The Story of Indonesian Heritage

Kerkhof Peutjoet

Nama kerkhof berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti halaman gereja atau kuburan. Untuk kerkhof yang berada di Banda Aceh, dimaknai oleh masyarakat setempat sebagai kuburan orang-orang Belanda. Kuburan militer Belanda ini dikelola oleh Yayasan Peutjoet yang berpusat di Belanda.
Kerkhof Banda Aceh terletak di Jalan Iskandar Muda, Kelurahan Suka Ramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Provinsi Banda Aceh. Lokasi kuburan Belanda ini lebih dikenal dengan sebutan Blower, letaknya berdampingan dengan Museum Tsunami Aceh, yang depannya adalah Lapangan Blang Padang. Kuburan militer ini merupakan yang terluas di dunia setelah kerkhof yang ada di Belanda.


Pintu gerbang kerkhof yang menyerupai benteng ini, dibangun pada tahun 1893 M dan terbuat dari batu bata. Di atasnya, tertulis “Onze kameraden gevallen op het van eer” (Untuk sahabat kita yang gugur di medan perang). Teks yang tertulis tersebut menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Arab, Melayu, dan huruf Jawa.
Pada dinding terdapat deretan nama-nama pejuang yang dikubur di dalamnya beserta tahun meninggalnya. Semuanya berjumlah sekitar 2.200 nama dan didominasi oleh tentara Kerajaan Hindia Belanda. Di antara makam orang Belanda yang cukup terkenal adalah kuburan Luitenant Kolonel J.J. Roeps (1840), Generaal Majoor Johan Harmen Rudolf Köhler (1873), dan Luitenant Kolonel W.B.J.A. Scheepens (1913).
Köhler meninggal pada 14 April 1873 di halaman Masjid Baiturrahman karena ditembak oleh sniper Aceh. Jasadnya lalu dibawa ke Batavia untuk dimakamkan di Tanah Abang, yang sekarang dikenal dengan Taman Prasasti. Namun atas inisiatif Gubernur Aceh kala itu, Muzakir Walad, karena Köhler ini meninggalnya di Aceh maka pada tahun 1978 tulang belulangnya dikebumikan di Kherkof Banda Aceh atau yang biasa disebut dengan Kerkhof Peutjoet.


Dalam areal makam seluas 3,5 hektar ini juga terdapat Kuburan Putra Mahkota Sultan Iskandar Muda, yaitu Pangeran Pho-tu tjoet atau Meurah Pupok, yang menurut sejarah dihukum mati oleh ayahnya, Sultan Iskandar Muda. Meurah Pupok dihukum rajam oleh ayahnya sendiri karena berbuat zina. Meurah Pupok berbuat zina dengan isteri seorang perwira muda yang menjadi pelatih dari angkatan perang Aceh. Pada waktu perwira muda itu pulang dari tempat latihan di Blang Peurade, didapatinya Meurah Pupok sedang berduaan dengan isterinya. Meurah Pupok segera melarikan diri. Karena marahnya si perwira itu menghunuskan pedang pada isterinya. Kemudian perwira tersebut melapor kepada Sultan Iskandar Muda untuk dilakukan penyelidikan. Akhirnya, Meurah Pupok tertangkap dan dihukum rajam sampai mati oleh Sultan Iskandar Muda selaku ayahnya di depan umum.
Banyak hal menarik yang akan ditemui di kompleks makam Belanda ini, seperti kisah tentang prajurit semasa hidupnya dan pada saat dikubur. Semua itu diceritakan secara sekilas pada batu nisan sehingga seakan-akan makam ini bercerita kepada pengunjung tentang masa hidupnya yang dikubur di situ. Di setiap batu nisan juga dibuat tanda untuk menjelaskan yang dikuburkan tersebut tewas karena perang atau karena sakit. *** [061013]

Kepustakaan:
Sinopsis yang terpampang di Kerkhof Peutjoet, dan pengamatan langsung pada hari Minggu, 6 Oktober 2012
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami