The Story of Indonesian Heritage

Charminar: Empat Menara yang Menyimpan Doa Kota Hyderabad

 "Ancient monuments are full of wisdom, for they have been filled with what they have seen and heard for hundreds of years!" - Mehmet Murat ildan

Rabu siang, 10/12, selepas makan siang hari kedua Third Annual Symposium di May Flower Hall, The Golkonda Resorts & Spa, rombongan peserta tak langsung kembali ke kamar. Panitia dari The George Institute for Global Health (TGI) India mengajak mereka menyusuri denyut Hyderabad lewat sebuah agenda bertajuk Hyderabad City Tour. Bus Sagar bergerak sekitar 20 kilometer dari resor Golkonda, dan di ujung perjalanan, berdirilah sebuah monumen yang seolah memanggil sejarah untuk bercerita: Charminar.

Antusiasme langsung terasa. Peserta dari Imperial College London (ICL), University College London (UCL) Energy Institute, TGI (India dan Australia), Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research (SRIHER), hingga Universitas Brawijaya (UB) larut dalam kekaguman. Charminar berdiri tegak di jantung Hyderabad, ibu kota Telangana, kota yang dulu menjadi pusat Kerajaan Hyderabad, India. Di titik inilah masa lalu dan masa kini saling bertegur sapa.

Bangunan Charminar yang megah di Hyderabad, Telangana, India

Secara arsitektural, Charminar memikat sejak pandangan pertama. Bangunan berbentuk persegi dengan sisi sepanjang 31,95 meter ini dibingkai lengkungan-lengkungan megah setinggi 11 meter. Empat menara - yang menjadi asal namanya, char (empat) dan minar (menara) - menjulang hingga 56 meter, masing-masing bertingkat tiga. Dipercaya bahwa keempat menara tersebut melambangkan empat Khalifah pertama Islam.

Di dalam menara, tangga spiral dengan 149 anak tangga dan 12 bordes mengantar pengunjung menuju puncak, tempat panorama kota terbentang luas. Dinding ganda lengkungan di atap, ornamen menara, dekorasi plesteran, pagar dan balkon yang tersusun rapi, serta motif bunga yang dieksekusi halus, menyatu dalam harmoni estetika Indo-Persia hingga sintesis Mughal dan Hindu.

Charminar didirikan pada tahun Hijriah 1000 (1591–1592 M) oleh Mohammed Quli Qutub Shahi, sultan kelima Dinasti Qutub Shahi sekaligus pendiri kota Hyderabad. Monumen ini bukan sekadar penanda kekuasaan, melainkan tugu syukur – batu doa yang dipanjatkan untuk merayakan berakhirnya wabah penyakit mematikan yang pernah melanda kota. Sebuah pengingat bahwa kota ini lahir dari harapan, dari ikhtiar manusia melampaui krisis.

Peserta Third Annual Symposium NIHR-GHRC NCD & EC mengantre tiket masuk ke Charminar pada Rabu (10/12)

Di balik kemegahan itu, termaktub sosok Mir Momin Astarabadi, arsitek Persia yang menjadi perancang utama Charminar. Ia bukan hanya arsitek, tetapi juga perencana kota, pencinta budaya, dan penyair. Bersama Sultan, Astarabadi membayangkan Hyderabad sebagai “Isfahan baru” di Deccan. Dalam tulisannya, ia menyebut Haidarabad sebagai Isfahan baru, sebuah kota taman, sebuah pusat peradaban yang dirancang dengan visi jauh ke depan.

Catatan para pengembara Eropa turut memperkaya kisah Charminar. Jean Baptiste Tavernier, penjelajah Prancis abad ke-17, menulis tentang Hyderabad yang ia saksikan dari Purana Pul (Jembatan Tua). 

Ia mencatat bahwa meski nama resminya Haidarabad, masyarakat menyebutnya Bagnagar atau Baagh Nagar, yang berarti kota taman. Pada pertengahan abad ke-18, Charminar bahkan pernah menjadi markas Komandan Prancis, Jenderal Charles Joseph Patissier Marquis de Bussy-Castelnau atau Jenderal Bussy. Sejarah berlapis-lapis itu seakan terpatri di setiap batu prasastinya.

Ornamen di dalam bangunan Charminar

Waktu terus bergerak, dan Charminar pun beradaptasi. Pada 1889, empat jam ditambahkan menghadap ke empat arah mata angin. Di bagian dasar, yang semula merupakan vazu - wadah air dengan air mancur kecil untuk wudhu sebelum salat - fungsi ruang pun berevolusi. Dari atap dan menaranya, mata dapat memandang Benteng Golkonda di barat, serta Laad Bazaar yang bersebelahan, pasar ramai yang masyhur dengan gelang pernis bertabur kaca dan batu berwarna.

Para sejarawan melihat Charminar lebih dari sekadar bangunan. Phillip Wagoner, misalnya, meyakini Charminar sebagai chaubara (alun-alun kota), mengacu pada struktur serupa di Bidar, Warangal, dan Udgir. Ibu kota Qutb Shahi menandai pusat kota dengan bentuk bulat, yang membuka jalan ke empat penjuru. Ketika ibu kota dipindahkan dari Golkonda ke Hyderabad, ruang di sekitar Charminar dirancang untuk menampung sekitar 14.000 toko, menghidupkan denyut ekonomi kota baru.

Maka Charminar adalah simbol yang berlapis makna, yakni ketahanan sebuah kota, doa untuk kemakmuran, penanda milenium Islam, dan pusat budaya yang memadukan gaya Indo-Islam. Ia bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku sejarah yang menyimpan gema langkah pedagang, doa para peziarah, dan bisik rencana para penguasa.

Pemandangan dari atas bangunan Charminar

Seperti kata Mehmet Murat İldan, seorang penulis, novelis, dan dramawan kontemporer Turki yang lahir pada 16 Mei 1965 di Elazığ, dikenal karena karya-karyanya yang mencakup novel, drama, dan esai, sering kali menggabungkan pemikiran filosofis dan sosial: 

“Monumen-monumen kuno penuh dengan kebijaksanaan, karena telah diisi dengan apa yang telah mereka lihat dan dengar selama ratusan tahun!” 

Charminar membenarkan kata-kata itu. Di bawah empat menaranya, Hyderabad terus bergerak, namun kebijaksanaan masa lalu tetap berdiam untuk menjaga jantung kota agar terus berdetak. *** [241225]


Kepustakaan:

Britannica Editors (2025, October 13). Charminar. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/Charminar

Nanisetti, S. (2018, July 02).   The very many mysteries of Hyderabad’s Charminar. The Hindu. https://www.thehindu.com/society/history-and-culture/the-very-many-mysteries-of-hyderabads-charminar/article24311906.ece

Rajjak, S. M. (2015). Mir Mohammad Momin Astarabadi’s Contribution to Qutb Shahi Deccan History. JRSP, 52(2), 203–209. https://pu.edu.pk/images/journal/history/PDF-FILES/15.%20Shaikh%20Musak%20Rajjak_v52_2_15.pdf

Saidulu, Prof. H. C., & Manu, A. r. (2025). Holistic Vision Of The Monument Charminar. International Journal of Creative Research Thoughts (IJCRT), 13(2), 73–80. https://www.ijcrt.org/papers/IJCRT2502478.pdf

Seshan, K. S. S. (2018, March 24).   General Bussy’s Charminar home. The Hindu. https://www.thehindu.com/society/history-and-culture/bussys-charminar-home/article23342015.ece



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami