The Story of Indonesian Heritage

Gedung Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya

Gedung Perpustakaan Bank Indonesia (BI) Surabaya terletak di Jalan Taman Mayangkara No. 6 Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini tergolong strategis karena berada di antara dua jalan utama, yaitu Jalan Raya Darmo dan Jalan Diponegoro (berada di seberang Kebun Binatang Surabaya).
Gedung Perpustakaan BI, atau yang dikenal juga dengan sebutan Gedung Mayangkara ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Eduard Cuypers. Cuypers membuat desain rancangan di Belanda. Dia tidak pernah datang ke Hindia Belanda. Desain yang ia buat lalu diterjemahkan oleh arsitek dan kontraktor yang ada di Hindia Belanda kala itu. Hasil rancangan Cuypers ini dikirim melalui kapal yang memerlukan waktu berbulan-bulan lamanya. Javasche Bank tampaknya tidak mau gedung ini digarap oleh arsitek sembarangan yang ada di Hindia Belanda.
Pembangunan gedung ini dikerjakan pada tahun 1921 oleh biro arsitek Belanda yang berlokasi di Surabaya, dan awalnya dulu bangunan gedung ini dikenal dengan Woning voor Agent van Javasche Bank yang merupakan rumah dinas agent De Javasche Bank te Soerabaja. Di antara agent De Javasche Bank yang pernah mendiami rumah dinas ini adalah W. Verploegh Chasse.
Pada waktu Jepang menguasai Surabaya, gedung ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal Panglima Angkatan Laut dari Kekaisaran Jepang yang bertugas di Hindia Belanda.


Setelah Jepang hengkang dari Surabaya, bangunan ini dimanfaatkan sebagai rumah tingga kembalil. Kemudian pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1959, bangunan ini digunakan oleh TNI sebagai rumah dinas Komando Militer Kota Besar Surabaya (pada masa itu digunakan sebagai rumah tinggal Mayor Djarot Subiantoro).
Melihat perkembangan selanjutnya, maka pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1975, bangunan ini disewa dan digunakan sebagai kantor oleh Perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa. Lalu, pada tahun 1975, gedung ini dialihfungsikan sebagai Museum Mpu Tantular dan pada tahun 2004 dikembalikan kepada pemiliknya yakni BI setelah Museum Mpu Tantular dipindahkan ke Sidoarjo. Pada 15 Juli 2012, salah satu asset bengunan bersejarah milik BI di Surabaya ini diresmikan sebagai perpustakaan dengan fokus ekonomi , moneter dan perbankan.
Pada ruang baca utama yang dilengkapi sofa, meja dan kursi belajar yang nyaman, terdapat lebih dari 15000 buku dengan berbagai macam tema, referensi, majalah dan koran/harian lokal maupun mancanegara. Juga tersedia koleksi buku anak dalam berbagai bahasa dan mainan pendidikan di ruang baca khusus anak.
Selain itu perpustakaan ini juga dilengkapi dengan sejumlah smart PC dan fasilitas wi-fi gratis sehingga pengunjung bebas mengunduh jurnal ekonomi, moneter dan perbankan dengan gratis.


Pada kompleks Perpustakan BI yang berdiri di atas lahan seluas 4.140 ² ini terdapat bangunan utama dan bangunan penunjang. Pada bangunan utama, susunan ruang dalamnya dirancang dengan bentuk simetris dan berorientasi utara-selatan memberikan kesan formal pada bangunan yang secara keseluruhan ruang tersebut dapat terhubung melalui koridor tengah yang berada di dalam bangunan.
Pada sisi-sisi luar bangunan terdapat selasar yang selain berfungsi sebagai ruang sirkulasi, juga sebagai tempat menikmati suasana lingkungan. Selasar samping di bagian belakang bangunan yang terhubung ke hall utara tidak ada akses langsung menuju selasar belakang karena dibatasi oleh pintu. Selain itu juga terdapat teras yang berdimensi lebih kecil dari teras penerima di sisi timur dan barat bangunan yang dapat diakses melalui ruang baca. Pada bagian belakang bangunan terdapat lounge yang merupakan bekas terusan dari serambi belakang yang menghubungkan bangunan utama dengan bangunan penunjang.
Bachtiar Fauzy dan kawan-kawan dari Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung dalam sebuah laporan penelitian yang berjudul Sintesa Arsitektur Lokal dan Non Lokal Gedung Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya (2012) memaparkan bahwa dari bentuk fisik secara keseluruhan, terjadi semacam sintesa antara arsitektur lokal dan non lokal pada arsitektur Gedung Perpustakaan BI di Surabaya yang terbentuk melalui proses akulturasi budaya dan arsitektur pada lingkup unsur budaya dan gaya arsitekturnya. Unsur lokal berasal dari unsur budaya setempat yang bercorak Jawa dan tropis, sedangkan unsur non lokalnya bersumber pada budaya asing (kolonial). Pengaruh kolonial yang terlihat lebih kuat denga gaya dan langgam yang berpengaruh, antara lain: Art Deco, Arts and Crafts,Art Nouveau dan De Stjil. Perpaduan hasil sintesa tersebut merupakan salah satu representasi bentuk arsitektur Indische.
Melihat dari kisah kekunaan yang dimiliki, Gedung Perpustakaan BI ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB) yang ada di Surabaya sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Nomor 188.45/251/402.104/1996 Nomor Urut 53, sehingga keberadaan bangunan ini dilindungi oleh Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. UU ini merupakan penyempurnaan dari UU Nomor 5 Tahun 1996 tentang Benda Cagar Budaya. *** [071113]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami