Seiring
dengan tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abad ke-20, di Jakarta tumbuh pula
pondokan pelajar untuk menampung mereka
yang tidak tertampung di asrama sekolah atau bagi mereka yang ingin hidup lebih
bebas di luar asrama yang ketat. Salah satu di antara pondokan pelajar (Commensalen Huis) di Jakarta adalah
rumah milik Sie Kong Liong, yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 106. Karena
rumahnya besar dan berhalaman luas, maka rumah pondokan ini sering dikenal
dengan sebutan Gedung Kramat 106.
Pada
tahun 1920-an, Gedung Kramat 106 termasuk wilayah Weltevreden (bagian dari
Batavia). Jalan di muka gedung saat itu sudah ramai dengan lalu lintas kendaraan
mobil dan trem listrik yang menghubungkan daerah Senen dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).
Selain sebagai tempat tinggal, gedung tersebut digunakan sebagai tempat latihan kesenian “Langen Siswo” dan diskusi politik. Setelah Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) didirikan pada bulan September 1926, Gedung Kramat 106 dijadikan kantor PPPI dan kantor redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. Berbagai organisasi pemuda sering menggunakan tempat ini sebagai tempat berkumpul. Karena sering dijadikan tempat pertemuan para tokoh pemuda Indonesia, sejak tahun 1928 gedung ini diberi nama Indonesische Clubgebouw (Gedung Pertemuan Indonesia). Tokoh-tokoh yang pernah tinggal di gedung tersebut antara lain adalah Mohamad Yamin, Abu Hanifah, Amir Sjarifudin, A.K. Gani Setiawan, Soerjadi, Mangaraja Pintor, dan Assaat.
Pada
tahun 1928 pula Gedung Kramat 106 dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan
Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Gedung ini dijadikan
pusat pergerakan mahasiswa sampai tahun 1934.
Sejak tahun 1934-1970 Gedung Kramat 106 mengalami beberapa kali alih fungsi, antara lain sebagai rumah tinggal, toko bunga, hotel, dan perkantoran. Gedung yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia ini kemudian dijadikan museum oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan nama Gedung Sumpah Pemuda pada tahun 1973, kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974. Pada 16 Agustus 1979, pengelolaan Gedung Sumpah Pemuda diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Mendikbud No. 029/O/1983 tanggal 7 Februari 1983, Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda (Youth Declaration Museum).
Pada
tahun 2013, bangunan utama Gedung Museum Sumpah Pemuda ditetapkan sebagai
Bangunan Cagar Budaya (BCB) Peringkat Nasional, melalui Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 254/M/2013 tanggal 27
Desember 2013.
Museum
Sumpah Pemuda ini memiliki sejumlah koleksi yang berkaitan dengan gerakan
pemuda-pemudi dalam menyongsong tercetusnya Sumpah Pemuda. Seperti pada museum
yang lainnya, Museum Sumpah Pemuda ini juga mempunyai ruang pamer yang berada
di bangunan utama gedung tersebut. Ruang pamer tersebut menempati kamar-kamar
yang terdapat di gedung tersebut. Namun pada kunjungan saya ini, hanya bisa
menyaksikan empat ruangan saja karena sebagian ruangan yang lainnya sedang
direnovasi untuk tata letaknya.
Ruang Tamu
Ruang
ini berada di bagian depan ketika pengunjung mulai masuk pintu utama. Ruang ini
dulunya merupakan ruang tamu, atau ruang untuk berdiskusi para pemuda yang
mondok di rumah tersebut.
Koleksi
yang dipamerkan berupa diorama suasana diskusi pemuda pada saat itu, dan
sejumlah story board yang menerangkan
sejarah pemondokan ini.
Ruang Perenungan
Sesuai
namanya, ruangan ini diperuntukkan untuk melahirkan pemikiran yang cemerlang ke
arah persatuan para pemuda Indonesia, atau semangat Indonesia.
Pada
ruang ini ditampilkan diorama yang mengetengahkan seorang pemuda dengan serius
yang sedang memantau berita dari radio untuk mengetahui perkembangan yang ada.
Selain itu juga dipasang sejumlah story
board sebagai pendukungnya.
Ruang Indonesia Raya
Ruang
pamer ini berisi biola dan piringan hitam yang berisi lagu Indonesia Raya yang
berhasil membangkit semangat juang para pemuda Indonesia.
Story board yang dipampang di dinding
ini menjelaskan biografi Wage Rudolf Supratman, deskripsi biola, hingga sejarah
lagu Indonesia Raya (History of the Song
Indonesia Raya).
Ruang Indonesia Muda dan Perhimpunan
Pelajar Indonesia
Pada
ruangan ini terdapat diorama seorang pumuda yang bersama temannya sedang
membaca koran Benih Merdeka, dan dilengkapi dengan story board mengenai Indonesia Muda dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia.
Di
ruangan ini, pengunjung akan tahu bagaimana kiprah-kiprah mereka yang
berdatangan dari pelbagai daerah di Indonesia dan bertemu di Jakarta.
Ruang Kepanduan
Ruang
ini berada di belakang bangunan utama, menempati sebuah bangunan serambi
belakang yang menghadap ke arah selatan.
Di
dalam ruangan ini terdapat diorama seragam kepanduan dengan sepeda onthel, dan dilengkapi dengan story board perihal kepanduan yang cukup
lengkap.
Setelah
selesai di Ruang Kepanduan, pengunjung bisa menyaksikan Monumen Persatuan
Pemuda 1928 di halaman belakang, berupa tangan mengepal berwarna hitam, dan di
bawahnya terdapat bait-bait kata yang ada pada Sumpah Pemuda.
Mengunjungi
Museum Sumpah Pemuda ini memberi kenangan tersendiri bagi para pengunjung. Selain,
bisa menikmati koleksi-koleksi yang berhubungan dengan Sumpah Pemuda,
pengunjung juga bisa menyaksikan bangunan kuno bergaya Indische Empire yang masih megah dan kokoh. Sehingga, bila
dirangkai keduanya, pengunjung terasa diajak berjalan ke masa lampau yang penuh
sejarah ini. Dan sekarang, Museum Sumpah Pemuda ini terletak di Jalan Kramat
Raya No. 106 Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat, Provinsi
DKI Jakarta. Lokasi museum ini berada di depan Hotel Amaris Kramat Raya. *** [210416]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar