Stasiun Kereta Api Cipeundeuy (CPD) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Cipeundeuy, merupakan stasiun kereta api kelas II yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persereo) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung yang berada pada ketinggian +772 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Raya Bandung-Tasikmalaya, Desa Cikarag, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur laut Pasar Cipeundeuy ± 200 m.
Bangunan Stasiun Cipeundeuy merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda. Pembangunannya bersamaan dengan adanya pembangunan jalur rel kereta api Cibatu-Tasikmalaya-Banjar-Maos yang dikerjakan oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), dari tahun 1893 sampai dengan tahun 1894, sebagai bagian dari proyek jalur kereta api utama untuk jalur bagian barat (Westerlijnen-1).
Stasiun Cipeundeuy Tampak Depan (Foto: Warmin) |
Jalur sepanjang 174 kilometer ini, pengerjaannya dibagi ke dalam 5 seksi, yaitu seksi 1 dari halte Cibatu menuju ke halte Trowek (sekarang dikenal dengan Stasiun Cirahayu), seksi 2 dari Trowek menuju Tasikmalaya, seksi 3 dari Tasikmalaya ke Citanduy menyeberang di Balokan, seksi 4 dari Balokan sampai Cilongkrang, dan seksi 5 dari Cilongkrang sampai sambungan di jalur Yogyakarta-Cilacap pada halte Kasugihan.
Semula, Stasiun Cipeundeuy ini merupakan sebuah halte pemberhentian kereta api saja (Halte Tjipeundeuj). Pada tahun 1893 jalur Cibatu-Tasimalaya sudah selesai dibangun dan dapat digunakan untuk umum pada 16 September 1893. Hal ini sekaligus juga menandai diresmikannya Halte Cipeundeuy pada waktu itu.
Ruang Tunggu Stasiun Cipeundey (Foto: Warmin) |
Jalur Cibatu-Tasikmalaya ini merupakan jalur pegunungan (berglijn) dengan kemiringan mencapai 25‰. Kondisi geografi yang demikian ini menyebabkan pembangunan jalur tersebut dilaksanakan secara bertahap yang terbagi ke dalam beberapa seksi. Dari Cibatu hingga Ciawi jalur kereta yang dibangun pada daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang berbelok-belok.
Untuk menghindari tanah pegunungan yang labil, pembangunan seksi 1 harus melewati daerah cadas yang keras. Untuk menghnacurkan cadas yang keras itu di seksi 1 digunakan dinamit kala itu.
Tak mengherankan bila pembangunan jalur yang melintasi Stasiun Cipeundeuy ini dulunya menghabiskan biaya yang tidak kecil. Karena jalur tersebut harus mengitari Gunung Talagobodas yang rawan akan pergeseran tanah, dan jalurnya menanjak. Oleh karena itu, sedari dulu hingga saat ini semua kereta api yang lalu lalang melintasi Stasiun Cipeundeuy harus berhenti dulu. Kereta api yang berhenti di stasiun tersebut akan diperiksa oleh petugas teknik yang ditugaskan di stasiun tersebut untuk mengecek remnya.
Stasiun Cipeundeuy memiliki tiga jalur rel dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Arah barat laut menuju Stasiun Bumi Waluya, dan arah tenggara menuju ke Stasiun Cirahayu.
Kendati Stasiun Cipeundeuy merupakan stasiun kelas II akan tetapi karena aspek hitoris dibangunnya stasiun ini oleh Pemerintah Hindia Belanda maka stasiun ini tetap dipertahankan sebagai stasiun untuk melakukan pengecekan fisik kereta api yang melintas di jalur itu, terutama rem pengamannya. Sehingga, stasiun ini akan ramai untuk pemberhentian semua kereta api. *** [130220]
Kepustakaan:
Mulyana, Agus. (2017). Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/Halte-13-Trajecten1.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar