Bangunan unik menjulang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi Kraton Kasunanan Surakarta. Bentuk arsitektural bundar dan bersusun empat membuat gedung itu berbeda dari bangunan lain di sekitarnya.
Dibandingkan
dengan bangunan lain di Keraton Surakarta, Panggung Sanggabuwana memiliki
keunikan tersendiri. Keunikan itu bukan hanya pada bentuk fisik, melainkan juga
sejarahnya.
Panggung
Sanggabuwana merupakan salah satu bangunan berbentuk menara yang berada di
dalam lingkungan kedhaton Kraton
Kasunanan Surakarta. Menara ini didirikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono (PB)
III pada tahun Jawa 1708 ( 1782 Masehi). Tahun pembuatannya diberi pertanda
untuk memudahkan mengingatnya, dengan sengkalan
milir: “Naga Muluk Tinitihan Janma”
yaitu tahun 1708 atau sengkalan milir
yang menandakan nama menara tersebut, yaitu “Panggung Luhur Sinangga Buwana”, yang juga memiliki makna tahun
1708.
Sengkalan milir memang merupakan tradisi
bagi kalangan kraton untuk mengingatkan tahun dibuatnya sebuah bangunan yang
didirikan oleh kraton.
Konon, menara tersebut digunakan oleh
Susuhunan untuk bersemedi dan bertemu dengan Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai
Selatan. Selain sebagai tempat semedi, Panggung Sanggabuwana sebetulnya juga
berfungsi sebagai menara pertahanan, yaitu untuk mengontrol keadaan di
sekeliling kraton.
Menara
ini pernah terbakar pada tanggal 19 November 1954, lalu dibangun kembali dan
selesai pada tanggal 27 Rabingulawal 1891 atau 30 September 1959.
Sebelum
terbakar, bentuk atapnya dinamai tutup saji,
yaitu atap yang berbentuk hasta wolu
atau segi delapan. Namun sekarang, bentuknya dibuat seperti payung yang sedang
terbuka.
Panggung
Sanggabuwana memiliki tinggi sekitar 30 meter, dan memiliki 4 tingkat. Pada
tingkat 3, menghadap ke utara, terdapat sebuah jam besar yang dapat berbunyi
sendiri.
Sedangkan pada tingkat yang paling atas, digunakan untuk ber meditasi, sesaji, berinteraksi dengan sukma kasarira (Nyi Rara Kidul), dan melihat pemandangan kota sekitarnya. Namun sekarang, Panggung Sanggabuwana sering digunakan oleh putra raja untuk meminta wilujengan setiap malam Jumat. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar