Salah satu tempat wisata yang menjadi andalan Kabupaten Boyolalai adalah Pemandian Tirtomarto yang terletak di Jalan Pengging atau tepatnya berada di Dukuh Tirtomarto, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasi pemandian ini sangat strategis, sehingga mudah dijangkau oleh moda transportasi darat, seperti bus, angkutan umum, ojek maupun transportasi tradisional yang masih eksis, yaitu dokar. Lokasi pemandian ini sebenarnya bila ditarik dalam skala yang lebih luas, menyatu dengan kawasan wisata yang menarik nan eksostis.
Keberadaan kawasan ini tidak terlepas dari peran Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) IX. Pada akhir abad ke-19, PB IX sering berkunjung ke Pengging. Kedatangan beliau ke Pengging untuk berziarah dan untuk beristirahat. Selama di Pengging, beliau bermalam di rumah orang Belanda bernama Van Zaanten, seorang pemimpin perusahaan yang berkedudukan di Pengging.
Hal semacam itu, dirasa merepotkan tuan rumah, maka PB IX membangun pesanggrahan yang diberi nama “Pesanggrahan Ngeksipurna”, yang terletak di sebelah selatan Masjid Ciptomulyo.
Untuk melengkapi Pengging sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan oleh PB IX beserta keluarga maupun punggawanya, di sebelah selatan pesanggrahan dibangun kolam untuk pemandian. Pemandian inilah yang sekaran dikenal sebagai Pemandian Tirtomarto.
Awalnya, pemandian ini dikenal sebagai Umbul Pengging. Umbul merupakan pancaran air yang mengalir ke permukaan tanah sehingga membentuk sebuah kolam atau semacam telaga. Keberadaan umbul yang ada di kompleks tersebut, atas inisiatif PB IX dimanfaatkan untuk pemandian para keluarga raja beserta punggawanya tersebut saat PB IX berziarah ke Pengging.
Umbul Pengging yang berada di Pemandian Tirtomarto tersebut terdapat tiga umbul, yaitu Umbul Temanten, Umbul Dudo dan Umbul Ngabean.
Umbul Temanten
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar sekitar 24 m, panjang 33 m, dengan kedalaman berturut-turut dari 0,70 m, 1,40 m, dan 1,80 m, yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan lainnya, seperti ruang tunggu, ruang ganti pakaian, dan kamar toilet.
Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian ini memiliki dua buah umbul (pancaran mata airnya). Pada saat kunjungan PB X disabda menjadi satu, dan ternyata benar-benar menjadi satu. Karena dua umbul telah menjadi satu, maka diibaratkan sebagai sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Sehingga akhirnya umbul tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama Umbul Temanten.
Umbul Dudo
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar 8 m, panjang 12 m, dengan kedalaman 0,70 m yang di dalamnya terdapat sebuah batu yoni yang terbalik.
Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian yang berpagar tembok ini ditemukan seekor kura-kura yang cukup besar dengan jenis kelamin jantan. Oleh karena itu, dengan ditemukannya kura-kura jantan di umbul tersebut hingga sekarang dinamakan Umbul Dudo. Dudo, dalam bahasa Jawa berarti tidak mempunyai istri. Karena kura-kura jantan tadi cuma sendirian maka dianggaplah kura-kura itu tidak memiliki pasangan hidup (dudo).
Umbul Ngabean
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian dengan berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 m, dengan kedalaman 1,50 m, yang dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, serta toilet.
Menurut cerita, kola mini pada zaman PB X khusus hanya dipergunakan mandi para keluarga Raja Kasunanan Surakarta. Untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta kebersihan juga keindahan, oleh Raja ditugaskan seorang abdi dalem berpangkat Ngabehi sebagai penjaganya. Yang akhirnya umbul tersebut hingga sekarang disebut dengan nama Umbul Ngabean.
Sebenarnya Umbul yang berada di daerah Pengging tak hanya tiga itu. Di luar kompleks Pemandian Tirtomarto itu, terdapat sejumlah umbul eksotis yang bertebaran di kawasan Pengging.
Bergeser ke arah utara sekitar 200 m dari Pemandian Tirtomarto, terdapat Umbul Sungsang. Umbul ini dikhususkan bagi laki-laki. Biasanya, umbul ini dijadikan tempat menyucikan diri sebelum berziarah ke makam Raden Ngabehi Yosodipuro.
Seperti Umbul Ngabean, Umbul Sungsang ini juga digunakan untuk ritual dan mandi rendam. Pengunjung ramai pada Jumat malam dan setiap tanggal 29 dan 30 bulan Ruwah.
Berdekatan dengan Umbul Sungsang, terdapat Umbul Plempeng. Umbul ini dikhususkan bagi perempuan. Mereka dapat dengan leluasa menikmati kesegaran air jernihnya tanpa khawatir terganggu. Seperti Umbul Sungsang, umbul ini juga dijadikan tempat menyucikan diri sebelum berziarah ke makam Raden Ngabehi Yosodipuro.
Tak hanya itu, masih banyak lagi umbul yang tak kalah menariknya. Ada Umbul Kendat, Umbul Dandang, dan Umbul Keroncong. Ketiga umbul ini satu kompleks Makam Sri Kedaton. Tak jauh dari Umbul Kendat terdapat Makam Tumenggung Padmonegoro, ayah Raden Ngabehi Yosodipuro. *** [120912]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar