The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Cigombong

Stasiun Kereta Api Cigombong (CGB) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Cigombong, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas III/kecil yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) I Jakarta yang berada pada ketinggian + 699 m di atas permukaan laut.

Stasiun ini terletak di Jalan Raya Cigombong, Desa Cigombong, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi stasiun ini berada di sebelah Barat daya Perumahan Lido Permai ± 450 meter, atau sebelah timur laut Kantor Camat Cigombong ± 400 meter.

Keberadaan Stasiun Cigombong ini berkaitan dengan adanya pembangunan jalur lintas kereta api Bogor-Cicurug-Sukabumi sepanjang 58 kilometer. Pengerjaan jalur rel ini dimulai pada tahun 1881 dan selesai pada tahun 1882 oleh Staatsspoorwegen (SS).


Stasiun Cigombong Tampak Depan (Foto: Jarwadi/17/02/2021)

SS adalah perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1875. SS menjadi perusahaan besar pesaing NIS (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij).

Pengerjaan jalur kereta api Bogor-Cicurug-Sukabumi ini dilakukan secara bertahap mulai dari arah Bogor (dulu dikenal dengan Buitenzorg). Tahap 1 mengerjakan jalur rel dari Bogor sampai Cicurug, dan selesai pada 5 Oktober 1881. Tahap 2 menyelesaikan lintasan dari Cicurug hingga Sukabumi, dan dibuka untuk umum pada 21 Maret 1882.

Jadi, jalur kereta api di Cigombong masuk dalam pembangunan tahapi 1. Akan tetapi pembangunan stasiunnya baru selesai dan diresmikan pada 25 Desember 1881 dengan nama Halte Tjigombong van de Staatsspoorwegen in de lijn van Buitenzorg naar Soekaboemi (Halte Cigombong milik Staatsspoorwegen pada lintasan Bogor-Sukabumi).


Station Cigombong in de lijn van Bogor naar Sukabumi met op de achtergrond de Salak (Foto: Jarwadi/17/02/2021)

Pembangunan jalur rel Bogor-Cicurug-Sukabumi merupakan jalur kereta api pertama yang dibangun SS di Priangan. Jalur ini dibangun sebagai keinginan pemerintah yang bertujuan menghubungkan secara langsung jalur lalu lintas dari Priangan ke Batavia. Hubungan ini penting dalam rangka kepentingan ekonomi (Agus Mulyana, 2017: 72).

Kepentingan ekonomi berkaitan dengan kondisi geografis daerah Priangan yang terletak di daerah pedalaman dan memiliki tanah yang subur. Secara geografis, Cigombong berada di pertemuan lembah Gunung Salak dan Gunung Pangrango, yang kondisinya menunjukkan daerah yang tidak datar.

Kondisinya berupa daerah pegunungan itu menyebabkan Cigombong pada masa Hindia Belanda cocok untuk dikembangkan perkebunan. Dalam Brinkman’s Cultuur-Adresboek voor Nederlandsch-Indie: 1937, tercatat ada dua perkebunan besar (onderneming) milik orang Belanda yang beroperasi di Cigombong, yaitu Onderneming Pondok Gedeh Landen dan Onderneming Tjigombong & Tjisadea.

Onderneming Pondok Gedeh Landen yang dimiliki oleh  NV. Cultuurmaatschappij „Pondok Gedeh" 's Gravenhage bergerak dalam perkebunan karet, teh, dan kina. Sedangkan, Onderneming Tjigombong & Tjisadea kepunyaan Pandan (Java) Tea Company Ltd Londen khusus mengembangan perkebunan teh. Kedua perusahaan perkebunan ini mengakses jalur rel ini untuk membawa hasil komoditasnya menuju Batavia, dan seterusnya dikapalkan menuju Belanda.

Pembangunan jalur rel Bogor-Cicurug-Sukabumi ini selain mengerahkan cukup banyak tenaga kerja (kuli) juga menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan medan topografisnya menanjak dan berkelok-kelok sehingga diperlukan perhitungan tertentu agar kereta api mudah melewatinya.
Jalur kereta api ini memiliki lintasan pegunungan dengan gradien (berglijn). Kecepatan kereta api memasuki lintasan seperti ini umumnya dengan laju kecepatan 25‰ ketika menanjak.

Stasiun ini memiliki 3 jalur. Jalur 1 tidak ada kelanjutannya lagi, karena relnya sudah dipakai untuk kanibal jalur 2. Jalur digunakan untuk sepur lurus, ke utara menuju ke Sasiun Maseng, dan yang ke selatan menuju ke Stasiun Cicurug. Karena kondisi relnya membelok tepat di depan stasiun, maka digunakan sinyal pengulang. Sementara itu, jalur 3 tampak menuju ke arah bekas gudang pupuk.

Kendati Stasiun Cigombong tergolong stasiun kecil, akan tetapi dalam kesehariannya masih tergolong terlihat ada aktivitas rutin dalam menaikkan maupun menurunkan penumpang. Stasiun ini hanya melayani penjualan tiket secara langsung saja untuk KA Pangrango, satu-satunya kereta api yang berhenti di stasiun ini. *** [170221]

Kepustakaan:
Mulyana, Agus. (2017). Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Oegema, J. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V.
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/790762?solr_nav%5Bid%5D=3eaff924bd5a8c2e2544&solr_nav%5Bpage%5D=0&solr_nav%5Boffset%5D=0
https://igv.nl/wp-content/uploads/2018/03/Cultuuradresboek-1937_IGVnl.pdf


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami