The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Tegal

Stasiun Kereta Api Tegal (TG) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Tegal, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang yang berada pada ketinggian + 4 m di atas permukaan laut. Stasiun Tegal terletak di Jalan Semeru No. 16, Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur laut Pasar Alun-Alun Tegal ± 230 meter, atau tenggara Taman Poci ± 230 meter.
Bangunan Stasiun Tegal ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Sebelum stasiun ini dibangun, terlebih dulu dilakukan pembangunan jalur trem uap Tegal-Slawi-Balapulang. Pembangunan jalur tersebut dimulai pada tahun 1885 dan selesai pada tahun 1886 oleh Javasche Spoorweg Maatschappij (JSM), dan bangunan stasiunnya diresmikan pada 17 November 1887. JSM merupakan salah satu perusahaan trem di Hindia Belanda yang mendapat konsensi dari tahun 1884 hingga 1893, namun dalam perjalanannya JSM mengalami kesulitan keuangan untuk membiaya operasionalnya dan kemudian merugi lantaran uangnya telah tersedot dalam pembangunan prasarana kereta api maupun pengadaan lokomotif serta gerbong yang harus didatangkan dari Belanda.

Stasiun Tegal Tampak Depan (Foto: Erdy Priharsono)

Dalam kondisi seperti ini, JSM kemudian diambil alih (overgenomen) oleh Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) pada 16 November 1895. SCS sendiri merupakan perusahaan kereta api yang pada tahun 1885-1992 membangun jalur di lintas utara Jawa Tengah mulai Semarang hingga Cirebon dan berakhir di Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat. Ekspansi SCS pada jalur ini terkait dengan banyaknya pabrik gula yang dibangun di sepanjang pantai utara Jawa pada masa itu.
Awalnya, bangunan stasiun ini masih cukup sederhana berbentuk limasan, dan hanya terdiri dari bangunan utama saja. Emplasemen stasiunnya belum memiliki atap penutup atau masih terbuka. Setelah menjadi milik SCS, emplasemen stasiun diberi penutup (overkapping) dengan atap besar yang berbahan kayu. Atap tersebut mampu menaungi tiga peron yang ada dalam lintasan jalur rel di dalam stasiun tersebut.

Ketika Kereta Api Majapahit berhenti di Stasiun Tegal (Foto: Budiarto Eko Kusumo)

Pada tahun 1918, bangunan utama stasiun mengalami pemugaran untuk diperluas dan dibuat megah. Rancangan bangunannya dipercayakan kepada Henri Maclaine Pont (1884-1971), seorang arsitek Belanda kelahiran Meester Cornelis (Jatinegara). Renovasi besar-besaran ini terkait dengan pembangunan Kantor SCS yang berada di depan stasiun tersebut, dan peningkatan jalur trem uap menjadi jalur kereta api kelas 1 (spoorweg 1e klasse). Direktur SCS Ir. J. Th. Gerlings menghendaki kemegahan arsitektur Kantor SCS juga diimbangi dengan kemegahan arsitektur Stasiun Tegal yang dulu bernama lengkap Station van de Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij te Tegal.
Akhirnya, bangunan Stasiun Tegal dirombak oleh Maclaine Pont menjadi seperti sekarang ini. Fasad bangunan menjulang dan di atasnya terdapat tower kecil. Kesan arsitektur kolonialnya begitu terlihat dengan jelas.

Jam Stasiun Tegal (Foto: Budiarto Eko Kusumo)

Dulu setelah diakusisi oleh SCS, dari Stasiun Tegal terdapat percabangan jalur rel kereta api. Pada tahun 1895, dari Stasiun Tegal ada percabangan menuju ke  pelabuhan dengan standar pergudangan (haven- en pakhuisspoor). Tujuannya untuk memudahkan arus barang dari pedalaman menuju ke pelabuhan. Akan tetapi sekarang stasiun di dekat pelabuhan tersebut sudah tak aktif lagi.
Sementara itu, dari Stasiun Tegal ke arah selatan membelok ke barat juga dibuat percabangan oleh SCS. Percabangan ini untuk menghubungkan jalur rel Tegal-Brebes-Losari sejauh 40 kilometer yang dibangun dari tahun 1897 hingga 1898. Kemudian dari Stasiun Tegal ke arah utara membelok ke timur terdapat percabangan yang dibuat oleh SCS untuk menghubungkan jalur rel Tegal-Pemalang-Pekalongan sejauh 63 kilometer yang pembangunannya dikerjakan dari tahun 1898 sampai dengan tahun 1899.
Stasiun Tegal ini tergolong stasiun kelas besar tipe A, yang memiliki 6 jalur dengan jalur 1 dan 2 sebagai sepur lurus arah barat menuju ke Stasiun Brebes, dan yang ke timur menuju ke Stasiun Larangan. Jalur 3 digunakan sebagai sepur lurus dari dan ke arah Slawi-Balapulang hingga Prupuk. Jalur 4 sebagai jalur menuju ke balai yasa maupun Depo Pertamina. Sedangkan dua jalur sisanya digunakan untuk menyimpan gerbong.
Sebagian stasiun besar tipe A, stasiun ini banyak dilewati dan disinggahi oleh sejumlah kereta api, baik kelas ekonomi, bisnis maupun eksekutif. *** [200119]

Kepustakaan:
Oegema, J. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V.
Prayoga, Y.B., Prabowo, Y.S., & Radityo, D. (2017). Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
http://www.gahetna.nl/archievenoverzicht/pdf/NL-HaNA_2.20.13.01.ead.pdf

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami