Melintas
dari depan Stasiun Manggarai menuju ke Terminal Manggarai sambil menoleh ke
kanan sebelum melewati viaduct,
terlihat pintu air tua yang cukup unik. Pintu air tersebut dikenal dengan
sebutan Pintu Air Manggarai atau Manggarai
Water Gate.
Pintu
Air Manggarai terletak di Jalan Tambak, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng,
Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi pintu air ini berada di
sebelah barat laut dari Stasiun Manggarai.
Pintu
Air Manggarai terdiri dari dua bangunan pintu air, yaitu Pintu Air Ciliwung
Lama dan Pintu Air Banjir Kanal Barat (BKB) yang dibangun oleh Departement Waterstaat dari tahun 1920
sampai tahun 1922 dan berfungsi sebagai bangunan pengendali aliran Sungai
Ciliwung mengingat Jakarta sering terkena banjir pada waktu itu. Dalam
sejarahnya, banjir besar pertama yang melanda Jakarta saat direkam pada tahun
1621, dan diulang pada 1654, 1671, 1699, 1711, 1714, 1854, 1872, 1893, 1918,
1930, 1942, 1976, 1996, 2002, 2007 hingga sekarang.
Pintu Air Ciliwung Lama mengalirkan sebagian kecil aliran Sungai Ciliwung ke arah Sungai Ciliwung Lama dan Pintu Air Banjir Kanal Barat mengalirkan aliran lainnya yang lebih banyak ke arah Banjir Kanal Barat. Pada kondisi air banjir, Pintu Air Ciliwung Lama tidak dibuka maksimal karena untuk menjaga supaya aliran yang berlebihan melalui Sungai Ciliwung Lama tidak menimbulkan banjir khususnya daerah sekitar Pintu Air Ciliwung Lama, Istana Negara dan Masjid Istiqlal. Akibat tidak dibukanya Pintu Air Ciliwung Lama secara maksimal menyebabkan aliran menjadi terkonsentrasi melalui Pintu Air Banjir Kanal Barat yang daya alirnya terbatas sehingga menyebabkan terhambatnya aliran yang menyebabkan terjadinya pengempangan (back water) yang menyebabkan naiknya elevasi muka air banjir di sebelah hulu.
Setelah
terendam banjir besar pada awal 1918 yang melumpuhkan Batavia, membuat
pemerintah Hindia Belanda memikirkan dan mengupayakan rencana untuk mengatasi
banjir. Ditugaskanlah Herman van Breen, seorang insinyur hidrologi yang bekerja
pada Burgelijke Openbare Werken yang
merupakan cikal bakal dari Departemen Pekerjaan Umum, dan dikerjakan bertahap selama
dua tahun.
Konsep
van Breen dan rekan-rekannya sebenarnya cukup sederhana, hanya saja diperlukan
perhitungan yang teliti dan implementasi serta biaya yang tinggi. Intinya
adalah untuk mengontrol aliran air dari sungai hulu dan membatasi volume air
masuk kota. Oleh karena itu, saluran perlu dibangun di bagian selatan kota
untuk menampung limpahan air, dan kemudian mengalir ke laut melalui bagian
barat kota. Saluran penampungan yang dibangun sekarang dikenal sebagai Banjir Kanal yang memotong dari Pintu
Air Manggarai ke Muara Angke.
Dilihat
dari sisi historisnya, Pintu Air Manggarai merupakan pintu air yang telah
berusia tua sehingga bangunan ini sudah tergolong sebagai bangunan cagar budaya
(BCB). Kendati demikian, di kesenjaan umur dari bangunan ini, peran penting
sebagai pengendali banjir masih menunjukkan kekokohannya. *** [280514]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar