Pagi
itu diiringi udara segar, kami berangkat dari Wonosalam Kreco menuju Kampus UGM
dengan menggunakan mobil sedan Hyundai. Karena masih jauh dari jam undangan
lokakarya How to Communicate Science?
Using Blood-Based Biomarkers in Health Research di Gedung Pasca Sarjana
Fakultas Kedokteran UGM, laju mobil yang saya sopiri berjalan dengan santai
sambil menikmati suasana jalan.
Sebetulnya
saya kurang menguasai jalan tersebut, tapi karena yang saya sopiri adalah
seorang post doctoral luar negeri
yang kebetulan S1 nya dari UGM maka perjalanan tersebut menjadi mudah. Maklum
tujuan dari lokasi yang ada di undangan merupakan wilayah semasa kuliahnya.
Sebelum memasuki Kampus UGM, saya diajak sarapan di sebuah warung makan Jogja Tempo Doeloe yang bernama SGPC Bu
Wiryo. Warung tersebut terletak di Jalan Agro CT VIII A-10 Klebengan, Kelurahan
Depok, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi warung ini tepat berada di seberang Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Sambil pesan makanan, saya pun berusaha menanyakan mengenai perjalanan warung ini. Warung ini dirintis oleh Bu Wiryo dengan berjualan nasi di halaman Fakultas Teknologi Pertanian UGM pada tahun 1959. Menu yang digandrungi para mahasiswa kala itu adalah nasi pecel, atau yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan sego pecel. Dari kata sego pecel inilah kemudian disingkat menjadi SGPC. Menu lainnya yang tersaji di warung ini selain nasi pecel adalah sop dengan lauk tahu, tempe, dan telur ceplok. Ada kesan beda dengan pecel-pecel lainnya. Umumnya bumbu pecel hanya disajikan dengan rasa pedas. Namun kita akan merasakan perpaduan antara pedas dan manis pada bumbu kacang di SGPC Bu Wiryo ini. Sayur sop SGPC lebih khas dengan tambahan berupa soun.
Kemudian
pada tahun 1994, warung Bu Wiryo pun pindah di tempat yang sekarang. Lokasinya
yang relative permanen ini, akhirnya berkembang terus. Tak hanya para mahasiswa
tapi khalayak pun juga mulai menyantap menu makanan yang ada di warung
tersebut. Mulai buka dari jam 06.00 sampai pukul 21.30, pengunjung akan dihibur
oleh Pecel 59 SGPC Accoustic Band Plus.
Menu
disediakan sesuai selera. Beberapa diantaranya, seperti SDSB (sop daging sayur
bayem), sop tanpa kawat (sop tanpa
soun), sop bubrah (sop yang diberi
bumbu kacang pecel), sop tanpa truk
(sop tanpa kol atau kubis), sop pegatan
(sop dan nasi dipisah), pecel kramas
(pecel diberi kuah sop), pecel pancasila
(pecel dengan telur puyuh 5 butir), pecel
diuwel-uwel (pecel dibungkus), dan yang agak baru SBY (sop bayem). Selain itu,
pengunjung juga bisa mencicipi soto maupun garangasem.
Untuk
minuman, julukan semacam itu juga berlaku. Sebut saja teh mrengut (teh kental), tirto
seto (air putih), teh kemul (teh
hangat), dan sengkuni (teh dicampur
jeruk). *** [231116]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar