The Story of Indonesian Heritage

Om Telolet Om

Perjalanan mengantar anak ke Pantai Parangtritis, memberikan pemandangan yang tengah menggejala belakangan ini. Sekelompok anak mengangkat tulisan ‘Om Telolet Om’ kepada setiap pengemudi bus pariwisata yang melintas di jalan tersebut. Ada juga yang mengacungkan jempol tangan sambil berteriak “Om Telolet Om”.
Memang, belakangan ini jagat dunia maya memang lagi dihebohkan oleh fenomena ‘Om Telolet Om’. “Om” yang berarti paman dan “telolet” adalah bunyi klakson multimedia pada bus antarkota dan antarprovinsi di Pulau Jawa yang kini digandrungi anak-anak hingga orang dewasa. Om telolet om merupakan ungkapan untuk meminta agar pengemudi bus membunyikan klakson melodi itu.
Sekelompok anak yang hendak melakukan aksi unik tersebut biasanya berdiri di pinggir jalan dengan berbekal kamera ponsel untuk merekam bus-bus yang memiliki suara klakson yang khas. Hasil rekaman ini kemudian diupload ke media sosial, sehingga menimbulkan demam om telolet om. Media sosial dengan mudah memopulerkan perilaku anak-anak di terminal dan jalan-jalan pedesaan pelosok Tanah Air ke meja penguasa dan pesohor dunia.
Mengglobalnya om telolet om tak terlepas dari kreativitas meramu konten bunyi dalam format musik remix. Nada melodis tersebut lebur dalam genre populer. Kemudian, kian tersebar setelah dikicaukan dalam akun Twitter sejumlah disc jockey (DJ) dunia, seperti DJ Snake, Yellow Claw, Marshmello, Zedd, dan The Chainsmokers.


Bila ditelusuri, fenomena unik ini bermuara kepada sebuah benda yang bernama klakson. Klakson merupakan sebuah alat mirip terompet yang dibunyikan dengan listrik pada mobil atau kendaraan bermotor lainnya. Klakson ini biasanya digunakan sebagai tanda peringatan akan keberadaan kendaraan tersebut.
Klakson pertama kali dibuat pada 1908 oleh Miller Reese Hutchison, yang masih mempunyai hubungan saudara dengan Thomas Alfa Edison.  Ia lahir di Montrose, Alabama pada 6 Agustus 1876. Ayahnya adalah William Hutchison dan ibunya bernama Tracie Elizabeth Magruder. Ia pernah menimba ilmu di Marion Military Instiute (1889-1891), Spring Hill College (1891-1892), University of Mobile Military Institute (1892-1895) dan lulus dari Universitas Auburn (yang kemudian disebut Institut Poliktenik Alabama) pada 1897. Ketika masih bersekolah, Hutchison banyak melakukan penemuan-penemuan, seperti lightning arrester untuk jalur telegraf pada 1895, alat bantu pendengaran (hearing aid), versi awal dari lampu lalu lintas (speed alarm) dan klakson.
Penemuan klakson ini diawali oleh rasa prihatin Hutchison ketika terjadi peningkatan lalu lintas di New York. Versi awal speed alarm bagi kendaraan dirasa tidak bisa diharapkan lebih manakala terjadi kepadatan lalu lintas. Oleh sebab itu, muncul gagasan untuk menciptakan sebuah perangkat peringatan ala musik mirip suara lonceng atau terompet. Dia menyadari bahwa suara yang lebih ‘menjengkelkan’ akan berfungsi sebagai peringatan yang lebih baik.
Suara khas dari klakson ketika ditekan berasal dari sebuah elektromagnet yang digunakan untuk menggerakkan baja spiral. Jika elektromagnet tersebut diberi arus, spiral bergerak ke arah magnet. Ketika spiral berpindah di titik maksimum ke arah magnet, sambungan dilepaskan yang menyebabkan arus berhenti untuk beberapa saat dan menyebabkan baja spiral tersebut mengendur. Setelah itu, elektromagnet kembali bergerak kea rah besi. Siklus ini terjadi berulangkali dan menyebabkan baja spiral berosilasi kembali yang menghasilkan suara klakson tersebut.
Hutchinson menjual lisensi paten temuannya tersebut kepada Lovell-McConnel Manufacturing Company, sebuah perusahaan suku cadang asal New Jersey, Amerika Serikat, dan dipasarkan dengan merek Klakson (Klaxon horn). Nama merek tersebut berasal dari bahasa Yunani, klazo yang berarti jeritan  (shriek). Di sebagian besar negara dalam bahasa sehari-hari mereka menyebutnya car horn. Di Rumania dan Belgia, mereka menyebutnya claxon, lalu di Perancis mereka menyebut klakson dengan ejaan klaxon.
Kemudian pada 1911, perusahaan tersebut mengembangkan klason buatannya dengan memakai tenaga baterai yang dapat diisi ulang. Sejak saat itu, klakson buatan perusahaan tersebut dijadikan standar oleh beberapa pabrik lain yang memproduksi klakson sejenis.
Kembali kepada fenomena om telolit om, sebenarnya secara filosofinya berasal dari suara klakson yang semula diciptakan Miller Reese Hutchinson. Namun seiring perkembangan teknologi, suara klakson semakin banyak variasinya dan banyak yang mirip dengan nada dering lagu. Ketika sopir bus memencet tombol klakson, lepaslah suara klakson dengan ragam durasi yang dimiliki oleh bus tersebut. Semakin lama, terdengarlah telolet …telolet … telolet! Jadilah sesuatu peristiwa yang sifatnya sangat lokal di Indonesia itu mendunia. *** [201216]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami