Kebudayaan
sebagaimana organisme, lahir tumbuh, berkembang, menyusut, bisa pula lenyap.
Dengan demikian kebudayaan bersifat dinamis, tidak beku dan terbuka untuk
pengaruh dari luar. Ketika suatu kebudayaan mendapatkan berbagai penemuannya
melalui daya kreativitas para pendukungnya, kebudayaan tersebut akan
berkembang, terus meluaskan pengaruhnya ke budaya-budaya lain di sekitarnya.
Pengaruh itu dapat diterima atau ditolak, sangat tergantung dari keperluan
lingkup kebudayaan yang didatanginya.
Apabila
diterima selanjutnya terjadi proses akulturasi yang melibatkan para pendukung
kebudayaan, baik kebudayaan yang mempengaruhi atau kebudayaan yang dipengaruhi.
Terjadi dialog yang intensif antar keduanya, apabila kebudayaan setempat hanya
memiliki modal secara terbatas, maka yang terjadi adalah munculnya kebudayaan
tiruan (imitasi) dari kebudayaan pendatang, dan jika kebudayaan setempat telah
memiliki pencapaian yang lumayan di berbagai aspek kebudayaan, maka kebudayaan
setempat memiliki kemampuan untuk mengolah lagi pengaruh luar yang datang,
memadukan dengan pencapaian sendiri, dan melahirkan bentuk-bentuk anasir budaya
baru yang lebih bermakna dan lebih sesuai dengan kondisi setempat.
Bagi
bangsa Indonesia bermacam bentuk pencapaian hasil akulturasi dengan kebudayaan
luar dan inovasi dalam lingkup kebudayaan sendiri tanpa ada pengaruh luar
tentunya merupakan representasi dari suatu “cerlang budaya” (local genus) dalam dinamika
kebudayaannya. Akar kebudayaan yang berkembang di Nusantara sudah pasti dari
periode prasejarah dan protosejarah, pada masa itu sebenarnya nenek moyang
bangsa Indonesia telah mempunyai beberapa kepandaian yang signifikan. Ketika
pengaruh budaya luar (Kebudayaan India) datang, pengaruh itu tidak merata di seluruh
wilayah kepulauan di Nusantara, melainkan hanya diterima di beberapa pulau
saja, yaitu di wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali, serta sedikit saja yang mampu
menembus rimba Kalimantan Timur. Berbagai wilayah Kepulauan Indonesia lainnya
tetap mempertahankan dan mengembangkan pencapaian budaya yang telah disemaikan
dalam era prasejarah dan protosejarah. Demikianlah terjadi perkembangan
kebudayaan yang berdampingan antara kebudayaan akulturasi dengan budaya India,
kebudayaan asli Nusantara, dan pada masa belakangan masuk pula pengaruh
kebudayaan Cina, Islam, dan Eropa Barat, semuanya makin memperkaya khasanah
perkembangan kebudayaan di Indonesia kelak.
Maka
seakan telah menjadi suatu keniscayaan bahwa banyak pencapaian kebudayaan di
masa silam yang kemudian dipandang tidak sezaman lagi dengan perkembangan
terakhir. Bentuk-bentuk pencapaian itu surut dari apresiasi masyarakat di
zaman-zaman yang lebih kemudian, hal itulah yang kemudian dinamakan dengan
Cagar Budaya apabila dikehendaki, namun ada pula yang hasil kebudayaan masa
lalu yang diabaikan begitu saja sehingga hilang tanpa sempat dilindungi,
dikaji, didokumentasikan, dan didaftarkan menjadi warisan budaya nasional
apabila menjadi warisan dunia.
Pencapaian
budaya apapun bentuknya sejatinya merupakan kearifan lokal, sebab ditemukan dan
dikembangkan oleh masyarakat Nusantara yang mampu merumuskan kebeningan
pemikirannya untuk menghasilkan sesuatu yang akhirnya berguna bagi sesamanya.
Kearifan lokal telah menghasilkan inovasi berbagai anasir kebudayaan, kemudian
hasil kebudayaan yang mulai surut itu dilestarikan menjadi Cagar Budaya, dengan
demikian sebenarnya yang menjadi cagar budaya adalah sejumlah kearifan lokal.
Kearifan lokal tersebut dirumuskan dan dituangkan baik dalam bentuk overt civilization yang bersifat
kebendaan ataupun yang covert
civilization yang merupakan rumusan pemikiran, konsep, nilai dan lain-lain
yang harus diapresiasi secara khusus pula.
Walaupun
demikian tentu tidak semua pencapaian kebudayaan berhasil menjadi Cagar Budaya,
hal yang penting walaupun secara terbatas Cagar Budaya tersebut sebenarnya
adalah bentuk dokumentasi dari kearifan lokal. [Agus Aris Munandar – FIB UI]
Sumber:
- ______ , 2012, Photography Cagar Budaya Dalam Kearifan Lokal, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar