Kawasan
nol kilometer Yogyakarta merupakan kawasan yang berada di seputaran perempatan
benteng, mulai dari sebelah utara alun-alun sampai di Pasar Beringharjo.
Kawasan nol kilometer ini tergolong sebagai pusat kota Yogyakarta. Sebagai pusat
kota, kawasan nol kilometer menyimpan memori sejarah dengan deretan bangunan
kuno yang terdapat di kawasan tersebut. Salah satunya adalah gedung KONI DIY.
Gedung
KONI ini terletak di Jalan Trikora No. 4 Kampung Kauman RT. 38 RW. 11 Kelurahan
Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Lokasi gedung ini berada di sebelah selatan gedung BNI 46, atau
sebelah barat Kantor Pos Besar.
Dari
data Potensi Budaya di Kecamatan Gondomanan Yogyakarta, diketahui bahwa bangunan
gedung KONI ini didirikan pada tahun 1775 oleh masyarakat Tionghoa. Orang
Tionghoa di Yogyakarta sudah mulai menetap sejak kota Yogyakarta pertama kali
didirikan pada tahun 1755. Hal itu diikuti dengan adanya seorang kapten
Tionghoa untuk daerah Mataram pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I
bernama To In. Selain To In, ada sosok Tan Jin Sing yang menjadi kapten,
penerjemah, asisten, sekaligus teman baik dari Sultan Hamengku Buwono III. Ia
juga mempunyai peran penting dalam membantu Sultan Hamengku Buwono III menjadi
sultan. Nama Jawanya adalah Secodingrat dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung
(KRT), yang kemudian menjabat bupati dan tinggal di Ndalem Secodingratan
(sekarang menjadi Bank Indonesia).
Dari
sejarah orang Tionghoa di Yogyakarta, terlihat bahwa masyarakat Tionghoa
mempunyai hubungan yang erat dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Meskipun
banyak masyarakat Tionghoa saat itu lebih berorientasi ke Barat dan Tiongkok,
etnis Tionghoa di Yogyakarta tetap menghormati dan menghargai Sultan dan kraton
sebagai penguasa Yogyakarta. Hubungan yang baik antara masyarakat Tionghoa dan
Kesultanan Yogyakarta dapat terlihat dari bangunan klenteng yang berdiri di
atas tanah milik Kesultanan Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta memberikan suatu
wilayah untuk masyarakat Tionghoa bertempat tinggal dan membuka usaha serta
berkumpul. Salah satunya tempat berkumpul orang-orang Tionghoa adalah gedung
yang digunakan untuk kegiatan KONI ini.
Semula bangunan tersebut masih belum sebesar ini, namun seiring perjalanan waktu bangunan tersebut menjadi besar. Kemudian ketika orang-orang Tionghoa memiliki perkumpulan yang diberi nama Chung Hua Tsung Hui (CHTH) pada akhir 1945 atau setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut digunakan untuk pertunjukan kesenian sekaligus untuk koordinator kelompok atau klub kesenian Tionghoa hingga tahun 1965. Di gedung pertunjukan CHTH ini pernah berlangsung pergelaran dua lakon sekaligus. Yang satu lakon saduran Hendrik Ibsen di bawah sutradara Sunardi, dan satu lagi lakon saduran Arnold Strindberg di bawah sutradara Umar Kayam. Aktris dan aktor terkemuka dari kalangan mahasiswa ketika itu, antara lain Irawati (istri Masri Singarimbun) dan Heryani (istri Busono Wiwoho), WS Rendra dan Purbatin Hadi. Akan tetapi, sejak Umar Kayam melanjutkan studi ke Amerika Serikat untuk meraih gelar MA di New York University (1963) dan Ph.D di Cornel University, Ithaca (1965), seolah repetoar-repetoar pun turut meredup.
Pada
perkembangannya, nama gedung CHTH berganti nama menjadi BAPERKI (Badan
Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) pada tahun 1964. BAPERKI ini
bertugas untuk memuluskan integrasi orang Tionghoa kepada Republik Indonesia,
dan pada awalnya memang tidak terafiliasi PKI atau komunis atau kiri.
Akan
tetapi, seiring menguatnya hubungan PKI dengan Partai Komunis Tiongkok maka
pengaruh komunis di BAPERKI semakin kuat dan mencengkeram BAPERKI, dan hal ini
sesuai dengan ideologi BAPERKI yang menolak menghilangkan kebudayaan Tiongkok
dari warga negara Indonesia yang keturunan Tiongkok.
BAPERKI
yang pada waktu itu kegiatannya telah berafiliasi dengan PKI, mendirikan sebuah
universitan dengan nama Res Publika.
Ruang kuliahnya berada di bagian belakang gedung BAPERKI, yang kala itu masih
dipakai sebagai tempat latihan bulutangkis oleh perkumpulan Chung Hua Tsing Nien Hui atau sering
disebut dengan Tsing Nien Hui (TNH) saja. Suatu ketika terjadi perselisihan
antara pihak universitas dengan organisasi TNH yang membawahi olahraga
bulutangkis tersebut. Berlarut-larutnya perselisihan ini, akhirnya tidak bisa
diselesaikan secara kekeluargaan. Sehingga, TNH melaporkan masalah tersebut
kepada aparat yang berwenang, di mana pada waktu itu ditangani dan diselesaikan
oleh Corps Polisi Militer (CPM) di bawah komando Kolonel Mas Subagio. Akhirnya,
ruangan yang dipakai Universitas Res Publika dikembalikan kepada TNH untuk
dapat digunakan berlatih bulutangkis kembali, dan kemudian diperluas dengan
angkat besi, tenis meja, judo dan billiard.
Pada
waktu meletus peristiwa G30S/PKI, gedung BAPERKI ini sempat direbut dan dikuasai
oleh ormas komunis. Kemudian aparat militer merebutnya dengan melakukan kontak
sejata. Setelah berhasil dikuasai oleh aparat militer, gedung BAPERKI tersebut
tidak diperbolehkan digunakan untuk kegiatan apapun termasuk kegiatan olahraga.
Sejak saat itu, gedung BAPERKI dikuasai oleh TNI dari Batalyon 403 di bawah
komando Kapten Gideon.
Lalu,
gedung BAPERKI ini digunakan sebagai kantor Kesra Kodya Yogyakarta, dan sejak
tahun 1978 gedung ini digunakan sebagai gedung Komite Olahraga Nasional
Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau biasa disingkat menjadi
gedung KONI DIY.
Gedung
yang memiliki luas bangunan 1.000 m² di atas lahan 1.000 m²
ini memiliki denah segi empat dengan atap limasan. Pada bagian depan terdapat
berada dengan tiang besi, sedangkan di bagian belakang masih terdapat ruang
pertunjukkan untuk kesenian.
Terbersit
berita bahwa setelah gedung baru KONI yang berada di bagian timur GOR Amongrogo
nanti ditempati, rencananya gedung lama KONI DIY yang telah berusia ratusan
tahun lebih akan dialihfungsikan menjadi Museum Olahraga DIY. *** [061012]
Kepustakaan:
http://databudaya.net/index.php/databudaya/databudayaatribut/cabud/id/1937
https://groups.yahoo.com/neo/groups/umarkayam/conversations/messages/32
http://m.kompasiana.com/setiawan_78/lekra-gerwani-BAPERKI-pki_552fd1206ea83460418b4638
http://tnh-judo.blogspot.co.id/2008/12/profil-klub-tnh.html
http://www.kompasiana.com/inunknastiti/harmoni-kehidupan-cina-di-kota-gudeg_550e6c6d813311b82cbc6293
http://www.kompasiana.com/ismawatiretno/sepuluh-pusaka-heritage-di-yogyakarta-nol-kilometer_54ffaff1a33311894c510e3b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar