The Story of Indonesian Heritage

Kebun Bangelan Malang

Bermula dari anjang sana ke Ponkesdes Bangelan dalam rangka Pilot Test DCE for Kader, saya berkesempatan mengunjungi Kebun Bangelan yang berjarak 2,5 kilometer dari Balai Desa Bangelan, pada Selasa (21/01/2020). Kebun ini terletak di Dusun Sidomulyo, Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi kebun ini berada di lereng selatan Gunung Kawi.
Kebun Bangelan adalah salah satu kebun andalan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dalam meningkatkan produksi kopi, di mana komoditas tersebut menjadi salah satu primadona dari Malang. PTPN XII sendiri merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Salah satu hasil perkebunan yang dihasilkan adalah kopi.

Foto: Gapura Kebun Bangelan

Kebun Bangelan ini merupakan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernement van Nederlandsch Indië). Dulu namanya masih menggunakan bahasa Belanda, yaitu Onderneming Bangelan, yang menghasilkan kopi dan biji kopi (koffie en koffiezaad). Pieter Johannes Samual Cramer dalam bukunya, A Review of Literature of Coffee Research di Indonesia (1957), mengatakan bahwa Kebun Bangelan didirikan pada 1901 sebagai kebun untuk percobaan pembudidayaan tanaman kopi robusta (Coffea canephora) di Hindia Belanda. Pengusahaan kopi robusta awalnya untuk mengatasi kerusakan tanaman kopi arabika (Coffea arabica) akibat serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix).
Sebagai institusi perkebunan tertua di Jawa Timur, pekerjaan pengembangbiakan kopi robusta telah melewati semua tahap perkembangan. Mulai dari metode kasar yang berlaku ketika itu hingga teknik perfusi (Ferwerda, 1948: 258). Dulu cikal bakal dari kopi robusta yang dibudidayakan di Kebun Bangelan ini didatangkan dari L’Horticole Coloniale milik Belgia tapi kebunnya ada di Afrika. Pengenalan spesies kopi baru (baca: kopi robusta) dilakukan sebagian besar pada periode 1905-1909 dan 1914-1919.

Foto: Pabrik di tengah Kebun Bangelan (Fabriek op de Koffieplantage Bangelan)

Ketika tanaman yang baru diperkenalkan mulai berbuah di berbagai tempat di mana mereka tanam, mereka terbukti menghasilkan lebih awal dengan kualitas yang baik. Dalam beberapa tahun robusta direkomendasikan oleh para peneliti maupun penanamnya, di antaranya H.H.T van Lennep mengambil posisi terdepan dengan paparan mengenai kopi robusta pada Konferensi Kopi di Surabaya. Akhirnya banyak pengusaha kopi mulai menanam kopi jenis robusta ini, dan perkebunan-perkebunan baru dibuka untuk penanaman.
Segera masa depan kopi di Jawa kembali cerah dan sekaligus menjanjikan lagi. Tak lama kemudian Cramer, yang memberikan kuliah di Belanda, berkesempatan mengumumkan kebangkitan perlindungan kopi. Peningkatan pesat produksi kopi robusta oleh perkebunan di Jawa sekitar 650 ton pada tahun 1909, 25.000 ton pada tahun 1915, 44.500 ton pada tahun 1916, menunjukkan bahwa ia tidak melebih-lebihkan. Sejak itu, sebagian besar tanaman kopi di Hindia Belanda didominasi oleh kopi jenis robusta itu.

Foto: Cerobong pabrik pengolahan kopi

Pada waktu terjadi invasi Jepang di Jawa, Kebun Bangelan ini sempat ditinggalkan oleh pengelola perkebunan. Namun ketika Belanda melakukan agresi di Indonesia, Kebun Bangelan menunjukkan aktivitas perkebunan yang bergairah lagi.
Setelah terjadi nasionalisasi terhadap perkebunan-perkebunan Belanda, dilakukan penggabungan dan berganti-ganti pengelola. Pada tahun 1961 Kebun Bangelan pernah dilebur ke dalam Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Jawa Timur VI, atau yang dikenal dengan PPN Jatim VI. Sejak tahun 1996 hingga sekarang dikelola PTPN XII yang berpusat di Surabaya, dan sekarang Kebun Bangelan menyandang nama resmi menjadi PTPN XII Kebun Bangelan.
Total areal lahan yang dimiliki seluas 883,200 hektar, di antaranya yang dimanfaatkan untuk tanaman kopi seluas 636,59 hektar. Sisanya meliputi areal kayuan seluas 31,4 hektar,  dan areal untuk pabrik atau emplasemen seluas 6,97 hektar.
Data di Kebun Bangelan menunjukkan tanaman kopi mendominasi lahan yang ada di kebun tersebut dari total tanaman perkebunan, yang terdiri dari tanaman yang menghasilkan, pembibitan 5,3 hektar, tanaman tahun akan datang (TTAD) 107, 73 hektar. Tidak diragukan, Kebun Bangelan merupakan salah satu kebun penghasil kopi robusta andalan PTPN XII.

Foto: Pabrik pengolah kopi dilihat dari arah selatan

Panen kopi di Kebun Bangelan umumnya terjadi selama empat bulan dalam satu tahunnya, yaitu Juni, Juli, Agustus dan September. Pada saat puncak panen, yakni Agustus, setiap hektar mampu menghasilkan antara 700 hingga 900 kilogram biji kopi kering. Sedangkan pada Juni, Juli dan September, tiap hektar hanya menghasilkan 400 kilogram kopi biji kering. Selain empat bulan itu, kopi tidak berbuah.
Kopi robusta dari Kebun Bangelan yang dikenal di mancanegara ini dikenal dengan sebutan Java Coffee (kopi dari Jawa). Di dekat pintu masuk Kebun Bangelan yang berada di Jembatan Seng, atau tepatnya di depan Café Bangelan, terdapat papan vertikal yang berisi Customers Java Coffee Bangelan. Papan itu menunjukkan para importir kopi produk Kebun Bangelan baik dari luar negeri maupun dalam negeri, di antaranya Beville & Co. Pte.Ltd (Singapura), Ithmitsu Japan (Jepang), Olam Singapore (Singapura), Olam Japan Co. Ltd. (Jepang), Sicaf Srl (Italia), Ecom (Jepang), PT Bintang Jaya Makmur (Indonesia), dan PT Gemilang JMA (Indonesia).

Foto: Wisma Nusantara

Selain kebun kopi, perkebunan (estate) ini memiliki pabrik pengolahan kopi, kompleks perumahan untuk para pekerjanya, tempat ibadah, dan sekolah untuk anak-anak para pekerjanya. PTPN XII juga memberikan bantuan program peningkatan kapasitas bagi petani kopi kecil di sekitarnya.
Kebun Bangelan saat ini juga dikembangkan menjadi Agrowisata Education, yang nantinya diharapkan bisa sebagai media pendidikan dan pembelajaran masyarakat tentang kopi, yang diawali dari pembibitan, panen hingga pengolahan menjadi kopi siap konsumsi. Di kebun ini terdapat “Collection Orchard” (kebun koleksi) yang menampilkan 154 pohon kopi yang berbeda dari seluruh dunia. Di sebelah kebun, ada restoran yang menyajikan masakan khas Indonesia. Ada juga beberapa kamar sederhana yang dapat disewa pengunjung, sehingga mereka dapat tinggal selama beberapa hari untuk menikmati udara segar.
Khusus bagi pengunjung yang mempunyai kecintaan terhadap cagar budaya (heritage lover), Kebun Bangelan memberikan wawasan tersendiri. Di kebun itu, pengunjung bisa menyaksikan sejumlah peninggalan lawas. Ada bangunan pabrik pengolahan kopi dan Wisma Nusantara peninggalan Belanda. Di dalam bangunan pabrik itu juga terlihat masih banyak perkakas peninggalan Belanda yang masih digunakan sampai sekarang, seperti pengering kopi Guardiola. Ada pula bangunan Masjid Baitul Akbar, yang peresmiannya dilakukan pada 2 Februari 1967.
Berwisata ke Kebun Bangelan yuk! Lihat kebun kopinya, hirup udara segarnya, dan jangan lupa catat heritagenya. *** [210120]

Kepustakaan:
Cramer, P.J.S. (Pieter Johannes Samuel) & Wellman, Frederick L. (Frederick Lovejoy), 1897-(1957). A review of literature of coffee research in Indonesia. SIC Editorial, Inter-American Institute of Agricultural Sciences, Turrialba, Costa Rica
Ferwerda, F.P. (1948). Coffee Breeding in Java. Economic Botany, 2(3), 258-272. Retrieved January 24, 2020, from www.jstor.org/stable/4251903
_____ . (1937). Brinkman’s Cultuur-Adresboek voor Nederlandsch-Indië: 1937. Bandoeng: Brinkman’s Advertentie-Bureau
https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9NYWphbGFoL0luZG8lMjBJbnZpdGVzL0luZG9pbnZpdGVzJTIwSS5wZGY


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami