Saya
pernah memboceng motor teman melintas di Jalan Kayun tapi belum pernah melihat
museum ini, karena pada saat dari Keputran mengarah ke Surabaya Plaza kebetulan
saya menikmati keindahan bunga-bunga yang dipajang oleh Toko Bunga yang berada
di timur jalan itu.
Kemudian
pada waktu naik motor sendiri melewati jalan ini lagi, baru tahu bahwa di Jalan
Kayun ini ternyata ada sebuah museum. Namanya Museum Kanker Indonesia. Museum
ini terletak di Jalan Kayun No. 16-18 Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan
Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi museum ini berada di
sebelah utara Gereja Kristen Abdiel Trinitas, atau di belakang Apartemen
Trilium.
Selama
ini, kanker dipandang sebagai penyakit yang berbahaya. Namun, kengeriannya tidak
tampak nyata di benak masyarakat. Padahal, menurut data World Health
Organization (WHO), tercatat bahwa satu dari empat penduduk dunia akan terkena
kanker.
Di
Indonesia, pembunuh nomor satu wanita ialah kanker payudara dan kanker leher
rahim (serviks). Pada umumnya orang-orang cenderung bicara kanker pada tataran
umum saja. Tapi, mereka tidak tahu kanker itu riilnya seperti apa.
Berawal
dari kondisi yang demikian, dr. Ananto Sidohutomo menggagas berdirinya sebuah
museum kanker untuk memberikan pemahaman akan bahaya kanker. Museum ini
diresmikan pada tanggal 31 Oktober 2013 dengan nama Museum Kanker Indonesia.
Museum ini menempati sebuah bangunan gedung Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW)
yang telah diresmikan oleh Gubernur Provinsi Jawa Timur R.P. Moh. Noer pada
tanggal 30 Mei 1974. Jadi, Museum Kanker Indonesia ini didirikan sebagai museum
edukasi yang tak hanya menampilkan sisi sejarah perjuangan manusia dalam
memberantas kanker tetapi juga memajang sejumlah koleksi jaringan bagian tubuh
manusia yang terkena kanker.
Di dalam museum ini, pengunjung akan diperlihatkan berbagai macam jenis kanker dalam bentuk jaringan kanker yang diawetkan di dalam toples berisi cairan formalin. Selain itu juga diperlihatkan berbagai foto dan gambar yang menunjukkan kanker yang menyerang organ tubuh.
Sebenarnya
jenis kanker ada ratusan. Namun, museum ini baru memiliki sekitar 30-an jenis
kanker yang bisa dilihat secara langsung. Meski koleksi di museum masih 30-an,
tapi pengumpulannya tidak mudah. Koleksi ini merupakan jerih payah dr Etty
Ananto, yang pengumpulannya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
menemukannya. Seperti kanker payudara, kanker indung telur, kanker leher rahim,
kanker paru-paru, dan lain-lain.
Di
belakang gedung utama, terdapat banner
yang berisi tentang sejarah kanker yang ada sejak 80 juta tahun lalu, yang
ditemukan pada fosil dinosaurus. Pengunjung akan melihat kisah cara-cara
pengobatan tradisional terhadap penyakit kanker sampai dengan cara yang modern.
Selain itu, di halaman belakang gedung ini terdapat pula sebuah kebun kecil
berisi puluhan tumbuhan yang dipercaya sebagai obat tradisional untuk
menyembuhkan penyakit kanker.
Di
dinding tembok yang berada tepat di belakang ruangan utama museum ini terdapat banner yang berisi upaya-upaya untuk
menangani penyakit kanker, yaitu upaya promotif, preventif, deteksi dini,
diagnosis, kuratif (pengobatan), rehabilitatif, dan paliatif.
Upaya
promotif adalah upaya yang dapat dilakukan paling awal. Pada upaya ini, seluruh
elemen masyarakat diberi pengetahuan dan pengertian yang tepat mengenai
penyakit kanker pada usia sedini mungkin. Tanpa upaya ini, masyarakat tidak
akan siap menghadapi kanker, bahkan tidak tahu mengenai adanya kanker.
Utamanya, ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kanker pada masyarakat,
seperti informasi, konsultasi, dan edukasi.
WHO menyatakan bahwa 43% kanker dapat dicegah. Kanker sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri dari faktor resiko terserang kanker. Terjadinya penyakit kanker terkait dengan beberapa faktor resiko, seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif, kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, perempuan yang tidak menyusui, dan perempuan melahirkan di atas usia 35 tahun.
Upaya
deteksi dini adalah berbagai jenis upaya dan pemeriksaan yang dapat dilakukan
di saat belum terdapat gejala penyakit. Tahapan upaya deteksi dini memerlukan
kesadaran masyarakat yang tinggi untuk memeriksakan dirinya, seperti pemeriksaan
pap smear, deteksi dini oleh masyarakat dan deteksi dini oleh tenaga medis.
Untuk
mengidentifikasi adanya tumor, baik yang jinak maupun ganas (kanker), terdapat
berbagai macam cara untuk mendiagnosis. Sampai saat ini, setiap jenis kanker
adalah unik sehingga membutuhkan jenis diagnosis yang berbeda pula. Upaya
diagnosis ini bisa melalui histopatologi, FNA-C, radiologi maupun tes kimia.
Upaya
kuratif adalah upaya penyembuhan atau pengobatan kanker yang berkembang dengan
cepat. Pada umunya, penyembuhan kanker secara menyeluruh dilakukan dengan
menggabungkan metode-metode yang ada untuk hasil yang lebih efektif. Metode
kuratif kanker yang dipakai, juga lama waktu dan detail pengerjaan berbeda-beda
pada setiap orang dan setiap jenis kanker. Upaya kuratif itu bisa meliputi
kemoterapi, operasi, radioterapi, imunoterapi, stem cell, komplementer dan
alternatif terapi.
Program
rehabilitasi pada penderita kanker membantu penderita untuk mengatasi efek
kondisi fisik, psikologis dan sosial yang diakibatkan karena diagnosis dan
terapi dari kanker. Serta dampak kanker lain seperti penggunaan pengganti
anggota tubuh (protesis) sebagai pengganti fungsi maupun yang menyebabkan
perubahan penampilan.
Sesuai
dengan kondisi fisik penderita, setiap program didesain secara khusus
berdasarkan kebutuhan penderita dan tingkatan terapi yang sedang dijalani
penderita. Suasana yang nyaman dan penuh harapan, dukungan dan pembelajaran,
telah disediakan untuk mengajari tiap penderita untuk mengenal dan mengatur
faktor-faktor resiko kanker yang dapat dikontrol oleh diri mereka sendiri.
Paliatif
adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada
keluarganya.
Upaya
paliatif meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan respite care. Sedangkan rawat rumah (home care) dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah
penderita, terutama yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat datang ke
rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter paliatif,
psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan memberikan solusi
medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spritual.
Keluar
dari museum ini, pengunjung bisa melewati kantin atau cafe yang disediakan oleh
YKW yang kemudian melewati jalan yang diapit oleh bangunan utama museum dengan
bangunan kesekretariatan bersama gedung Prof. dr. Asmino yang berada dalam satu
halaman. Kesekretariatan tersebut sebagai halte relawan atau rumah komunitas
dalam pelayanan pengobatan alternatif terpadu.
Mengunjungi
museum ini memang memberikan wawasan akan pengetahuan penyakit kanker, pelayanan
dan penanganannya, karena di gedung ini juga terdapat pusat konsultasi bagi
para pasien kanker yang diselenggarakan oleh YKW. Selain melihat koleksi museum
yang ada, pengunjung juga bisa menikmati keindahan arsitektur gedung yang
digunakan untuk museum. Karena gedungnya tergolong kuno. Mengingat daerah Kayun
merupakan daerah yang juga turut dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1930-an. *** [060216]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar