Pada
malam hari (16/10), saya berkesempatan makam malam bersama Tim dari lembaga
donor di Lesehan Taliwang Irama yang cukup terkenal di Kota Mataram. Esok
harinya, saya mendampingi mereka kembali untuk membeli ayam taliwang sebagai
oleh-oleh pulang ke Jakarta. Karena ke sana pada pagi hari, saya bisa
berkeliling di sekitar rumah makan tersebut. Ternyata tidak jauh dari rumah
makan tersebut, terdapat sebuah masjid lawas
dengan menara khasnya. Masjid tersebut bernama Masjid Qubbatul Islam.
Masjid
ini terletak di Jalan Ade Irma Suryani, Lingkungan Karang Taliwang, Kelurahan
Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Lokasi masjid ini berada di sebalah timur laut R.M. Lesehan Taliwang
Irama ±
100 meter.
Keberadaan
masjid ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Karang Taliwang itu sendiri.
Dikisahkan bahwa antara abad 17 hingga abad 18 terjadi perseteruan antara
Kerajaan Karangasem (Bali) dengan Kerajaan Selaparang (Lombok). Perseteruan itu
semakin menjadi akibat melarikan dirinya putra mahkota Kerajaan Karangasem ke
Selaparang setelah dituduh melakukan pelanggaran adat, dan bergabungnya Arya
Banjar Getas ke Kerajaan Karangasem lantaran istrinya mau dinikahi oleh Raja
Selaparang. Intrik-intrik tersebut menyebabkan terjadinya perang terbuka
antara Kerajaan Karangasem dan Kerajaan Selaparang.
Pada masa itu pasukan Kerajaan Taliwang didatangkan ke Lombok untuk membantu Kerajaan Selaparang yang mendapat serangan dari Kerajaan Karangasem Bali. Dalam sejumlah literatur disebutkan bahwa Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Taliwang memiliki satu garis keturunan dengan Kerajaan Banjar di Kalimantan. Merasa bersaudara, Kerajaan Taliwang mengirimkan pasukan yang terdiri atas orang-orang mumpuni ke medan pertempuran. Pasukan Kerajaan Taliwang pun bergabung dengan pasukan Kerajaan Selaparang di suatu wilayah di mana pasukan dua kerajaan ini membangun markas yang berhadapan langsung dengan pasukan Karangasem. Lokasi inilah yang sekarang dikenal dengan Karang Taliwang. Makanya sampai saat ini, bahasa Taliwang (Sumbawa Barat) dengan Karang Taliwang (Lombok) memiliki kesamaan.
Dalam
misi itu, ikut serta para pemuka agama Islam, juru kuda maupun juru masak untuk
mendampingi pasukan Kerajaan Taliwang. Pemuka agama bertugas memberi tuntunan
kehidupan masyarakat dan melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem agar
korban berjatuhan bisa dihindari. Juru kuda bertugas menjaga dan memelihara
kuda pasukan Kerajaan Taliwang. Juru masak bertugas menyiapkan makanan untuk pasukan
Kerajaan Taliwang.
Setelah Kerajaan Selaparang bisa dikalahkan oleh Kerajaan Karangasem pada tahun 1692 maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang atas daerah kekuasaannya. Meski demikian, Kerajaan Karangasem tidak serta merta juga mengusir orang Islam yang telah bermukim di Karang Taliwang, baik dari Kerajaan Selaparang maupun Kerajaan Taliwang. Ikatan tali sejarah yang erat antara Puri Karangasem di Bali yang telah lama hidup berdampingan secara rukun dengan umat Hindu, diadopsi oleh Kerajaan Karangasem untuk membina hubungan baik dengan umat Islam di Lombok.
Selain
membangun Pura Meru (1720), Taman Narmada (1727), dan Taman Mayura (1744) di
Cakranegara, Raja Anak Agung Gde Ngurah Karangasem juga sangat memperhatikan
kehidupan umat Islam di bawah kekuasaannya. Salah satunya dengan cara
membangunkan sebuah masjid yang akan digunakan sebagai tempat peribadatan umat
Islam. Maka dibangunlan masjid di Karang Taliwang dengan nama Masjid Qubbatul
Islam. Qubbatul Islam bila
dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia berarti Kubah Islam. Kubah merupakan
atap yang melengkung, yang berfungsi untuk menaungi, sedangkan Islam menunjuk
kepada umat yang melakukan shalat di bawah kubah yang menaunginya tersebut.
Masjid
ini diperkirakan didirikan pada tahun 1750, namun kemudian direnovasi oleh
Belanda atas permintaan Raja Anak Agung Gde Ngurah Karangasem ketika masih
berkuasa. Setelah direnovasi, masjid ini terlihat lebih tinggi dari sebelumnya.
Jendela-jendelanya pun lebar-lebar. Bangunan utamanya ditopang oleh 4 tiang (soko). Di atas mihrab, atapnya berbentuk
kubah, sedangkan bangunan utamanya beratapkan tumpang satu.
Sekarang
ini, bangunan masjid tampak semakin luas setelah ditambahi teras di samping
kiri, kanan dan di depan pintu utama masjid. Teras-teras tersebut membentuk
selasar masjid yang cukup luas.
Masjid
Qubbatul Islam ini merupakan masjid lawas
yang memiliki sejarah panjang. Umur masjid ini hampir bersamaan dengan
berdirinya daerah Karang Taliwang itu sendiri. *** [161015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar