Masjid
Indrapuri terletak di Desa Indrapuri Pasar, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh
Besar, Provinsi Aceh. Lokasi masjid ini tidaklah begitu jauh dengan poros jalan
utama dari Banda Aceh menuju ke Medan.
Masjid
Indrapuri merupakan masjid tua yang masih berdiri kokoh, dan terawat hingga
kini. Artinya, masjid tersebut masih befungsi dan dimanfaatkan oleh kaum
muslimin Indrapuri, sekaligus masjid ini juga ditetapkan menjadi bangunan tua
yang dilindungi dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya. Makanya di areal depan pintu masuk ke masjid
dipasang papan yang sifatnya pemberitahuan kepada khalayak bahwa masjid
tersebut merupakan peninggalan sejarah dan purbakala yang harus dilestarikan.
Masjid Indrapuri pada mulanya merupakan sebuah bangunan candi yang dibangun pada abad ke-12 M di Kerajaan Indrapuri, jauh sebelum berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-15 M.
Namun,
ketika Islam mulai berkembang di Bumi Aceh, dan merambah masuk ke wilayah
Indrapuri. Hal ini kemudian mengubah peradaban di sana ke peradaban Islam.
Fungsi Candi Indrapuri pun kemudian berubah menjadi sebuah masjid. Konon
perubahan itu terjadi semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda berkuasa di
Kesultanan Aceh Darussalam (1607 M-1636 M). Sultan Iskandar Muda juga lah yang
kemudian membangun Masjid Indrapuri menggantikan candi di lokasi tersebut.
Masjid
berkonstruksi kayu tersebut didirikan di atas reruntuhan bangunan benteng yang
diperkirakan bekas peninggalan Hindu yang pernah dimanfaatkan sebagai benteng
pertahanan di masa pendudukan Portugis dan Belanda. Setelah Islam masuk dan
berkembang pesat di Aceh, benteng yang semula juga merupakan tempat peribadatan
Hindu, dindingnya dihancurkan dan digantikan dengan masjid. Begitu juga dengan
ornamen asli penghias bangunan dalam, ditutup plester mengingat ajaran Islam
melarang adanya penggambaran makhluk bernyawa.
Masjid
Indrapuri menempati areal tanah seluas 33.875 m, di mana dinding benteng yang
juga berfungsi sebagai pondasi masjid berdenah persegi empat, berdiri di atas
tanah seluas 4.447 m. Bangunan ini berundak empat dan pada setiap undakannya
memiliki dinding keliling sekaligus jadi pembatas halaman. Kaki dan puncak
dinding benteng dilengkapi oyif,
yaitu bidang sisi genta.
Masjid Indrapuri berdenah bujur sangkar berukuran 18,80 m x 18,80 m dengan ketinggian 11,65 m. Bangunan ini dikelilingi oleh tembok undakan keempat setinggi 1,48 m. Pintu masuk terletak di sebelah timur, dan untuk mencapainya harus melalui pelataran yang merupakan halaman luar masjid. Di atas halaman kedua terdapat bak penampungan air hujan, yang juga berfungsi untuk mensucikan diri.
Bentuk
masjid ini sekilas tampak seperti joglo yang berada di punden berundak, kendati
oleh masyarakat setempat diyakini sebagai
perpaduan masjid dan benteng. Pagar tembok tebal dan tinggi mengelilingi
masjid. Hanya ada satu jalan masuk menuju masjid, yaitu jalan depan. Melewati
tembok pertama merupakan tempat parkir, tempat wudhu dan sekretariat remaja
masjid. Dan lokasi ini, masjid hanya
Nampak sedikit karena terhalang tembok kedua yang agak tinggi.
Menaiki
tangga menuju ke tembok kedua, di sana ada sebuah bangunan kecil yang
dibawahnya ada kolam air tempat mencuci kaki, sebelum masuk ke masjid. Jamaah
masjid memasukkan kakinya terlebih dahulu ke dalam kolam itu sehingga masuk ke
dalam masjid dalam keadaan benar-benar bersih. Luas halaman dalam pagar kedua
ini sekitar 10 m mengelilingi masjid. Tembok tebal sekitar 1 m mengelilingi masjid. Hanya ada satu jalan
masuk, yaitu dihadapan kolam tadi.
Tembok
ketiga masih belum masuk ke dalam masjid, tapi berupa halaman 4 m yang
mengelilingi masjid. Halaman ini, sama dengan tembok kedua tadi juga dibatasi
dengan tembok lainnya. Dan, di seberang tembok tersebut berdiri masjid
bersejarah tersebut.
Atap
masjid ini terdiri dari atap limas bersusun tiga, dan menggunakan seng sebagai
penutupnya. Atap masjid ini ditopang oleh 36 tiang kayu (soko guru). Jarak
antar tiang kira-kira dua shaf shalat. Tidak ada dinding untuk masjid ini
kecuali tembok setinggi 1,5 m yang mengelilingi masjid tersebut atau dinding
tembok dari punden berundak teratas. ***
[051013]
Kepustakaan:
Buletin Wonderful World of Aceh Vol. II/Mei-Agustus
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar