The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Cepu Kota

Stasiun Kereta Api Cepu Kota (CEK) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Cepu Kota, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 6 Semarang yang berada pada ketinggian + 28 m di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kereta api non aktif kelas I. Stasiun Cepu Kota terletak di Jalan Ngareng No. 9 Kampung Sidomulyo, Kelurahan Cepu, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Hotel Top Star ± 50 m.

Bangunan Stasiun Cepu Kota ini merupakan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pengerjaannya bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Cepu-Blora-Rembang sejauh 72 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), salah satu perusahaan kereta api swasta di Hindia Belanda.


Emplasemen Stasiun Cepu Kota tampak dari Jalan Ngareng (Foto: Jarwadi)


SJS merupakan perusahaan trem yang didirikan pada 18 Maret 1881 oleh J.F. Dijkman, W. Walker dan G.H. Baron Clifford dan mulai beroperasi pada 28 September 1881. Perusahaan ini bertujuan untuk menghubungkan Semarang dengan Kudus dan Pati melalui jalur kereta api, sebagaimana ditetapkan dalam izin konsesi Pemerintah Hindia Belanda tanggal 1 Desember 1879.

Jalur SJS tersebar melewati beberapa daerah di pesisir utara dan tengah. Daerah yang dilalui antara lain Demak, Juana, Kudus, Purwodadi, Blora, Mayong, Wirosari, Lasem, Rembang hingga Cepu.

Pembangunan jalur Cepu-Blora-Rembang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, dikerjakan jalur Cepu-Blora sepanjang 33,4 kilometer, dan tahap kedua diteruskan pembangunan jalur Blora-Rembang sepanjang 36,8 kilometer.


Struktur Atap Kanopi Stasiun Cepu Kota (Foto: Jarwadi)

Bangunan Stasiun Cepu Kota, atau yang biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Stasiun Lama Kota Cepu ini diresmikan pada 1 November 1901 bersamaan peresmian pembukaan jalur Cepu-Blora tersebut. Pada waktu diresmikan, nama stasiun itu adalah Stasiun Cepu SJS (opening van het station van de Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij te Tjepoe bij Blora).

Pembangunan jalur rel Cepu-Blora-Rembang ini dulu memakan biaya yang tidak sedikit. Tekstur tanah yang berbukit dengan dikelilingi rimba jati memiliki kemiringan yang cukup kuat dengan beberapa tanjakan di areal perbukitan Kendeng menyebabkan pembengkakan biaya konstruksi.

Jalur Cepu-Blora-Cepu itu cukup menantang sehingga membutuhkan jenis lokomotif yang lebih berat. Dalam catatan SJS, untuk memenuhi jalur tersebut SJS memesan delapan lokomotif tiga gardan dengan berat layanan 19,5 ton kala itu.


Emplasemen Stasiun Cepu Kota dari belakang (Foto: Jarwadi)

Setelah jalur rel Cepu-Blora-Rembang tersambung, kemudian dari Stasiun Cepu Kota juga dihubungkan dengan Stasiun Cepu milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) (sekarang dikenal dengan Stasiun Besar Cepu) pada 1 Februari 1903 ketika NIS menyambungkan jalur rel Gundih-Kradenan-Cepu (89 kilometer) dengan jalur rel Cepu-Bojonegoro-Babat (73 kilometer).

Terhubungnya kedua stasiun itu sebagai proyek bersama NIS dan SJS guna mendukung pengangkutan minyak bumi dari Kilang Cepu dan kayu jati ke berbagai wilayah di Pulau Jawa.

Dlihat dari bangunannya, Stasiun Cepu Kota masih terlihat utuh. Memiliki kanopi beratap seng dan semua kerangka bangunannya terbuat dari kayu jati. Pada masa Hindia Belanda dulu, kawasan Cepu  memang terkenal hutan jatinya dengan kualitas bagus. Sehingga, SJS membangun stasiun tersebut dengan konstruksi bangunan berbahan kayu jati.

Stasiun ini kini sudah tidak aktif lagi. Di non aktiftkan pada tahun 1984 karena penumpangnya banyak yang beralih ke moda angkutan transportasi darat lainnya yang lebih cepat dan tidak berjadwal.

Kendati demikian, bangunan Stasiun Cepu Kota ini sekarang masih tetap kokoh berdiri. Hanya saja kondisi di bawah kanopinya saat ini dimanfaatkan sebagai warung makan minum dan aktifitas perdagangan lainnya. *** [101020]


Kepustakaan: 

Oegema, J.J.G, (1982). De stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer: Kluwer Technische Boeken.

Prayogo, Y. B., Prabowo, Y. S., Radityo, D., & In Prastowo, T. (2017). Kereta api di Indonesia: Sejarah lokomotif uap. Yogyakarta:: Jogja Bangkit Publisher.

Samarang-Joana Stoomtram-Maatschappij. (1907). De tramwegen op Java: Gedenkboek samengesteld ter gelegenheid van het vijf en twintig-jarig bestaan der Samarang-Joana Stoomtram-Maatschappij. 's-Gravenhage: Kon. Ned. Boek- en Kunsthandel van M.M. Couvée.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami