Semenjak
dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, Batavia (sekarang Jakarta) memang
telah diprediksi berpontensi terimbas banjir. Dalam pembangunan
Banjir Kanal, perencanaannya telah dilakukan sejak 1870, tidak lama setelah
Batavia dilanda banjir besar dan baru pada selesai pada tahun 1920. Dalam
asumsi para perencana kota kala itu, Batavia akan dihuni oleh penduduk sebanyak
600 ribu jiwa.
Sebagai konsekuensi dibangunnya sejumlah Banjir Kanal adalah dibangun pula sejumlah pintu air di sejumlah tempat yang ada di Batavia. Salah satunya adalah Pintu Air Istiqlal. Pada zaman Belanda, pintu air disebut sluisburg, yang juga menjadi nama jalan waktu itu. Baru setelah kemerdekaan diganti menjadi Jl Pintu Air. Dulu di sini merupakan daerah elite yang banyak dihuni orang Belanda. Kemudian, pada tahun 1920-an, juga dibangun kawasan Menteng untuk warga Belanda yang makin banyak berdatangan ke Batavia.
Sluisburg berfungsi untuk mengendalikan
kanal dari Molenvliet (Harmoni) yang
dibelokkan ke arah Noordwijk (Jl.
Juanda), Risjwijk (Jl. Veteran),
terus menuju ke Pasar Baru hingga Gunung Sahari.
Pintu air ini sekarang masih bisa disaksikan di depan Masjid Istiqlal, dan telah ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. *** [071212]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar