The Story of Indonesian Heritage

Bekas Pabrik Kopi Tretes Panggung

Selepas silaturahmi dengan bidan Ponkesdes Jogomulyan yang berada di lingkungan Balai Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, kami berkesempatan menelusuri bekas pabrik peninggalan Belanda yang berada di Dusun Tretes RT 21 RW 05 Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasinya berada di tepi sungai Baturetno yang menjadi penanda perbatasan dengan Desa Baturetno, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Atas bantuan bidan Atik Mujirahayu, kami dihubungkan dengan Kamituwo Sugiyanto. Kamituwo merupakan gelar atau jabatan bagi seorang kepala dukuh atau kampung pada sistem pemerintahan tingkat desa, terutama di daerah yang masih berlaku sistem tingkatan jabatan dalam tradisi Jawa. Kamituwo mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana pembantu Kepala Desa di dusun. Secara nasional, jabatan Kamituwo disebut dengan Kepala Dususn atau Kadus.


Kamituwo Sugiyanto berkenan mengantar kami menuju ke lokasi bekas pabrik kopi Tretes Panggung yang memang berada di wilayah pedukuhannya. Di sana, masih dijumpai reruntuhan pabrik kopi zaman Belanda. Kata Sugiyanto, lahan bekas pabrik kopi tersebut seluas 3 hektar. Di selatan mushola Al Huda, tampak sisa reruntuhan bangunan setinggi lebih kurang setengah meter. Fondasi struktur bangunan lama masih terlihat jelas. Ada pula struktur tangga menuju ruangan. Tak jauh dari situ, juga terlihat saluran air peninggalan Belanda yang tembus hingga sungai. Saluran air tersebut dulunya digunakan untuk menggerakan turbin pabrik dengan mengubahnya menjadi energi listrik terlebih dahulu.
Menurut Sugiyanto, dulu di selatan mushola Al Huda ini merupakan lahan tempat bangunan untuk perkantoran yang mengurusi pabrik, sedangkan yang berada di utara mushola Al Huda merupakan lahan pabrik kopinya. Sebelum ambruk, cerobong pembakaran pabrik setinggi 30 meter itu berada di lahan sebelah utara mushola Al Huda yang kini ditumbuhi pohon sengon.


Berdasarkan sejarah yang ada, pabrik kopi ini dulunya merupakan bagian dari Onderneming yang bernama Tretes Panggung. Onderneming adalah perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan peralatan yang sudah maju, dan sekaligus juga untuk budi daya tanaman. Onderneming Tretes Panggung bergerak dalam perkebunan karet dan kopi (Brinkman’s Cultuur-Adresboek voor Nederlandsch-Indië, 1937: 349).
Kebun Tretes Panggung ini dimiliki oleh N.V. Cultuurmaatschappij Ngredjo Amsterdam (Estate Company Ngredjo). Perusahaan ini didirikan pada 1887 di Amsterdam, Belanda. Tujuannya adalah mengembangkan lahan kopi Sukerejo dan Tretes Panggung di Malang (Jaquet et. al., 1983: 99).


Sedangkan, perusahaan perkebunan (Cultuurmaatschappij) Ngredjo itu sendiri merupakan anak perusahaan dari Firma Waller & Plate. Pada akhir abad ke-19, Firma Waller & Plate merupakan salah satu pemain terpenting dalam perkebunan di Hindia Belanda (Pradadimara, 2018: 22). Perusahaan itu membawahi 12 perusahaan yang berbeda, di antaranya adalah N.V. Cultuurmaatschappij Ngredjo, atau biasa disebut dengan Ngredjo Cultuur.
Dilihat dari foto-foto lawas yang diunggah oleh Tropenmuseum dalam collection online, terlihat pamandangan bangunan prabrik kopi dari atas bukit yang berada di sebelah timurnya dengan kelokan sungai yang berada di sebelah baratnya. Bila belum memasuki musim panen, pekerja  dari kalangan pribumi banyak berkutat di lahan kopi. Mereka umumnya membawa pisau pemotong untuk menyiangi, dan ada pula yang melakukan pembibitan untuk mengganti tanaman kopi yang rusak. Sedangkan, pekerja yang berkebangsaan Belanda akan berkeliling melakukan inspeksi di kebun kopi dengan menunggang kuda. Tanaman kopi yang ada di Kebun Tretes Panggung umumnya ditanam dalam pola geometris.


Bila memasuki musim panen, aktivitas akan terlihat sibuk. Di kebun terjadi proses pemanenan kopi, sedangkan di pabrik kopi terlihat aktivitas para pekerja menyortir biji kopi, umumnya dilakukan oleh pekerja perempuan. Setiap akhir pekan, biasanya para pekerja akan menunggu gaji mereka di kantor pabrik kopi.
Pada waktu invasi Jepang ke Malang, aktivitas pabrik kopi ini sempat terhenti lantaran orang-orang Belanda yang bekerja di perkebunan tersebut banyak yang menjadi internir, kalau mereka tidak sempat melarikan diri.
Pada saat Agresi Militer Belanda yang kedua (1948) Tretes Panggung dibumihanguskan oleh pasukan Belanda. Dalam bumi hangus itu, pabrik kopi Tretes Panggung tak luput dari malapetaka kehancuran. Usai bumi hangus, mereka meninggalkan Tretes Panggung.
Kini, yang tersisa adalah reruntuhan pabrik kopinya saja yang sudah banyak ditutupi semak-semak. Namun demikian, masyarakat di sana juga akan mengenang orang-orang Belanda tersebut karena mereka dulu telah mengajak petani membuat perkebunan kopi yang akhirnya sampai sekarang menjadi penghasilan tetap warga desa yang membudidayakan kopi tersebut. *** [150120]

Kepustakaan:
Jaquet, F. G. P. & Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands). & Rijksarchiefdienst. (1983).  Sources of the history of Asia and Oceania in the Netherlands.  Munchen ; London :  Saur
Pradadimara, Dias. (2018). Coffee Economy in Late Colonial Netherlands East Indies: Estates and Capital, 1890-1940. Lembaran Sejarah. 13. 5. 10.22146/lembaran-sejarah.33509
_____ . (1937). Brinkman’s Cultuur-Adresboek voor Nederlandsch-Indië: 1937. Bandoeng: Brinkman’s Advertentie-Bureau
http://collectie.wereldculturen.nl/default.aspx?lang=en#/query/c67e7a4c-7478-403a-ad81-29ce38a38556
Share:

2 komentar:

  1. Keren literasi nya pak... Sayang peninggalan nya ga terawat😔

    BalasHapus
  2. Iya ... Bu Reny. Kondisinya hancur. Tapi kebun kopinya masih bisa dilihat di Desa Baturetno, Dampit

    BalasHapus

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami