Stasiun Kereta Api Semarang Tawang (SMT) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Tawang, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang yang berada pada ketinggian + 2 m di atas permukaan lain. Stasiun Tawang terletak di Jalan Taman Tawang No. 1 Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah utara Hotel Pelangi Indah ± 290 m.
Stasiun ini merupakan stasiun ketiga yang dibangun di Hindia Belanda. Proyeknya dikerjakan oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yang bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) atau Dutch East-Indies Railway Company. Sebelum Stasiun Tawang didirikan, terlebih dulu NISM membangun Stasiun Samarang NIS yang letaknya berada di Jalan Ronggowarsito, Gang Spoorlaan RT. 02 RW. 03 Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur. Stasiun Samarang ini mulai dibangun pada 17 Juni 1864, dan beroperasi pada 10 Agustus 1867. Sehingga, stasiun ini merupakan stasiun pertama (tertua) yang dibangun di Hindia Belanda.
Stasiun Samarang NIS merupakan stasiun ujung (kopstation) bertipe terminus. Artinya, stasiun ini menjadi tempat perjalanan awal maupun akhir dari perjalanan sebuah kereta api meski jalurnya masih ada yang menuju ke barat laut yaitu ke pelabuhan (prauwen haven) saat itu. Sebagai stasiun terminus, Stasiun Samarang NIS memiliki jalur rel yang banyak pada waktu itu, dan membentuk kawasan menyerupai huruf U yang membentang dari barat ke timur. Kawasan tersebut terbagi menjadi dua bagian. Sebelah utara digunakan untuk stasiun penumpang, dan di sebelah selatan menjadi gudang yang besar untuk mengangkut hasil bumi dari Semarang dan sekitarnya. Atau kalau dilihat dalam peta sekarang, pembatasnya adalah Jalan Depo Indah di mana sebelah utara jalan itu hingga Jalan Arteri Yos Sudarso difungsikan sebagai stasiun penumpang. Sedangkan, di sebelah selatan Jalan Depo Indah merupakan gudang yang besar yang jaraknya ± 300 meter dari stasiun penumpang.
Karena persoalan banjir atau rob yang acapkali melanda areal Stasiun Samarang NIS, pihak manajemen NIS akhirnya merencanakan untuk memindahkan stasiun penumpangnya beserta kantor NIS yang awalnya berada di kawasan itu juga ke sebelah selatan untuk menghindari kepungan air rob. Pada saat perencaan itu juga sekalian dipikirkan untuk memisahkan antara kantor NIS dan stasiun penumpang. Kantor NIS dipindahkan ke Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, yang dulu masih merupakan daerah pinggiran dari Semarang. Lalu, stasiun penumpangnya dipindahkan ke Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari Stasiun Samarang NIS.
Setelah perencanaan disetujui, mulailah manajemen NIS mendirikan kantor NIS yang sekarang dikenal dengan Lawang Sewu. Kemudian menyusul realisasi pembangunan stasiun penumpang di Kampung Tawangsari. Rancangan stasiunnya dipercayakan kepada seorang insinyur sipil (civiel-ingenieur) Belanda, yaitu Ir. Louis Cornelis Lambertus Willem Sloth Blaauboer (1885-1935). Peletakan batu pertama dimulai pada 29 April 1911, dan diresmikan pada 1 Juni 1914. Sesuai letaknya, stasiun tersebut dinamakan Stasiun Semarang Tawang NIS (Station Tawang te Semarang).
Usai Stasiun Tawang berdiri, sebagian bangunan dari stasiun Semarang lama (baca: Stasiun Samarang NIS) dirobohkan untuk memasang rel menuju ke Stasiun Tawang. Sedangkan, gudang barang besar masih memperlihatkan aktivitasnya dalam bongkar muat barang komoditas sehingga kemudian dikenal sebagai Stasiun Semarang Gudang. Tapi sekarang stasiun inipun juga sudah tidak berfungsi lagi.
Dilihat dari fasadnya, bangunan Stasiun Tawang ini bergaya Indis yang muncul karena adanya perpaduan antara budaya Eropa dengan budaya setempat. Bangunan utama stasiun seluas 5.300 m² yang berdiri di atas lahan seluas 27.310 m² ini memiliki bentuk memanjang yang di tengah-tengahnya terdapat kubah. Tipologi bangunan stasiun dibawa oleh Belanda karena di Hindia Belanda sebelumnya tidak mengenal stasiun, akan tetapi tetap ada beberapa penyesuaian bentuk massa terhadap iklim tropis. Pada Stasiun Tawang bentuk dasar massa bangunan geometris kubus dan balok. Penataan massa bangunan menunjukkan hirarki yang jelas. Bagian lobi utama yang berada di tengah dan memiliki hirarki tertinggi untuk merepresentasikan Stasiun Tawang.
Stasiun Tawang ini tergolong sebagai stasiun kelas besar tipe A, yang memiliki 6 jalur aktif dan 2 jalur buntu. Jalur 1, 2 dan 6 digunakan sebagai persilangan atau persusulan kereta api. Jalur 3 digunakan untuk menaikkan maupun menurunkan penumpang, sedangkan jalur 4 dan 5 digunakan untuk sepur lurus. Adapun jalur 7 dan 8 merupakan jalur buntu, yang biasanya digunakan mencuci dan parkir gerbong kereta.
Sebagai stasiun besar, stasiun ini banyak dilewati dan disinggahi oleh sejumlah kereta, baik kelas ekonomi AC, bisnis dan eksekutif serta komuter. *** [120418]
Fotografer: Aris Andrianto Yunus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar