. Setiap ada perhelatan sepak bola, puncak pertandingan antar
klub atau antar kabupaten pasti digelar di lapangan ini.
Namun,
sejak Wakil Presiden Boediono meresmikan patung Bung Karno yang berada di dekat
pohon sukun tersebut pada 1 Juni 2013, yang dulunya dikenal dengan Taman Remaja
berubah menjadi Taman Renungan Bung Karno atau biasa disebut juga dengan Taman
Pancasila. Sedangkan, Lapangan Perse berubah menjadi Lapangan Pancasila. Hal
tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa tempat-tempat tersebut memiliki
sejarah yang ada kaitannya dengan munculnya falsafah lima sila atau Pancasila. *** [260915]
Kepustakaan:
Dhaniel Dhakidae, 2013. Soekarno: Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra Sang Fajar, Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar