The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Sukabumi

Stasiun Kereta Api Sukabumi (SI) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Sukabumi, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta yang berada pada ketinggian +584 m di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kelas 2 yang ada di Kabupaten Sukabumi. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun Barat No. 2 Kelurahan Gunungparang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi stasiun ini berada di sebelah barat daya Pasar Pelita Sukabumi ± 170 m.
Bangunan Stasiun Sukabumi ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Bogor-Cicurug-Sukabumi sepanjang 58 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai pada tahun 1881, dan selesai pada tahun 1882.

Fasad Stasiun Sukabumi (Foto: Gigih)

Pembangunan jalur Bogor-Cicurug-Sukabumi dilakukan secara bertahap, meneruskan jalur yang sudah ada yaitu dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Tahap awal pembangunan jalur ini menghubungkan Bogor dengan Cicurug, tahap pembangunan selanjutnya menghubungkan Cicurug dengan Sukabumi.
Pembangunan tahap awal yang menghubungkan Bogor-Cicurug dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1881 meliputi pemasangan rel kereta api dan pembangunan stasiun yang berada di antara jalur Bogor-Cicurug. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan tahap berikutnya yaitu Cicurug-Sukabumi pada tanggal 21 Maret 1882. Tahap kedua ini meliputi pemasangan rel kereta api dan pembangunan stasiun yang berada di antara jalur Cicurug-Sukabumi, termasuk Stasiun Sukabumi.

Fasad Stasiun Sukabumi (Foto: Gigih)

Proyek jalur kereta api Bogor-Cicurug-Sukabumi ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api bagian barat pertama (Westerlijnen-1), dan merupakan merupakan jalur kereta api dengan medan berupa lembah maupun pegunungan (berglijn) dengan kemiringan bisa mencapai maksimum 25ᵒ/₀₀.
Kondisi geografis yang demikian ini memberikan keuntungan untuk afdeeling Sukabumi. Dibangunnya transportasi kereta api di Sukabumi terutama untuk mendukung perkembangan perkebunan-perkebunan yang ada di daerah Sukabumi, terutama sebagai alat angkut hasil produksi. Dalam perkembangannya alat transportasi ini telah mendorong heterogenitas penduduk yang akan masuk dan keluar wilayah semakin mudah.
Di sisi lain, kondisi geografis yang demikian juga acapkali menyebabkan jalur tersebut terkadang sepi lantaran terjadi longsor. Bila terjadi longsor, Stasiun Sukabumi ini praktis akan sepi karena tidak ada kereta yang bisa lewat.

Emplasemen Stasiun Sukabumi (Foto: Gigih)

Kendati sebagai stasiun kelas 2, namun fisik bangunan Stasiun Sukabumi ini bisa dibilang tergolong besar. Hal ini disebabkan karena Sukabumi pada waktu dikenal menghasilkan komoditas unggulan dalam perkebunan yang ketika itu dibutuhkan di Eropa, seperti the dan kopi. Di lihat dari fasadnya, bangunan stasiun ini bernuansa Eropa. Arsitektur bangunan utama menampilkan ciri khas dari gaya arsitektur Indische Empire dengan bentuk masa bangunan yang simetris dengan pintu masuk dan lobi utama bergaya Neo-Klasik. Indische Empire adalah gaya arsitektur era kolonial Belanda di Indonesia yang berkembang sekitar abad 18 dan 19. Gaya ini terlahir dari gaya hidup orang Eropa di Indonesia pada waktu itu.
Stasiun Sukabumi sempat memiliki 5 jalur, tetapi kini hanya menyisakan 3 jalur yang masih aktif. Jalur 1 digunakan untuk kereta api Pangrango, jalur 2 sebagai sepur lurus yang menurju ke arah barat (Stasiun Cisaat) maupun ke arah timur (Halte Ranji), dan terkadang jalur 2 ini juga digunakan untuk kereta api Siliwangi. Sedangkan jalur 3 merupakan sepur simpan. Tak hanya sebagai stasiun besar, pada masa Hindia Belanda, di stasiun ini terdapat depo lokomotif dan turn table (meja putar). Sayangnya depo tersebut sudah dibongkar dan hanya menyisakan turn table saja. Namun, turn table tersebut kini tak lagi digunakan, karena PT KAI telah mengoperasikan lokomotif CC206 yang dilengkapi dua kabin sehingga tak perlu lagi diputar. *** [290120]

Kepustakaan:
Lamiyati, Lasmiyati. (2017). Transportasi Kereta Api di Jawa barat Abad ke-19 (Bogor-Sukabumi-Bandung). Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya. 9. 197.10.30959/patanjala.v9i2.21.
Mulyana, Agus. (2017). Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V.
http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami