Penjajahan
Belanda membawa pengaruh pada aspek kehidupan masyarakat Indonesia, baik aspek
ekonomi, religi, seni dan filsafat, maupun arsitektur dan interior bangunan
yang berkembang pada saat itu. Masa kolonial Belanda telah memberi pengaruh
positif dalam perkembangan arsitektur kota. Jejak-jejak arsitektur kolonial
turut memberi warna khas wajah kota Yogyakarta. Karakteristiknya yang kuat
menjadikan arsitektur kolonial sebagai langgam yang mudah dikenal, seperti
misalnya gedung Kantor Pos Besar Yogyakarta.
Kantor
pos ini terletak di Jalan Panembahan Senopati No. 2 Kampung Yudonegaran RT. 09
RW. 01 Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi kantor pos ini berada di sebelah barat
Gedung Bank Indonesia dan di sebelah timur BNI 46, atau tepat berada di pojok
tenggara dari perempatan benteng.
Bangunan
kantor pos ini dibangun pada tahun 1912 dari hasil rancangan insinyur-insinyur
yang tergabung dalam Burgerlijke Openbare
Werken (BOW), sebuah Departemen Pekerjaan Umum semasa pemerintahan Hindia
Belanda. Bangunan megah yang berdiri di sudut pertemuan antara Jalan Panembahan
Senopati (dulu bernama Kampementstraat)
dan Jalan Trikora (dulu dikenal dengan Kadasterstraat)
ini, memiliki luas bangunan 1.121,45 m² di atas lahan seluas 6.400 m².
Bangunan ini dibangun sebagai fungsi kantor pos dari awal berdirinya hingga saat ini. Dulu namanya Post, Telegraaf en Telefoon Kantoor. Kondisi bangunan ini masih terawat dengan baik. Di atas bangunan ini terlihat atap dormer selurus vertikal pintu utamanya. Dormer adalah jendela yang diletakkan pada atap bangunan. Jendela ini merupakan bagian dari ruangan di bawah atap, dibuat menjorok keluar dalam posisi tegak lurus dan sering memiliki atap tersendiri.
Selain
dormer, bangunan ini juga memiliki
kekhasan pada bukaan yang berada di fasadnya. Bukaan di kantor pos ini ada dua
jenis, yaitu bukaan persegi panjang dan
bukaan setengah lingkaran. Namun di antara bukaan tersebut, yang dominan
menonjol pada fasad adalah bukaan setengah lingkaran, jumlahnya ada enam buah.
Tujuan bukaan pada kantor pos ini untuk memasukkan sinar matahari ke dalam
bangunan tersebut.
Bangunan
kantor pos ini menghadap ke arah utara, atau ke arah benteng Vredeburg. Denah
bangunan berbentuk tapal kuda ini menerapkan konsep arsitektur transisi. Perubahan
gaya arsitektur pada zaman transisi atau peralihan (antara tahun 1890 sampai
tahun 1915), dari gaya arsitektur Indische
Empire Style (abad 18 dan 19) menuju arsitektur Kolonial Modern (setelah
tahun 1915) sering terlupakan. Mungkin karena waktunya relatif singkat.
Karya
yang bisa digolongkan sebagai arsitektur transisi sekarang kebanyakan sudah
dibongkar. Tapi beruntunglah Kantor Pos Besar Yogyakarta yang masih berdiri
dengan kokoh. Kekokohan ini menjadi saksi akan perjalanan bangunan tersebut
yang telah beberapa kali berganti nama hingga menjadi PT. Pos Indonesia
(Persero) seperti sekarang ini. ***
[160915]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar