Pada
zaman Hindia Belanda, Jalan Balaikota hingga Jalan Pahlawan dikenal dengan Heerenstraat. Jalan tersebut digunakan
sebagai pemukiman, gedung pemerintahan, dan fasilitas umum bagi orang-orang
Belanda. Sehingga, pada saat menyusuri jalan tersebut masih banyak terdapat
sisa-sisa bangunan kolonial. Salah satunya adalah Gedung Pusat Penelitian
Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI).
Gedung
ini terletak di Jalan Pahlawan No. 25 Kelurahan Pekuncen, Kecamatan Bugul Kidu,
Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini berada di sebelah utara
SDN Pekuncen, atau di depan Pengadilan Negeri Pasuruan.
Gedung
P3GI ini merupakan salah satu gedung tertua dan terbesar di Kota Pasuruan.
Gedung ini memiliki nilai sejarah yang penting di mana gedung ini menjadi salah
satu pusat penelitian perkebunan gula yang ada di Indonesia.
Pusat
Penelitian Perkebunan Gula di Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 1885
dengan nama Het Proefstation Midden Java
yang didirikan di Semarang, Jawa Tengah. Tahun 1886 menyusul didirikannya Proefstation voor Suikerrient in West Java
yang bertempat di Kagok. Lalu, pada 9 Juli 1887 didirikan lagi Het Proefstation Oost Java di Pasuruan
atau lebih sering disebut secara singkat dengan POJ. Warga setempat lebih
banyak menyebut gedung tersebut dengan nama Prop.
Pada tahun 1893 Proefstation Midden Java ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda karena kurangnya penemuan yang bersifat menguntungkan dari instansi tersebut. Tujuh tahun kemudian, giliran Proefstation voor Suikerrient in West Java yang dipindahkan ke Pekalongan, kemudian ke Semarang.
Dari
kedua kejadian ini akhirnya memunculkan ide untuk menyatukan kedua instansi
antara Proefstation di Semarang dan
di Pasuruan. Kedua instansi tersebut secara fisik dan organisasi berhasil
disatukan pada 1 Januari 1907 menjadi Het
Proefstation voor de Java-Suikerindustrie, dan dipilih Pasuruan atau wilayah
Oosthoek karena lebih cocok untuk
membudidayakan perkebunan tebu.
Oosthoek adalah sebutan Belanda untuk
daerah ujung timur Jawa, yaitu bagian yang menyempit dari Jawa Timur, mulai
dari Pasuruan sampai Selat Bali, atau sering juga disebut “green gold”. Oosthoek/eastern slient/bang wetan/ujung timur meliputi Pasuruan, Probolinggo (Banger),
Situbondo (Panarukan), Besuki (Bondowoso dan Jember), Lumajang serta Banyuwangi
(Blambangan).
Het Proefstation voor de
Java-Suikerindustrie dibentuk untuk melakukan riset pasar gula di Eropa dan
merupakan pelopor International Society
of Sugarcane Technologist (ISSCT), Asosiasi Ahli Gula Dunia yang mengkhususkan
pada penelitian teknologi budidaya tebu dan industri gula. Het Proefstation voor de Java-Suikerindustrie sekarang berganti
nama menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yang
berkedudukan di Pasuruan.
Het Proefstation voor de Java-Suikerindustrie
menjelma menjadi kiblat industi gula tebu dunia dengan prestasi spektakulernya
yang diraih pada tahun 1921 melalui penemuai varietas POJ 2878 yang dapat
menyelamatkan industri gula tebu dunia dari serangan penyakit sereh yang hampir menyerang seluruh
perkebunan tebu di dunia. POJ 2878 juga dikenal sebagai “the wonder cane” atau tebu ajaib karena berkualitas tinggi yang
dapat dilihat dari besar dan tinggi batang yang mencapai empat meter dengan
tingkat produktivitas tanaman yang belum tertandingi hingga saat ini. Pada
tahun 1930, POJ kembali menghasilkan varietas unggul, yaitu POJ 3016 yang mampu
menghasilkan 18 ton gula per hektarnya.
Pada
1 Juni 1942 ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Proefstation ini dtempatkan di bawah yuridiksi Gunsei Kanbu (Administrasi Militer Jepang) dengan nama Togyo Shinkesho (Pusat Penelitian Gula).
Pada awal 1945 terdapat 3 orang pegawai Indonesia yang bertugas di Proefstation ini sebagai penasihat bagi
Pemerintah Jepang.
Bangunan
ini pernah mengalami kerusakan selama periode 1942-1948. Banyak buku dan
barang-barang inventaris yang hilang. Pada waktu terjadi Agresi Militer Belanda
II, gedung utama serta sebagian besar perpustakaan dan arsip mengalami
kebakaran. Dulu, di halaman depan gedung utama terdapat patung untuk mengenang
JD Kobus, seorang Direktur Laboratorium dari 1897 hingga 1910.
Setelah
perkebunan Belanda diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
Desember 1957, pusat penelitian ini dinamakan Balai Penyelidikan
Perusahaan-Perusahaan Gula (Experiment
Station for Sugar Estates). Selanjutnya pada tahun 1965 berganti nama
kembali menjadi Balai Penyelidikan Perusahan Perkebunan Gula (Indonesian Sugar Experiment Station),
dan akhirnya dinamakan sebagai Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula (Indonesian Sugar Research Institute)
sejak 1 Januari 1982. Lalu, berdasarkan keputusan dewan pengurus pada 11 Mei
1987, Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula menjadi Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) atau Indonesian
Sugar Research Institute).
Melihat
nilai kesejarahan yang dimiliki, gedung peninggalan kolonial ini berdasarkan
Surat Keputusan Walikota Pasuruan Nomor 188/496/423.031/2015 tentang Penetapan
Cagar Budaya Kota Pasuruan telah ditetapkan sebagai salah satu dari 20 cagar
budaya yang ada di Kota Pasuruan sesuai dengan Diktum Kesatu. *** [200915]
Kepustakaan:
http://eprints.uns.ac.id/BAB_I
http://hukum.pasuruankota.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar