Stasiun Kereta Api Pati (PT) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Pati, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas I yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang yang berada pada ketinggian +21 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Puri, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur laut Taman Stasiun Puri Pati ± 190 m, atau sebelah barat Tugu Bumi Mina Tani ± 260 m.
Pembangunan Stasiun Pati bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Kudus-Pati-Juwana sejauh 37 kilometer. Pengerjaan jalur rel dan stasiun itu dilakukan oleh Samarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) mulai dari tahun 1883 sampai dengan tahun 1884. Jalur rel ini dibuka untuk umum (datum van openstelling der baanvakken) pada 19 April 1884 berbarengan dengan peresmian Stasiun Pati (Station te Pati van de Samarang Joana Stoomtram Maatschappij).
Stasiun Pati Tahun 1905 (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/) |
SJS beroperasi di wilayah utara Jawa Tengah mulai dari Semarang hingga Cepu. Jalur SJS tersebar melewati beberapa daerah di pesisir utara dan tengah. Daerah yang dilalui antara lain Demak, Juana, Kudus, Purwodadi, Blora, Mayong, Wirosari, Lasem, Rembang sampai dengan Cepu.
Pembangunan jalur rel dan Stasiun Pati ini dilakukan semasa kepemimpinan direktur pertama SJS yang bernama H.M.A. Baron van der Goes van Dirxland (21 September 1881-29 Januari 1890).
Pada waktu berdiri, bangunan Stasiun Pati masih belum besar seperti yang tertera dalam bukunya Michiel van Ballegoijen de Jong, Spoorwegstation op Java (1993). Semula stasiun itu hanya memiliki dua jalur rel, namun seiring berkembangnya daerah Pati dengan sejumlah perkebunan-perkebunan Belanda, seperti kopi, rempah-rempah, dan tebu maka kemudian bangunan stasiun itu juga mengalami renovasi seperti yang digambarkan de Jong tersebut, menjadi empat jalur dan ditambah dengan percabangan ke Perhutani. Yang awalnya emplasemen stasiun masih terbuka, menjadi memakai kanopi (overkapping).
Perluasan stasiun itu bertujuan untuk memudahkan dan melancarkan bagi angkutan penumpang maupun komoditas hasil perkebunan maupun pertanian yang ada di daerah Pati ketika itu. Sejak itu, aktivitas di Stasiun Pati menjadi kian ramai.
Stasiun Pati Tahun 1990 (Sumber: https://upload.wikimedia.org/, yang diambil dari Spoorwegstation op Java) |
Lintasan jalur kereta api yang dibangun oleh SJS menggunakan normaalspoorlijnen, yaitu jalur kereta api dengan ukuran lebar rel 1.067 mm. Jalur ukuran ini cocok untuk kereta api ringan atau trem.
SJS yang mendapat konsensi untuk membangun dan mengoperasikan trem di daerah Kendeng Utara itu, memulai konstruksi dari tahun 1882 sampai dengan 1923. Dalam periode itu, SJS mampu membangun jalur rel sepanjang 415 kilometer.
Semasa pendudukan Jepang, perkeretaapian Hindia Belanda diambil alih. Seluruh jalur kereta api dikelola sebagai satu kesatun di bawah naungan Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.
Setelah Indonesia merdeka, banyak perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Termasuk di antaranya SJS yang dilebur menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada tahun 1959. DKA ini setelah melalui perjalanannya, kini berubah menjadi PT KAI (Persero). Jalur lintasan dan stasiun bekas milik SJS kemudian dikelola oleh perusahaan kereta api nasional itu.
Di tengah perjalanan sang waktu, jalur-jalur SJS yang pernah berkibar dan berjaya dalam moda transportasi berbasis rel ini kemudian lambat-laun mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh semakin gencarnya pembangunan infrastrukut jalan dan masuknya mobil-mobil dari Jepang ke tanah air semasa Orde Baru (Orba) tanpa diimbangi dengan peremajaan jalur lintasan kereta api bekas SJS tersebut. Sehingga akhirnya kereta api kalah bersaing dengan moda transportasi darat semacam roda empat, baik angkutan umum maupun mobil pribadi. Kondisi ini yang menyebabkan lintasan-lintasan rel bekas SJS itu kemudian ditutup.
Di Kabupaten Pati, jejak-jejak jalur kereta api juga masih bisa dijumpai. Sebagian besar memang sudah beralih fungsi, dan banyak rel yang hilang. Sisa-sia rel masih bisa ditemui di sepanjang jalan raya Pati-Kudus, termasuk beberapa bekas rambu sinyal.
Sementara itu, bekas bangunan Stasiun Pati sudah ditempati oleh warga. Bila melintas di depan bekas stasiun itu, Anda tidak akan menjumpai bangunan stasiun seperti yang Anda bayangkan. Bangunan stasiun telah disulap menjadi tempat usaha oleh beberapa kalangan, seperti tempat karaoke, warung sate kambing, kelontong, dan lain-lain. Bekas gudang yang ada di stasiun itu juga telah berubah menjadi kafe Station Food & Beverage. Bekas stasiun ini masih bisa dikenal melalui overkapping. Atap kanopi yang menaungi emplasemen stasiun itu masih terlihat dengan baik. *** [020520]
Kepustakaan:
Ballegoijen de Jong, Michiel van. (1993). Spoorwegstations op Java / Michiel van Ballegoijen de Jong. Amsterdam :: De Bataafsche Leeuw
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
Prayogo, Yoga Bagus., dkk. (2017). Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Samarang-Joana Stoomtram-Maatschappij. (1907). De tramwegen op Java: Gedenkboek samengesteld ter gelegenheid van het vijf en twintig-jarig bestaan der Samarang-Joana Stoomtram-Maatschappij. 's-Gravenhage: Kon. Ned. Boek- en Kunsthandel van M.M. Couvée.
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/804296?solr_nav%5Bid%5D=43fc7ab5452753c27a87&solr_nav%5Bpage%5D=0&solr_nav%5Boffset%5D=1
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/2/2c/444_Pati_1990.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar